Part 8

3.7K 326 19
                                    

Maaf, aku masih harus berpura-pura sudah tak mencintaimu.
***

Kiara turun dari motor Sindu bertepatan dengan Devan yang memarkirkan kendaraan di sebelahnya. Mereka saling sapa dengan melakukan tos ala anak muda. Kiara yang melihat itu menghampiri Devan, tak ketinggalan menyapanya.

"Pagi Dev!"

Cowok itu tertegun sejenak, memperhatikan Kiara yang malah memamerkan senyum lebarnya.

"Ndu, aku ke kelas duluan ya."

Mengabaikan tatapan bingung Devan, ia meminta ijin pada sepupunya. Setelah mendapat anggukan Kiara berlalu. Devan tak tahu kalau beberapa langkah setelahnya senyuman Kiara lenyap, hanya helaan nafas yang cewek itu keluarkan.

Kiara hanya sedang berusaha melupakan semuanya. Membiarkan Devan dengan kehidupan barunya dan ia yang entah sampai kapan berpura-pura menjadi pacar Sindu.

Mungkin nanti ia akan mengatakan yang sejujurnya. Tentu setelah perasaannya untuk Devan hilang. Saat ini Kiara hanya perlu memperlihatkan bahwa hidupnya bahagia.

Kiara memasuki kelasnya yang terlihat ribut. Beberapa siswa duduk berkerumun, kali ini bukan untuk menggosip melainkan menyalin tugas kimia yang harus dikumpulkan pada jam pertama. Beruntung Kiara sudah menyelesaikannya sejak tugas itu diberikan. Ia memang tipikal orang yang tidak suka menunda-nunda pekerjaan.

"Ki, udah ngerjain tugas?" tanya Giang yang tengah memindahkan jawaban.

"Udah, lo emang belum?"

Cewek berambut sebahu itu meringis, "Nomor dua sama lima susah."

"Mau liat yang gue?" tawarnya, "tapi, gak tau bener gak tau salah sih jawabannya."

Mata Giang langsung berbinar, "Mau! Ini tulisan Fitra gak kebaca, mau liat yang Mona penuh banget mejanya."

Cewek yang dimaksud Giang merupakan siswa peringkat pertama di kelas. Kiara sempat menoleh ke arah Mona yang sedang mencak-mencak karena bukunya menjadi rebutan.

Apa gue bisa ngalahin dia? tanyanya membatin. Kiara memang pintar di sekolah lamanya, tapi ia tidak yakin sekarang karena belum tahu sejauh mana kemampuan teman-temannya.

"Ki, mana bukunya?"

Giang yang menunggunya dengan raut sedih membuat Kiara terkekeh. Ia membuka tas dan menyerahkan buku miliknya. "Gue gak tanggung jawab ya kalau jawabannya salah."

Cewek itu mengangkat kedua jari jempolnya.

"Eh Ki, minggu depan mau ada open recrutmen ekskul." Ujar Giang disela kegiatannya.

"Oh ya?"

"Heem. Lo ikutan coba, kan belum masuk ekskul apapun."

Kiara mengalihkan tatapan ke arah sahabatnya, "Emang masih bisa? Gue kan udah kelas sebelas. Bukannya itu buat anak baru ya?"

"Enggak kok. Semua boleh ikutan kecuali kalau udah kelas dua belas."

Kiara mengangguk, memusatkan perhatian ke ponselnya.

"Lo ikutan PMR aja gimana? Bareng gue sama Oca."

Ajakan tersebut membuatnya menggeleng cepat, "Gue gak ahli dalam hal kayak gitu, yang ada nanti salah ngasih obat."

"Ya kan nanti juga diajarin."

"Enggak deh. Gak tertarik juga." tolaknya terang-terangan.

Giang menutup bukunya karena telah selesai menyalin. "Terus lo sukanya apa? Atau lo ngerasa ahli dalam apa gitu?"

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang