Rindu, tapi hanya mampu mengharapkan temu.
***Suasana kantin begitu ramai. Para siswa hilir mudik karena jam istirahat telah tiba. Berbeda dengan raut wajah Kiara yang terlihat muram.
Sindu yang memperhatikannya dari kejauhan dibuat bertanya-tanya. Sampai ketika kedua sahabat sepupunya melewati tempat duduknya, ia langsung memanggil Giang.
"Yang!"
Giang menoleh dengan malas. Panggilan Sindu terdengar menyebalkan karena membuatnya baper. "Apa?"
"Itu Ara kenapa?" Pertanyaan yang penuh perhatian tersebut seketika menyadarkan cewek itu. Giang merutuki dirinya yang tidak tahu malu malah berharap. Ia melirik Kiara yang sedang melamun seorang diri. "Gak tau, tadi pagi masih gak papa, tapi pas mau istirahat tiba-tiba diem terus."
"Kayaknya karena orang tuanya gak bisa dateng besok," timpal Oca yang berdiri di sampingnya.
Sindu seketika tertegun. Pihak sekolah memang mengundang para wali murid untuk membicarakan hal penting, mungkin itu yang membuat sepupunya menjadi murung.
"Terus kalian mau ke mana?"
Giang membalas tatapan Sindu sejenak lalu membuang pandangan, "Kita mau kumpul ekskul dan Kiara gak mau balik ke kelas."
"Oh ya udah, thank's." Sindu langsung beranjak menghampiri Kiara, meninggalkan begitu saja orang-orang yang duduk bersamanya juga Giang yang sempat menghela nafasnya sebelum mengajak Oca pergi.
Sindu duduk di samping Kiara yang kini menenggelamkan wajahnya. Semangkuk bakso di atas meja masih penuh. Ia menyentuh surai hitam cewek itu dan mengusapnya perlahan. Masa bodoh dengan keberadaan mereka sekarang.
Kiara yang tampak terusik menyampingkan wajah lalu tersenyum lemah.
"Kenapa?"
"Cuma kangen sama mama papa."
Dada Sindu terasa sesak seketika. Terlebih saat melihat sesuatu yang menetes dari ujung mata sepupunya.
"Besok, mereka pasti saling ngenalin orang tuanya, selfie bareng buat di post di media sosial," tambahnya lagi. "Gue pasti bakal iri banget, Ndu."
Sindu bungkam, ia tahu Kiara sedang merindukan orang tuanya.
"Gue pasti ngerasa asing." Kiara menatap Sindu, "apa ... besok gue gak masuk sekolah aja ya, Ndu?"
"Ra, lo apaan sih? Kenapa jadi pengecut gini?"
Kiara menurunkan tangan Sindu dan menegakan badannya. "Gue cuma gak mau terus merasa iri sama kehidupan sempurna mereka. Rasanya kadang gue juga pingin milikin apa yang mereka punya. Gue selalu pingin nemuin orang-orang yang senasib, biar gue ngerasa bahwa gak cuma gue di sini yang hidup menyedihkan. Gue jahat banget ya, Ndu?"
Sindu memandanginya datar, ada tatapan kecewa di sana. "Ra, lo tau gak? Perkataan lo itu nyakitin gue."
Cewek itu mendesah, "Sorry."
"Lo punya kita. Mama sama papa sayang banget sama lo, mereka udah anggap lo kayak anaknya sendiri. Dan gue, meski lebih muda dari lo, gue nganggep lo kayak adik yang harus gue lindungin." Sindu menggenggam tangan cewek itu, ada kesungguhan di matanya, "jadi Ra, tolong jangan pernah ngerasa sendiri karena apapun yang terjadi, gue gak akan pernah pergi. Lo segalanya buat gue, Ra."
Kiara terenyuh dibuatnya. Ia menangkupkan tangannya yang lain di atas punggung tangan Sindu yang masih menggenggamnya. "Makasih, Ndu. Gue gak tau kalau gak ada kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Go Ara! ✔
Teen FictionKiara ingin kembali melanjutkan kisah yang sempat terhenti, sedangkan Devanka bersiteguh bahwa cerita tentang mereka telah lama mati. Kiara ingin memperbaiki rasa sakit yang tak sengaja ia beri. Namun, Devanka sudah merasa tak sudi untuk sekedar men...