Part 23, Past?

3.4K 287 37
                                    

Menjaga perasaanya menjadi prioritasmu saat ini
***

Devan mengetuk pintu di depannya karena tenyata bel yang ada di sana tidak berfungsi. Seharusnya ia istirahat selepas pulang dari sekolah, tapi ponselnya yang sempat dititipkan pada Sindu terbawa dan ia tidak bisa hidup tanpa benda itu.

Pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang memamerkan senyum keibuannya. Devan langsung mengangsurkan tangan dan mengucap salam.

"Sindu ada tante?" tanyanya. "Soalnya dia gak bisa dihubungin."

Devan kebetulan menggunakan ponsel mamanya untuk menghubungi Sindu, tapi semua panggilan dan chatnya tak berbalas.

"Sindu ada, tapi dia gak keluar-keluar dari kamarnya." jawab wanita itu mengajaknya masuk. "Tante liat dulu ya, kamu duduk du-"

Ucapan dari mama sahabatnya terhenti, ia terkekeh memandang pada sofa yang ditunjuknya tadi. Devan ikut mengarahkan tatapan dan tercenung. Ada Kiara di sana, tertidur pulas masih dengan mengenakan seragamnya.

"Dia itu kebiasaaan, kalau capek main tidur di mana aja." ujarnya hendak membangunkan Kiara dan menyuruhnya pindah, tapi Devan langsung mencegahnya. "Gak papa tan, biarin aja. Dia nyenyak banget, kasian kalau dibangunin."

"Ya udah, kalau gitu tante panggilin dulu Sindunya."

Devan mengangguk. Ia melangkah mendekat, memperhatikan cewek di depannya yang tengah terpejam. Nafasnya terdengar teratur, pasti karena sangat kelelahan.

Melihat raut wajah itu, sesuatu terasa menendang-nendang dadanya. Perasaan sesak dan getaran aneh saling berkejaran di sana. Devan bisa menduga kalau awal kebohongan mereka bukan seperti yang diceritakan Sindu. Kiara yang tidak ingin diganggu banyak cowok. Sedangkan kenyataannya cewek itu terlihat nyaman-nyaman saja berdekatan dengan Daren, Bily, atau cowok lain.

Semua pasti karena dirinya. Kekecewaannya saat mereka kembali bertemu membuat Devan ingin melampiaskan hal yang bertahun-tahun hanya mampu ia pendam sendirian. Devan seolah lupa kalau Kiara adalah cewek keras kepala yang jika dilarang akan semakin menentang.

Kiara pasti sengaja meminta Sindu menjadi pacar bohongannya untuk membalasnya setelah mengetahui dirinya memiliki pacar.

Devan menghela nafasnya. Kenapa dirinya tidak bisa terlepas dari cewek di depannya?
Kenapa dirinya tidak pernah bisa untuk tidak peduli, semenyebalkan apapun seorang Kiara?

"Dulu, gue pingin tau alasan lo menghilang, tapi sekarang udah bukan waktunya lagi mempertanyakan hal itu," gumamnya memandang sendu. "Menghindari penyesalan dan menjaga perasaan orang lain adalah hal yang harus gue lakuin saat ini."

"Jadi, berhenti ganggu pikiran gue."
***

"Pulang sekolah mau ke mana?"

Cewek berwajah tirus di depannya menoleh. "Aku langsung pulang aja deh kayaknya."

Devan mengangguk. Kebetulan mereka istirahat di luar sekolah sehingga hanya berdua saja. Devan ingin mengembalikan fokus terhadap pacarnya.

Rivi tentu sangat senang karena Devan berinisiatif mengajaknya menikmati waktu istirahat tanpa para sahabatnya. Jujur saja, Rivi sebenarnya merasa kurang nyaman bersama mereka, tapi demi Devan ia memaksakan diri.

"Udah selesai?" tanya Devan lagi.

"Dikit lagi." Rivi menyuapkan makanannya, kemudian menatap penuh tanya pada pacarnya yang kini berdiri.

"Aku ke toilet dulu," ujarnya berlalu.

Sesuatu di atas meja berhasil mencuri perhatiannya. Rivi berdecak dengan sikap ceroboh Devan yang menyimpan dompetnya sembarangan. Ia meraih benda berharga tersebut untuk mengamankannya. Namun, niat iseng tiba-tiba terlintas dipikirannya.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang