Part 25, I'm Fine

3.4K 308 29
                                    

Aku tidak apa-apa. Khawatirkan saja hatimu.
***

Cowok dengan penampilan rapi itu berjalan ringan melewati koridor yang sudah ramai, karena sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi. Sesekali sebuah senyuman tersungging saat beberapa orang menyapanya.

"Pagi brother!"

Mendengus, cowok itu menurunkan tangan yang merangkul pundaknya. Menatap tak suka pada sosok yang membuatnya terkejut.

"Kenapa lo? Pagi-pagi udah badmood aja."

"Gak papa," jawabnya lanjut berjalan. Namun, menyadari sesuatu, ia balik bertanya. "Lo berangkat sendiri, Ndu?"

Sindu mengangguk.

"Tumben?"

"Iya, Ara katanya berangkat bareng Daren, tapi dia belum dateng deh kayaknya. Kenapa emang, Dev?"

Devan mengedikan bahu. Kejadian kemarin mengganggu pikirannya. Seharusnya ia merasa lega setelah mengambil keputusan besar tersebut, tapi yang terjadi malah kebalikannya. Devan sampai tidak bisa tidur semalaman.

"Gue sebenarnya keberatan banget mereka deket," ujar Sindu ketika mereka berjalan melewati undakan tangga. Devan menatap sahabatnya yang menampakan raut tak rela. "tapi lo tau sendiri kalau Ara orangnya nekat, gue gak mau kejadian kemarin terulang lagi."

Devan hanya menganggukan kepala.

"Andai aja cowok itu elo, mungkin gue gak bakal sekhawatir ini."

Devan sontak menghentikan langkah mendengar penuturan tersebut. Melihat reaksi terkejut sahabatnya, Sindu tertawa, menepuk bahu Devan. "Lo kaget banget. Huh, sayangnya lo udah punya cewek. Kalau aja belum, gue jodohin sama Ara."

Dengan senyum masam Devan menyimpan tas, meninggalkan Sindu yang memilih bergabung dengan temannya yang lain.

Cowok itu menumpukan kedua tangannya pada pagar pembatas, memandangi beberapa siswa yang berkeliaran di bawah sana. Hingga matanya menangkap sosok yang semalaman membuatnya tak bisa tidur.

Kiara berjalan beriringan dengan kakak kelasnya. Sesekali tertawa mendengar ocehan Daren. Melihat cewek itu tampak baik-baik aja, seharusnya Devan merasa lega. Ya, seharusnya.

Devan membalikan badan, memilih menyandarkan pinggangnya, menunggu beberapa menit sampai Kiara muncul di area kelas mereka. Cewek itu tampak tertegun mendapati keberadaannya sebelum kemudian tersenyum.

"H-hai!" sapanya kaku. Devan membalas sapaannya dengan berusaha bersikap santai. "Tumben siang? Biasanya nyampe sini duluan dibanding Sindu."

"Oh, ta-tadi bareng kak Daren berangkatnya, ada insiden dikit di jalan jadi telat."

Devan mengangguk pertanda mengerti. Tatapannya menjelajahi wajah Kiara untuk memastikan sesuatu, tapi cewek itu malah memalingkan wajah, salah tingkah. "Em... gue duluan ya ada tugas yang lupa belum dikerjain."

Belum sempat menjawab, Kiara sudah berlari kecil menuju kelasnya. Devan menghela nafas, Kiara berbohong. Cewek itu sangat rajin dan selalu langsung mengerjakan tugas setiap pulang sekolah.

Devan sadar kalau mereka saling merasa canggung untuk bersikap layaknya seorang teman akrab. Ia harus berusaha membiasakan diri, terlebih mereka akan selalu berada dalam lingkungan yang sama karena dirinya bersahabat dengan Sindu.
***

Sepanjang pelajaran yang Kiara lakukan hanya melamun sampai mendapat teguran bu Berta, padahal biasanya Kiara yang paling bersemangat mengikuti kegiatan pembelajaran.

Salah kalau Devan mengira dirinya baik-baik saja. Kiara hanya sedang kembali pada hobi yang digelutinya, berpura-pura. Ia harus yakin kalau seiring berjalannya waktu, lukanya akan sembuh. Tidak perlu bersandiwara lagi untuk menjadi teman Devan.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang