Part 2

4.7K 343 9
                                    

Ada patah yang tak terlihat
***

Tidak seharusnya Kiara merasakan hatinya patah. Kisahnya dengan cowok bernama Devanka memang tak pernah sesepesial itu. Keduanya pernah bersama, namun bukan karena mereka pernah terikat dengan alasan bernama cinta.

Kejadian kemarin membuatnya berpikir sepanjang malam. Apakah kepergiannya begitu melukai cowok itu atau memang sengaja tak ingin mengenalnya lagi karena sudah memiliki pacar yang begitu sempurna? Mungkin Devan tak membutuhkannya lagi. Kiara tahu bahwa kehadiran sosok cantik seperti Rivi sudah membuatnya kalah telak.

"Ih, kok Candra kalau lagi main basket keliatan lumayan ganteng ya?"

Lamunan Kiara buyar mendengar suara cewek berkucir kuda yang berdiri di sampingnya sambil menumpukan wajah, memandangi para siswa tengah mengisi waktu istirahat sambil bermain basket.

"Dih, lo mulai naksir nih ceritanya sama tuh playboy, Ca?"

Kiara tau mendengar perdebatan antara Giang dan Oca adalah hal yang akan menghiasi harinya. Baru hari kedua memasuki sekolah ia sudah cukup tahu kebiasan keduanya yang terlalu blak-blakan.

"Ya enggak juga. Gue 'kan cuma bilang keliatan lumayan ganteng," elakan tersebut membuat Gian mendengus, "eh Ki, menurut lo gantengan siapa?"

Kiara mengarahkan tatapan ke bawah karena mereka berada di lantai dua. Bola matanya langsung menangkap sosok di masa lalunya yang tengah membawa lari bola berwarna orange.

"Devan tuh ganteng, paling banyak jadi cengcengan cewek-cewek termasuk kakak kelas, tapi sayang udah punya pacar. Gue jadi gak mood buat ngefans sama dia." Giang menjelaskan hal yang membuat pandangan memujanya berubah nanar. Seharusnya Kiara tak lupa dengan fakta menyakitkan yang keluar langsung dari mulut devanka kemarin.

"Eh, tapi yayang gue masih sakit ya?"

"Idih, Oca ngaku-ngaku lo! Sindu kan calon masa depan gue."

Kiara yang tadi fokus pada Devanka sontak mengalihakan pandangan. "Siapa?"

Keduanya menoleh pada Kiara yang menampakan raut penasaran. Oca menepuk bahu kecil Giang, "Jelasin Gi!"

Giang yang berdiri lebih dekat dengannya mengangguk, "Jadi gini, anak basket itu sebenarnya selain yang lo liat masih ada lagi. Kalau kita sih sering ngurutin kadar kegantengan cowok," Giang tertawa menampilkan gigi kelincinya. "Nah, cowok setelah Devan yang ganteng menurut versi kita ada Sindu. Dia itu sohib kentelnya Devan dan udah kayak anak kembar, tapi sayang udah berapa hari ini dia sakit tipus katanya jadi gak masuk sekolah. Entar deh gue kasih tau."

"Sindu itu lebih selengean sama kadang krik-krik dibanding Devan yang stay cool," tambah Oca tersenyum lebar seolah sudah mengenal cowok itu lama.

"Kalian kayak tau banget tentang mereka?"

Keduanya cengengesan.

"Biasa stalker," jawab Oca dengan percaya dirinya.

Kiara berdecak, "Gak ada kerjaan banget."

"Biarin dih."

Giang hanya mengangguk menyetujui ucapan sahabatnya.

Mendapati itu, Kiara mengedikan bahunya dan kembali mengarahkan tatapan ke tempat semula. Namun, bertepatan dengan itu matanya bersibobok dengan bola indah milik Devan.

Deg

Kiara merasakan sentakan keras di dadanya. Akan tetapi hal tersebut tak bertahan lama ketika cowok itu membuang pandangan dan menatap cewek di sampingnya, mengatakan sesuatu yang entah apa karena detik berikutnya ia melihat Devan tertawa renyah dan mengacak rambut pacarnya.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang