Kamu dan masa lalu adalah satu
***"Napa lo? Lagi marahan sama Sindu?"
Kiara yang dengan menidurkan wajahnya dengan menyamping hanya menatap tajam, mengisyaratkan agar diam. Namun, memang pada dasarnya kapasitas otak dan tingkat kepekaannya kurang, cowok berambut ikal itu malah terus berbicara.
"Oh gue tau," ujarnya memelan. "Pasti karena semalam, kan? Lo jalan bareng Devan. Kenapa lagi lo sama dia? Udah gue bilangin juga jaga jarak dulu."
Mendengar suara serak Candra yang memang sebenarnya merdu itu membuat kepala Kiara tambah pusing, belum lagi giginya yang terasa nyut-nyutan sejak bangun tidur.
"Pasti ada acara baper-baperan lagi, terus ujung-ujungnya sakit hati."
Kok bisa bener sih?
"Hati lo lemah banget sih, masa...,"
Kiara bangkit dari posisi tidurannya, mengambil kamus dari laci dan memukulkan ke kepala cowok itu hingga ocehannya berubah menjadi ringisan.
"Shh, kepala gue ogeb!" Candra mengusap kepalanya yang terasa ngilu. Ia bahkan kelepasan mengatai cewek itu yang beralih melempar benda di tangannya ke tubuh Candra. "Adaw, dada gue sakit." Kali ini cowok itu merintih memegangi tulang dadanya.
"Ada apa sih pagi-pagi udah ribut aja." Giang yang baru kembali dari perpustakaan menatap keduanya bergantian.
"Ini nih temen lo, masa kepala gue dipukul terus dada gue kena lemparan juga." adu Candra kesakitan. Bukannya simpati, Giang malah tersenyum puas, "Emang enak. Lagian lo orang lagi sakit diganggu."
Candra yang hendak protes menoleh pada Kiara yang sejak tadi tak bersuara. Tangannya refleks terangkat hendak menyentuh dahi cewek di depannya yang memang tampak pucat. Namun, Kiara dengan cepat menepisnya.
"Kenapa sih elah, gue lagi perhatian nih. Mau cek suhu tubuh elo."
Giang tertawa melihat Candra yang terlihat bodoh. "Kiara gak demam, dia lagi sakit gigi."
"Pantesan dari tadi lo gak ngomong-ngomong, gue kira lagi galau." Candra mulai mengerti. Walau begitu tetap saja sifat menyebalkannya tidak hilang. "Makanya Ki, kalau punya permen tuh jangan pelit. Gini 'kan jadinya."
Tau 'kan orang lagi sakit gigi kalau diganggu rasanya bagaimana? Kiara membuka tasnya cepat, mengambil botol minumnya dan hendak melempar cowok di depannya dengan itu. Beruntung Candra dengan sigap berdiri dan berlari menjauh. Kedua tangannya mengatup, melemparkan tatapan maaf dengan cengengesan.
Giang yang melihat kelakuan keduanya malah menggelengkan kepala.
"Masih ngilu?" tanyanya penuh perhatian. Kiara mengangguk dengan raut kesakitan. Giang jadi bingung soalnya obat yang dibutuhkan sedang kosong di uks.
"Pake koyo aja ya?" Giang menyodorkan lembaran tipis padanya, tapi Kiara menggeleng.
Menghela nafas, Giang menyimpannya kembali. "Mau gue kasih tau Sindu biar dia beliin obat ke luar?"
Tawaran tersebut langsung ditolak. Bukannya perhatian, Sindu pasti akan memarahinya karena ia sendiri yang semalam ngotot beli makanan manis padahal sudah dilarang. Makanya ia tidak memberitahu sepupunya.
"Terus harus gimana? Ke uks aja ya?"
Menggeleng lagi. Giang kehabisan cara. "Ya udah tidurin aja, nanti kalau udah ada guru gue bangunin."
Barulah Kiara menurut. Cewek itu menidurkan wajahnya, menekan daerah yang terasa ngilu dan memejamkan mata. Giang sendiri mengusap bahu sahabatnya agar terlelap. Ia baru tahu Kiara bisa semanja ini kalau sedang sakit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Go Ara! ✔
Teen FictionKiara ingin kembali melanjutkan kisah yang sempat terhenti, sedangkan Devanka bersiteguh bahwa cerita tentang mereka telah lama mati. Kiara ingin memperbaiki rasa sakit yang tak sengaja ia beri. Namun, Devanka sudah merasa tak sudi untuk sekedar men...