Part 37, The Winner

4.6K 307 75
                                    

Ini bukan akhir yang sesungguhnya
***

"Sindu kalau lagi sama lo nyebelin gak?"

Giang yang sedang membersihkan whiteboard menghentikan kegiatannya. Menatap bingung pada sahabat sekaligus sepupu pacarnya. "Kadang sih, kenapa?"

Kiara hanya mengedikan bahu, tapi raut cemberutnya sudah cukup membuktikan ada sesuatu yang terjadi dan itu berhubungan dengan Sindu.

Berjalan ke tempat duduknya, Kiara menidurkan badan, mengembungkan pipi chubby-nya. Sindu benar-benar menyebalkan. Sejak mendapati dirinya berteriak-teriak memanggil nama Devan, ia tak henti menggodanya bahkan ketika Devan datang untuk menjemputnya. Sepupunya itu tanpa pikir panjang mengatakan pada Devan apa yang dilakukannya kemarin. Ugh, ia malu. Sindu memang otaknya cuma setengah. Ah atau emang gak punya otak.

Devan sendiri yang mendengar itu malah tersenyum, tak berkata apapun lagi hingga mereka sampai sekolah dan berpisah ke kelas masing-masing.

Kiara menoleh pada dua cowok yang baru memasuki kelas. Melihat keberadaannya, mereka saling berbisik sebelum menghampirinya.

"Ki, sebelumnya sorry ya." Fitra tiba-tiba meminta maaf.

"Sorry buat apa?"

"Buat...," Candra menyenggol bahu Fitra yang mengangguk meyakinkan. "Mm kita udah jujur sama Devan kalau kemarin ponsel gue dibajak elo dan... masalah Fitra suka sama lo itu bohongan."

Mata Kiara membola. Spontan memukul lengan Candra. "Lo berdua yah, gak bisa dipercaya banget sih!"

"Ya abisnya kita gak kuat, Ki. Devan itu nakutin banget kalau marah. Horor ih!" Fitra bergidik ngeri.

Kiara menatap nelangsa keduanya, "Kalian tega banget, ngomong dulu kek sama gue. Kan malu kalau nanti ketemu dia."

Candra berdecak. "Emang punya malu?"

Gerakan tangan Kiara yang terbaca membuat cowok itu menjauh. Candra menarik Fitra. "Tra toilet yuk!"

"Gue belum selesai-"

"Gak ada yang perlu dibicarain lagi. Kita-elo end!" potong Candra.

"Iya, Ki. Udahlah lagian bukannya lo sama Devan udah baikan?" Fitra menambahkan hingga Kiara membalas sinis. "Emang siapa yang bertengkar?"

"Udah sob, gak bakal kelar ngomong sama nih bocah."

Mengangguk setuju, Fitra akhirnya mengikuti langkah teman sebangkunya keluar kelas. Kiara menyandarkan punggungnya ke kepala kursi, helaan nafas keluar dari bibirnya yang mengerucut.

Kiara menatap Giang yang kini duduk di bangku Viras, tampak sibuk membicarakan sesuatu. Oca belum terlihat batang hidungnya sejak ia datang, hanya tasnya yang tergeletak di atas meja. Entah ke mana cewek itu, sejak mengetahui Candra tengah dekat dengan adik kelasnya, Oca sering menghilang dan seperti sengaja menghindar.

Merasa bosan karena bel masuk belum juga berbunyi, Kiara mengambil buku paket dari laci meja dan membukanya. Membaca ulang materi yang minggu kemarin dijelaskan oleh guru sejarahnya.

Ia mengalihkan tatapan pada ponselnya yang bergetar. Ada chat dari Devan. Kiara tiba-tiba cemas mengingat dirinya yang ketahuan memanas-manasi cowok itu.

Anka: P
Anka: Ra

Kiara baru hendak membalas ketika chat kembali masuk. Tangannya dibuat kaku seketika.

Anka: Cewek sukanya ditembak pake apa?

Menggigit bibir bawahnya, Kiara menyimpan benda pipih tersebut, kemudian menyentuh dua sisi wajahnya yang terasa panas.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang