3 | Terlambat rapat

206 18 7
                                    

Mata Seano mengerjap beberapa kali saat cahaya matahari masuk ke matanya. Tangannya meraba-raba nakas di samping kasur untuk menemukan ponselnya. Hal ini sudah menjadi kebiasaan Seano, setiap membuka mata hal pertama yang akan dia cari adalah ponsel.

"Shit!"

Seano bersiap secepat mungkin. Ia merutuki dirinya sendiri kenapa harus kesiangan padahal ia harus rapat dengan anggota OSIS pagi ini. Seano sangat malas jika harus mendengar ocehan Raffa sepanjang hari ini hanya karena dia terlambat mengikuti rapat.

Setelan seragam lengkap ditambah sepatu hitam sudah melekat apik di tubuh proposional Seano. Ia menuruni tangga dan melihat Irina—sang mama tercinta sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya.

"Pagi, Ma." Seano mengecup singkat pipi Irina. Irina masih terlihat muda dan cantik walaupun sebenarnya sudah cukup berumur. Sepertinya gen visual Seano menurun dari sang mama.

"Pagi, sayang." Irina sangat menyayangi Seano, begitupun sebaliknya.

Jika saat di sekolah Seano adalah cowok cuek yang irit senyum, Seano didepan Irina akan menjadi cowok manja dan manis. Terbukti, sejak menuruni tangga senyumnya tidak pernah hilang walau sedetik.

"Seano sarapan di sekolah, bungkusin ya." Irina mengangguk mengiyakan.

Setelah bekalnya siap, Seano pamit pada Irina dan buru-buru keluar rumah.

"Hati-hati, sayang! Jangan ngebut-ngebut!!"

"Siap, Ma. Assalamualaikum!!"

•~•

"Ini pakek mati segala, sih!!" Alya uring-uringan sendiri di pinggir jalan mirip orang gila.

Semesta sedang tidak berpihak pada Alya. Motornya mogok padahal ia sudah terlambat untuk rapat. Dan sialnya lagi, motornya mogok di pinggir jalan sepi. Mau minta tolong, tapi nggak ada tanda-tanda keberadaan manusia disini. Alya berusaha mengotak atik motornya walau itu tidak akan membantu sedikitpun.

Tangannya bergerak mencari ponselnya di saku jaket. Tapi hasilnya nihil. Tidak ada satu bendapun disana.

"Sial banget sih gue! Alya bodoh! Alya ceroboh! Alya cantik! Alya pinterrrr!" Entah itu pujian atau hinaan untuk dirinya dan dari dirinya juga.

Alya masih berusaha mengotak atik motornya saat ada deru motor yang berhenti di sampingnya. Ia mendongak, matanya memicing untuk melihat wajah siapa yang ada di balik helm full face ini.

"Naik," titah cowok itu pada Alya. Alya yang masih belum tahu siapa cowok itu masih terdiam di tempatnya.

"Gamau yaudah." Cowok itu sudah siap tancap gas.

Tapi Alya berhasil menahan kakinya. "Ehhh!! Kemana?! Nebeng!" Kata Alya dengan penuh kengegasan.

Cowok itu mengisyaratkan Alya agar naik ke boncengannya. Tapi sekali lagi Alya tetap diam tidak berkutik.

"Kenapa?"

"Motor gue masa ditinggal?" Bibir Alya sudah maju sesenti sekarang. Entah itu imut atau menjijikan. Yang jelas cowok di depannya ini justru kembali memberi tanda akan pergi dari sana.

"Eit!! Jangan pergi dong! Gue mau nebeng!"

"Cepetan elah, gue mau rapat!"

"Motor gue?"

"Gampang."

Detik berikutnya, cowok itu menarik pergelangan tangan Alya agar cepat naik ke motornya. Alya hanya menurut, toh dia disini untung.

Lumayan tumpangan gratiss!! sorak Alya dalam hati.

•~•

Shifa dan Raffa sedang dongkol setengah mati, karena teman-teman tercinta mereka belum juga menunjukan batang hidungnya. Semua panitia sudah berkumpul di ruang osis sekarang. Hanya kurang Seano, Alta dan Alya.

"Mana sih curut-curut itu?!! Ditelpon gak ada yang bisa! Maunya apa sebenernya?!" Shifa tidak berhenti mengomel daritadi, padahal dia sudah mewanti-wanti agar tidak ada yang terlambat. Tapi kenyataannya malah begini.

Tak lama, terlihat dua motor yang tidak asing bagi Raffa memasuki area sekolah. Motor Seano dan Alta. Salah satu dari motor itu ada Alya yang tengah tersenyum lebar dan melambai pada Shifa.

"Kalian! Udah gue bilang jangan sampai telat batu banget sih!"

"Maaf, Shifa, motor gue tadi mogok di jalan, untungnya ada Alta yang numpangin." Alya tersenyum lebar dan merangkul lengan Alta.

"Lo kenapa telat, Sean?"

"Sorry kesiangan."

"Yaudah, buruan masuk! Mau gue mulai rapatnya." Titah Raffa pada makhluk-makhluk di depannya sekarang.

Sekitar satu jam rapat berlangsung. Semua panitia memang mendapat keringanan dari pihak sekolah. Mereka tidak dihukum walau terlambat masuk kelas karena urusan osis. Perlu digaris bawahi karena urusan OSIS.

"Masa harus gue sih? Yang lain kan banyak, jangan gue dong!" Alya mendapat tugas untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan untuk lomba. Sebenarnya bisa saja dia yang beli, tapi dia terlalu malas untuk keluar rumah dan motornya mogok. Mau naik apa dirinya nanti.

"Udah lo aja, lo juga kalau di rumah kerjaannya cuma makan, molor, sama ngedrakor, kan." Shifa tetap berjalan santuy tanpa memedulikan ocehan Alya.

"Motor gue mogok, sayanggg! Gue naik apa? Kalau sama lo, gue mau deh." Alya menggoyangkan lengan Shifa beberapa kali untuk membujuknya.

"Udah itu, mah, gampang." Alya hanya bisa pasrah kalau sudah begini. Dia memilih nurut dan masuk kelas untuk tidur.

•~•

Di depan kelas 12 IPS 2 sekarang banyak siswi-siswi berseliweran. Entah mereka memang harus lewat situ atau hanya sekedar bolak-balik untuk tebar pesona kepada Seano yang sedang bersandar di pintu kelas 12 IPS 2.

Seano mendapat perintah dari ketua panitia a.k.a Raffa untuk menemani Alya membeli perlengkapan lomba. Seano hanya nurut saja. Dia sedang menunggu Alya keluar kelas sekarang. Sesekali dia mengecek ponselnya untuk memastikan apakah Irina sudah membalas pesannya atau belum. Seano tidak akan pergi jika Irina belum memberi ijin padanya.

Alya sudah selesai merapikan buku-bukunya. Ah tidak, bukan bukunya. Itu buku Shifa, Alya meminjamnya karena akan disalin. Dia keluar kelas dan langsung mendapat sambutan dari Seano. Belum layak disebut sambutan sebenarnya, karena Seano hanya berdiri dan menatap Alya.

"Eh Seano. Cari siapa?" Alya memang belum tahu jika Seano yang akan menemaninya membeli perlengkapan.

"Seano cari lo," sahut Shifa yang baru saja keluar kelas. Dia sudah tau dari Raffa sebelumnya.

"Gue?"

"Dia yang nemenin lo."

"Ohhh, kirain."

"Ayo." Akhirnya Seano membuka mulut dan bersuara walaupun hanya satu kata.

Alya mengangguk, lalu mereka berjalan bersebelahan di sepanjang koridor. Alya merasa dirinya sedang berjalan di red carpet, semua mata tertuju pada mereka. Nyali Alya ciut sekarang. Dia baru ingat, sekarang dirinya sedang berjalan bersebelahan dengan salah satu cowok famous di SMA Pelita.

tbc.

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang