Part 34, Don't Cry

3.9K 334 49
                                    

Sepertinya aku sudah tak adalagi dalam setiap harapmu
***

Devan menutup pintu kamarnya sembarang. Setelah berbicara pada Sindu mengenai hubungannya dan Kiara di masa lalu, ia langsung beranjak, meninggalkan cowok itu dengan segala kelemotan dan ke absurd-annya.

Tidak peduli dengan respon sahabatnya jika bertemu nanti. Devan terlanjur sebal. Dirinya sudah bersusah payah mengatakan yang sebenarnya dan Sindu malah menganggapnya candaan. Hah! Bahkan ia tidak kepikiran mengedit fotonya dengan Kiara. Kurang kerjaan banget.

Devan menyesal kenapa dirinya tidak mengabsen nama-nama aplikasi pengedit foto sekalian agar Sindu puas dan tertawa layak orang gila. Aneh! Bisa-bisanya ia betah bersahabat dengan cowok itu.

Ponselnya bergetar. Benar saja Sindu yang meneleponnya. Setelah ia abaikan, panggilan demi panggilan masuk masih dari orang yang sama. Devan tidak bisa menebak, apa yang akan dibicarakan Sindu. Kalau tidak memarahinya, mungkin ia akan dimusuhi. Ah, tapi tidak mungkin. Sindu tidak akan bisa hidup tanpa menyusahkannya.

Devan membuka chat yang masuk beruntun.

Sindu: P
Sindu: Angkst tlpon gue
Sindu: Angkat
Sindu: Heh Dev balrs
Sindu: Tupo anying
Sindu: Typi

Membaca pesan dari sahabatnya Devan jadi tertawa. Perasaan gusar dan kesalnya lenyap sudah.

Sindu: Jgn dibaca diang, bales
Sindu: Dev lo udh ningglib gue skrg mlh abain vue
Sindu: Mau lo apasig?
Sindu: Amjir kok gue kayak cewek yg ditinggakin pacarbya?
Sindu: Nying typo haqiqi
Sindu: Sialan Devanka bales gercep!

Devan: Bacot!

Dapat Devan tebak, Sindu sedang mencak-mencak karena balasan yang ia berikan. Biar saja cowok itu merasa kesal.

Sindu: Heh gue vutuh penjelasan

Devan: Beli hp baru dulu lo
Devan: Biar gk typo terus

Sindu: Anjay jiwa misquin gue menberobatk

Devan: Kecilin dulu jari lo juga
Devan: Atau beli sekalian hp yang 21 inci

Sindu: Emang ada yg segede gitu?

Cowok itu menepuk dahinya. Entah apa isi dalam otak sahabatnya.

Devan: Ada kalau elo yg buat sendiri

Sindu: Bego

Devan: Baru nyadar?

Sindu: Elo yg bego

Devan: Hahahaha

Sindu: Angkat tlpon gue ogeb

Devan: Entar, mau tidur dulu

Sindu: Dev
Sindu: Syalan lo!
Sindu: P
Sindu: P

Benar saja, Devan menyimpan ponselnya lalu melentangkan badan menatap langit-langit kamar. Ia tahu Sindu tidak akan sampai memusuhinya, tapi tetap saja cowok itu merasa was-was.

Devan baru memejamkan mata beberapa menit ketika seseorang melompat ke tempat tidur dan menimpa badannya. Ia meringis merasakan perutnya tersikut keras.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang