Part 13, Failed

3.3K 286 22
                                    

Aku merindukanmu bukan untuk kata temu
***

Lo sadar gak sih? Lo tuh kayak ngedorong gue ngejauh, tapi selalu mengatakan sesuatu seolah lo masih ingat apapun tentang gue.

Hati gue itu lemah, gue juga masih suka labil, jadi jangan nyalahin kalau gue nganggap lo masih belum sepenuhnya lupain gue, ah atau tentang kita.

Devan mengusap wajahnya kasar. Perkataan Kiara tadi pagi mengganggu pikirannya. Apa bener dirinya seperti itu? Tidak. Devan menggelengkan kepala. Wajar jika ia masih suka teringat tentang Kiara karena mereka pernah melewati hari bersama. Mereka... pernah begitu dekat.

Bentuk kepeduliannya terhadap Kiara memang karena sahabatnya, meski Devan akui di sisi lain itu berasal dari hatinya. Ia tahu bagaimana sifat Kiara. Cewek itu sulit dinasihati dan suka melakukan apapun sesuai kehendaknya. Bahkan dulu Kiara beberapa kali terkena masalah karena sifat bebalnya. Mungkin hal tersebut yang membuat Devan tidak bisa mengabaikan begitu saja.

"Elo sama Kiara sekarang gimana?" tanyanya melirik Sindu yang sedang memainkan ponsel.

Cowok itu mendesah pelan, "Kita lagi diem-dieman, tadi aja dia berangkat duluan."

"Dia keras kepala."

Sindu mengangguk. Kiara bahkan tidak ikut sarapan karena menghindarinya. Sepupunya memang sangat kekanak-kanakan.

"Kalau dia tetep deket sama Daren, apa yang mau lo lakuin?"

Cowok itu menggeleng, sudah kehabisan cara untuk menghadapai Kiara yang semakin dilarang malah semakin nekad.

"Kalau..," Devan mengulum bibirnya, "dia suka sama Daren gimana?"

"Gue gak tau," ujar Sindu dengan raut bingung, "apa Daren bener-bener tulus deketin Ara atau-"

"Ndu!"

"Apa?" tanya Sindu saat Devan tiba-tiba memotong pembicaraannya.

"Elo.. ucapan lo seakan-akan bakal relain Kiara buat Daren."

Sindu berdecak. Ia tidak mengerti kenapa sampai kepikiran untuk merelakan Kiara jika kakak kelasnya itu benar-benar tulus. "Enggak, gue cuma lagi kalut, gue gak mungkin biarin Ara jatuh ke tangan Daren atau teman-temannya."

Terdengar hembusan nafas dari Devan. Ia bisa melihat seberapa besar kekhawatiran Sindu pada cewek itu. Sepertinya Devan harus menemui Kiara. Ia tidak bisa membiarkan sahabatnya frustasi seperti ini, sedangkan Kiara malah terus bermain-main.

Getaran ponsel membuyarkan lamunan mereka. Sindu mengambil benda pipih miliknya, kemudian matanya membola.

"Kenapa?" tanya Devan, ikut menatap pada sebuah chat yang dikirimkan pada sahabatnya.

Ara: Ndu, pokoknya kita akhirin semua ini

Brak

Sindu memukul meja di depannya. Sejak kemarin Kiara terus saja mengatakan ingin mengakhiri sandiwara mereka. Sindu tahu kalau sepupunya meminta itu agar bisa dengan bebas dekat Daren.

"Lo mau ke mana?" tahan Devan melihat Sindu yang hendak keluar kelas. Cowok itu tak menjawab, malah berlalu begitu saja.

Tak tinggal diam, Devan mengikuti langkah sahabatnya. Penasaran apa yang akan dilakukan Sindu.

Dugaannya tidak salah. Sindu pergi ke kelas Kiara dan menarik cewek itu ke tempat yang sepi.

"Apaan sih, Ndu? Lepas gak?" Kiara berusaha berontak, tapi cowok di depannya tidak mau melepaskan cekalannya sama sekali. "Ndu.. sakit."

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang