8 | Bolos aja

138 14 8
                                    

Alya lari tunggang langgang menuju gerbang sekolahnya, ia berharap gerbang masih dibuka dan bisa masuk tanpa terlambat. Namun nahas, realita memang tidak selalu sesuai dengan ekspetasi.

Gerbangnya sudah tutup, rugi sekali dirinya lari dari halte bus ke sekolah yang jaraknya lumayan. Ini semua akibat ia begadang semalaman untuk menata meses di selembar roti tawar, ia mengidap kegilaan dini setelah menata meses-meses itu menjadi gunung ala gambaran anak SD.

"Oy, telat juga?" Alya menepuk bahu Seano.

Seano balik badan dan mendapati Alya sudah ada di belakangnya. Ia mengangguk atas pertanyaan Alya.

"Mau masuk tapi gerbangnya tutup?" tanya Alya pada Seano yang celingak-celinguk mengintip ke dalam pagar.

Seano mengangguk.

"Hmm... mana sempat keburu telat," kata Alya menirukan slogan andalan iklan energen pada masanya.

"He'em mana sempat," sambung Seano yang membuat keduanya terkekeh.

"Madol sekalian yuk, mau gak?" tanya Alya dengan cengiran andalannya.

Alya kira Seano akan menolaknya, secara kan Seano siswa berprestasi bukan seperti dirinya yang hanya siswa kelebihan sensasi, tapi ternyata Seano menyetujui idenya untuk madol.

"Mau kemana?" tanya Seano. Mereka sudah melipir ke samping sekolah agar tidak kepergok satpam.

"Kemana aja deh, yang penting bisa sarapan, gue laper."

"Ayo."

Mereka berjalan beriringan menuju tempat yang dituju. Mereka tenang-tenang saja, karena gang samping sekolah selalu sepi dan sering menjadi tempat bersembunyi murid-murid yang membolos.

"Yang waktu itu lo jemput di kampus, kakak lo?" tanya Alya membuka percakapan.

Seano menoleh sekilas. "Iya."

Ngomong-ngomong soal Alisha, Seano masih jengkel setengah mampus karena Alisha telah menyebarkan berita hoax ke Irina soal dirinya. Alisha memberitahu Irina kalau Seano punya pacar, akibatnya sepanjang hari sepanjang malam ia diintrogasi oleh Irina. Untung hari ini Irina keluar kota, jadi ia bisa sedikit bernapas lega untuk hari ini dan beberapa hari kedepan.

Irina terlalu bahagia bahwa putra bungsunya ternyata masih menyukai perempuan. Ia mengira jika Seano, ah sudahlah, Irina ngeri membayangkannya.

"Kok beda sih sama lo?" Alya masih tidak percaya kalau Seano dan Alisha itu sibling.

Seano terkekeh hingga pipinya bolong. "Lo orang kesekian yang bilang gitu."

Seano rasa moodnya sedang baik pagi ini, buktinya ia sudah tersenyum bahkan tertawa beberapa kali hanya karena berbincang dengan Alya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Alya. Menurutnya Seano banyak tersenyum pagi ini, tidak seperti Seano yang biasanya memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Ya habisnya lu gini kakak lu gitu. Siapa yang percaya coba kalo kalian sodaraan." Alya menoleh kearah Seano yang ternyata juga menatap kearahnya. Alya terpaku untuk beberapa saat, mata Seano benar-benar mengalihkan dunianya.

"Wow," ucap Alya tanpa sadar.

Seano sedikit terkekeh sebelum mengalihkan pandangannya ke warung yang tak jauh dari mereka. "Udah sampe tuh." Seano menunjuk ke warung tersebut.

"Ha? Oh, udah ya." Alya memegang jantungnya yang dangdutan, ia sudah termakan tatapan maut seorang Seano Magara.

•~•

Seano Magara✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang