Part 4

3.9K 319 52
                                    

Dan hal bodohnya adalah aku yang masih berharap sedangkan kau tak ingin lagi menetap
***

Kiara mengepalkan kedua tangannya. Menahan diri untuk tak mengeluarkan desakan dalam dadanya. Air dingin di depannya tak mampu menghilangkan panas yang menyergap tubuhnya saat mendapati Devan membantu memotongkan bakso untuk pacarnya.

Tak tahan lagi, ia langsung berdiri membuat kursi yang di dudukinya berdecit keras hingga orang-orang mengalihkan pandangan padanya.

"Mau ke mana?" tanya Sindu sedikit terkejut.

"Ke kelas duluan, lupa nyimpen ponsel di mana." Kiara dapat melihat tatapan meremehkan dari Devan. Merasa tak ada gunanya di sana, ia pun berbalik. Berjalan menuju kelas dengan tergesa. Beruntung ruangan tersebut masih sepi karena waktu istirahat masih lama.

Dengan sembarang Kiara mendudukan badan dan membenamkan wajahnya. Sungguh, ia tidak mengerti dengan dirinya. Niat awalnya meminta Sindu menjadi pacar pura-puranya adalah untuk membuktikan bahwa dirinya juga bisa mencari pengganti cowok itu, kemudian melihat gantungan kunci pemberiannya yang masih Devan simpan, rencananya mulai berubah. Kiara ingin membuktikan bahwa Devan sudah tak terpengaruh dengan keberadaannya. Hingga tadi, melihat mereka yang begitu dekat membuat dadanya sesak.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Kiara tak dapat membohongi diri bahwa hatinya masih untuk cowok itu. Argh! Ia memukul mejanya dengan kesal. Seharusnya setelah beberapa tahun berlalu, perasaaanya juga ikut berlalu.

"Ki, lagi ngapain?"

Kiara mendongkak, mendapati Kheita sudah duduk di seberangnya. Cewek cantik yang merupakan teman sekelasnya itu tumben sendirian, biasanya bersama teman segengnya.

"Em gak papa, ini gue lagi pusing aja."

"Tumben gak sama Gigi?" tanyanya. Jangan harap cewek itu akan menanyakan Oca karena setahunya mereka dulu pernah sempat ribut karena satu cowok tukang php bernama Prayoga.

"Dia sama Oca masih di kantin."

Benar saja, mendengar nama si mungil nan cerewet itu, wajah Keita berubah masam.

"Em, lo lain kali bisa gabung sama gue. Soalnya selama lo masuk, kita belum pernah ngobrol bareng gitu layaknya temen sekelas." Tawaran yang menggiurkan, terlebih datang dari ratunya kelas IPS. Dengan senang hati Kiara mengangguk.

"Oh ya, lo bener pacarnya Sindu?"

Lagi-lagi Kiara harus berbohong.

"Tau dari siapa?"

"Anak-anak katanya tadi pagi sempet liat kalian boncengan juga di kantin kalian makan bareng, kan?"

"Iya sih," ringisnya.

"Kalian-" Cewek itu memicingkan mata. Kiara yang tahu apa yang ada dipikiran teman sekelasnya langsung saja bersuara, "Kita udah kenal lama, sebelum gue pindah ke sini." Jelasnya lagi membuat Keita mengangguk paham.

Getaran ponsel membuat cewek berwajah putih bersih itu meraih ponselnya dan mengetikan sesuatu di sama. Keita kembali menatapnya, "Eh Ki, Daishy sama Airin ngajak jalan nih pulang sekolah, ikut yuk!"

Kiara tampak menimang sebelum akhirnya mengangguk, "Boleh deh."
***

"Lo yakin mau jalan sama mereka?" tanya Oca. Ada nada tak suka dari suaranya. Giang yang sejak tadi hanya menghela nafas sebelum melemparkan tatapam isyarat pada Oca hingga cewek itu mendelik.

"Kenapa sih? Ada yang salah ya?" Kiara melemparkan tatapan bingung karena keduanya kini malah sibuk merapikan buku mereka.

"Gue duluan deh, selamat bersenang-senang." Oca mengambil tasnya dan beranjak.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang