5 | Genderuwo

161 17 6
                                    

ps :
untuk kelasnya mereka, aku ganti jadi kelas 12 ya, gajadi kelas 11. kelasnya Alya yang awalnya 11 IPS 2 ganti jadi 12 IPS 2. okayy

maapkeun masi suka labil. wkwk


"Seano, beneran deh, Sean."

Seano mengangkat alisnya. Ia sungguh tidak paham kemana arah pembicaraan Alya sekarang. "Kenapa?"

"Lo ganteng, Sean, ternyata."

Seano cukup terkejut, kenapa bisa ada cewek sefrontal Alya. Seumur-umur belum ada cewek yang memuji dirinya tampan langsung dihadapannya.

"Seano! nih pake aja celana gue." Raffa datang dengan sebuah celana hitam di tanggannya. Seano sangat berterimakasih kepada Raffa karena datang pada waktu yang tepat.

Seano mengangguk dan mengambil celana yang diberikan Raffa kepadanya.

"Gue ambilin jaketnya dulu ya." Alya berlari kecil menuju kelasnya dan Seano mengikuti di belakang.

"Ini jaketnya, udah gue cuci. Makasih ya, Seano," kata Alya disertai dengan senyum manis.

Seano bergegas pergi ke kamar mandi untuk ganti pakaian. Ia sudah risih dengan tatapan para siswi yang terang-terangan memerhatikannya.

Namun baru satu langkah masuk kamar mandi, Seano sudah tidak bisa masuk lebih dalam. Kamar mandi laki-laki sedang penuh sekarang. Banyak yang sedang ganti baju. Akhirnya Ia memilih balik badan dan kembali ke tempat terakhir yang disinggahinya.

Terlihat Alya masih berdiri disana dengan telepon yang menempel di telinga. Sepertinya sedang menelepon.

Alya menurunkan ponselnya dari telinga ketika melihat Seano kembali tanpa ganti baju. "Loh? Kok gak jadi ganti?"

"Kamar mandinya penuh." Seano duduk di kursi depan kelas Alya. Sedangkan Alya masih tetap berdiri.

"Ganti disitu aja." Alya berkata seraya menunjuk suatu ruangan.

Seano menoleh kemudian menatap Alya tidak percaya, karena yang ditunjuk cewek itu adalah ruang kelas 12 IPS 2.

"Di dalam kelas?" Seano memastikan lagi.

Alya mengangguk.

"Gak deh, makasih."

"Lo mau masuk angin? nggak, kan. Makanya buruan! Mumpung gak ada orang nih."

"Tapi-"

Alya mulai menarik tangan Seano agar berdiri, Sedangkan Seano tetap kukuh tidak mau ganti baju disana.

"Buruan, Seano! Gue jagain disini. Tenang aja, selau, santuy." Kini Alya mendorong-dorong punggung Seano.

"Yaudah iya. Jangan ada yang masuk."

"Siap, santai aja gue bisa diandalkan."

Alya celingak-celinguk memantau keadaan sekitar. Memastikan agar tidak ada satu manusiapun yang masuk ke kelasnya.

Alya berdiri dan memasang badan tepat di depan pintu kelas saat Pak Bondi mendekati kelasnya. Yang benar saja, Pak Bondi sudah ada di depan Alya sekarang. Sepertinya beliau akan masuk ke dalam. Alya membentangkan tangan lebar-lebar dengan tujuan memblokir pintu agar Pak Bondi tidak bisa masuk.

"Loh, Alya, minggir dulu saya mau masuk." Pak Bondi mengibas-ibaskan tangannya bermaksud mengusir Alya dari sana.

"Jangan masuk, Pak!"

"Kenapa gak boleh? Minggir-minggir saya banyak urusan." Pak Bondi sedikit bergeser ke sisi kanan, lalu Alya mengikutinya. Bergeser ke sisi kiri, Alya tetap mengikutinya.

"Jangan masuk, Pak!!"

"Lha iya kenapa?!"

Baiklah, dua orang itu sudah saling ngegas sekarang.

"Itu, Pak... ada.. anu.."

mampus! gue kudu ngomong apa ini, batin Alya dalam hati. Dia hanya berharap Seano segera selesai dan keluar.

"Apa?!"

"Emm, anu... itu... genderuwo, iya, genderuwo."

"Mana ada? ngaco kamu nih."

Pak Bondi terus memaksa masuk. Saat beliau akan menarik kenop pintu, bersamaan dengan itu Seano keluar dari dalam dengan pakaian yang sudah terganti. Pak Bondi dan Seano saling bertatapan bingung.

"Seano? Salah kelas? Apa bener ada genderuwo di dalem?" tanya Pak Bondi pada Seano yang masih diam kebingungan.

"Genderuwo? Aw aduhhh." Seano mengerang saat cubitan kecil mendarat di pinggangnya, siapa lagi jika bukan Alya pelakunya.

Untungnya Seano peka dengan kode yang diberikan Alya lewat cubitan menyakitkan itu.

"Iya, pak. Gede banget, ngeri." terkutuklah Seano yang berbohong pada orang tua. Nahasnya Pak Bondi percaya-percaya saja dengan penyataan konyol Seano.

•~•

Duduk sendiri di sebuah meja makan yang luas dengan semangkok sereal di depannya. Alya tidak memasak hari ini karena badannya sudah cukup lelah setelah acara di sekolah tadi. Jangan tanya kenapa Alya yang memasak. Alya tinggal sendiri di rumahnya tanpa orang tua bahkan ART. Nasib Alya tidak sebaik anak-anak lain yang dianugerahi Tuhan memiliki keluarga utuh dan harmonis. Semua itu mungkin mustahil bisa Alya rasakan bersama orang tuanya. Cukup klise kenapa bisa seperti itu. Ibunya selingkuh dan bercerai.

Alya memilih pergi ke minimarket dekat rumahnya untuk membeli camilan sekaligus mencari udara segar. Dia keluar rumah hanya menggunakan jeans selutut yang ia padukan dengan hoodie putih yang kebesaran. Pakaian seperti ini lebih cocok untuk Alya daripada pakai yang terlalu neko-neko.

Alya mengambil cemilan cukup banyak karena hari ini dia akan maraton drakor satu series. Sudah merupakan kegiatan wajib bagi Alya di akhir pekan. Setelah merasa belanjaannya sudah cukup banyak, Alya menuju kasir untuk membayar. Netranya tidak sengaja menangkap siluet cowok yang entah kenapa akhir-akhir ini sering bertemu dengannya, baik itu disengaja atau tidak.

"Wih, ketemu Seano lagi, lagi belanja?"

Seano mengangguk lalu mengangkat keranjang belanjaannya tinggi-tinggi, seolah ingin berkata. 'Yaiyalah belanja, masa berenang! Gak liat apa gue bawa belanjaan!"

Untung saja Seano tidak setega itu, jadi kalimatnya hanya tertahan sampai kerongkongan saja.

Seano mempersilahkan Alya mengantre di depannya. Alya sempat menolak karena memang Seano datang lebih dulu darinya, tapi Seano tetaplah Seano yang keras kepala. Akhirnya Alya menurut saja untuk menghindari adegan baku hantam.

Setelah total belanjaannya terpampang Alya merogoh saku hoodienya dengan maksud mengambil uang yang seharusnya ada disana. Sekali lagi, seharusnya ada disana. Alya sudah panik bercampur malu sekarang. Mana total belanjaannya cukup banyak.

"Sebentar ya, Kak," ucap Alya ramah pada penjang kasir.

Si penjaga kasir hanya mengagguk dan tersenyum.

Alya balik badan dengan sangat tiba-tiba hingga membuat Seano yang berdiri di belakangnya sedikit tersentak. Tanpa ba bi bu Alya menarik ke bawah tangan Seano dan membisikan kalimat yang akan menghempaskan harga dirinya.

"Gue pinjem uang boleh? Uang gue ketinggalan." Sumpah demi apapun Alya malu luar biasa sekarang.

Untungnya Seano mengangguk lalu maju selangkah mengambil alih tempat Alya. "Digabung sama ini, Kak."

Habis sudah harga diri Alya di depan Seano.

tbc.

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang