Part 6, Sindu Gila!

4K 312 15
                                    

Katanya cinta itu gila. Lalu apa kabar yang sudah gila? Apakah bisa jatuh cinta?
***

Kiara hampir datang terlambat kalau saja tidak bertemu dengan tetangganya yang tampan juga baik hati. Semuanya gara-gara Sindu yang susah dibangunkan. Cowok itu baru keluar kamar pukul tujuh kurang lima belas menit. Terang saja ia jengkel dan memilih berangkat terlebih dahulu. Beruntung ada Bily yang kebetulan lewat berbarengan dengan dirinya menutup pagar.

"Makasih ya, Bil. Gue jadi gak enak nebeng terus." Kiara menampakkan raut tak enaknya. Sedangkan adik kelasnya itu malah berdecak. "Iya. Ya ampun kak, elo kayak sama siapa aja. Lagian 'kan kita tetanggaan. Wajar dong kalau saling bantu."

"Iya juga sih," gumam Kiara. "Ya udah deh masuk yuk, bentar lagi bel!"

Bily hanya mengangguk lalu menyusulnya yang sudah berjalan lebih dulu.

"Oh ya, kak Sindu emang gak masuk sekolah?"

Mendengar nama sepupunya, Kiara mendengkus sebal. "Dia kesiangan. Gak tau deh mau masuk atau enggak."

Tak ada pembicaraan lagi. Mereka hanya berjalan beriringan melewati beberapa orang yang menatap bingung mendapati keduanya terlihat akrab.

"Gue belok ya, kak."

Kiara langsung memanggilnya membuat Billy menoleh.

"Em, Bil. Gue boleh minta tolong?"

Cowok itu menaikkan sebelah alisnya. Kiara mendekat untuk membisikan sesuatu. "Kalau ada yang nanya gue siapanya Sindu, bilang aja pacarnya."

"Hah?" Bily melongo.

"Tuh, kan? Pasti responnya gitu." Decak Kiara. "Ayolah Bil!"

"Kenapa gitu kak?"

"Pokoknya lo bilang aja gitu. Sebagai imbalannya nanti gue traktir deh. Ya?"

Bily tampak berpikir. Kiara tahu kalau cowok penurut di depannya tak bisa berbohong. Terlalu jujur dan polos.

"Gue tambah deh, gue bakal bantu ngerjain pr lo. Itu juga kalau bisa. Hehe."

"Gimana ya?" Bily menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Tambah lagi, gue rela jadi temen curhat lo."

"Gue gak suka curhat ya!" Sanggahnya membuat Kiara tergelak. "Tapi oke deh kalau gitu." tambahnya.

"Deal?" Kiara mengangkat jari kelingkingnya yang di balas tanpa protes.

"Deal!"

"Asik! Thank's Bil. Kalau gitu lo boleh pergi. Sana sana!"

"Iya iya, gak perlu ngusir juga kali." Dengus cowok itu dan berlalu. Kiara terkekeh, baru kenal dua hari tapi mereka sudah begitu akrab.

"Gue serasa punya adek kalau gini," gumamnya. Tak sadar kalau dirinya masih suka ke kanak-kanakkan.
***

"Gue liat, udah dua hari ini cewek lo boncengan sama adik kelas."

Sindu yang sedang berpura-pura mengerjakan tugas menoleh pada teman sebangkunya. "Oh, gue bangun kesiangan pagi ini."

"Lo gak cemburu gitu?" tanya Devan. Pasalnya mereka terlihat sangat akrab. Melihat Sindu yang hanya menghembuskan nafan beratnya membuat Devan salah paham. Cowok itu pikir, Sindu lelah menghadapi pacarnya.

"Harusnya lo lebih tegas."

Sindu tidak tahu kalau sahabatnya akan sepeduli ini mengenai kisah asmaranya.

"Udahlah, Dev. Lagian Ara juga udah bilang sama gue," bohongnya. Lagian Sindu percaya kalau Bily tidak akan macam-macam pada sepupunya. Ia sudah mengenal adik kelasnya itu sejak kecil.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang