Part 15, Antara

3.2K 298 42
                                    

Ini takdirnya, ketika aku tak lagi menjadi pilihan hatimu.
***

"Ki, lusa mau ikut gak?"

Kiara yang sedang mencari pulpen menoleh. Oca sudah berdiri di sampingnya. "Ke mana?"

"Itu loh, kan sekolah kita ikut lomba cheers."

Oh, Rivi.

Kiara biasanya akan suka melihat lomba-lomba yang mewakili sekolahnya. Namun, tidak tahu kenapa ia jadi tidak berminat pas tahu ada Rivi.

"Gak deh."

"Yah, gue gak ada temen nih." Oca berubah kecewa, "Gigi gak bisa ikut katanya mau ada acara keluarga."

"Hari minggu, kan?"

Cewek itu mengangguk. Kiara jelas tidak bisa ikut karena ia sudah memiliki janji dengan Sindu untuk merayakan  ulang tahunnya. Apa teman-temannya lupa?

"Gue juga udah ada acara, sorry ya Ca. Lo ajak Viras tuh. Dia biasanya mau-mau aja diajak ke manapun."

"Hm ya udah deh, gue tanyain dia dulu."

Kiara mengangguk, membiarkan sahabatnya menghampiri Viras. Ia bersukur sudah memiliki acara dengan Sindu sehingga tidak perlu mencari kebohongan karena ia tidak bermaksud untuk datang. Apalagi harus melihat Devan sebagai cowok yang baik menyemangati pacarnya.

Ponsel di sakunya bergetar. Ada panggilan masuk dari Sindu. Tumben?

"Ya, halo Ndu?"

"Gue depan kelas. Keluar dong!"

Kiara mengernyit, lalu mengalihkan tatapan ke luar jendela. Sindu melambaikan tangan. "Ngapain sih?"

"Tinggal dateng aja kenapa?"

Mendengus, Kiara mematikan sambungan dan beranjak ke luar kelas. Sindu sendirian, tapi ketika ia melirik ke koridor, ada Devan di sana sedang mengobrol bersama teman-temannya di depan kelas karena kelas mereka memang lumayan dekat.

"Ada apa?"

Sindu menyodorkan cokelat hingga Kiara langsung tersenyum cerah. "Buat gue, Ndu?"

Cowok itu mengangguk, "Kalau bukan buat lo gue gak mungkin datang ke sini."

"Hm so sweet. Sayang jomblo." ledek Kiara disusul dengan dorongan di dahinya. Kiara meringis, "Kejam."

"Gue kan jomblo demi elo, Ra."

"Iya juga ya," Kiara cengengesan. Sindu hendak kembali mendorong dahinya, tapi ia langsung menghindar dan memegangi tangan sepupunya. Sindu malah balik mengeratkan genggaman mereka.

"Kita udah kayak orang pacaran gak sih?" tanya cowok itu membuatnya berdecak.

"Wih yang lagi pacaran gak liat-liat tempat."

Keduanya menoleh. Ada Fitra dan Giang yang baru kembali dari perpustakaan. Kiara hanya meringis, sebenarnya ia ingin mengelak, tapi gimana Sindu nanti marah kalau dirinya jujur. Belum waktunya, Ki. Tenang sebentar lagi.

"Iya dong!" Sindu tiba-tiba merangkulnya, membuat Fitra mendengus iri. Giang sendiri tampak tak menanggapi malah sibuk dengan ponselnya.

"Gue masuk duluan deh," ujar cewek itu setelah melempar senyum singkat pada Kiara yang merasa aneh. Masalahnya beberapa hari ini Giang seperti menjauh dan kalau di kelas juga lebih banyak diam.

Melihat Devan yang sudah bersama Candra berjalan mendekat, ia menurunkan tangan Sindu. "Gue ke kelas ya, males jadi bahan ledekan."

Sindu mengangguk, membiarkannya kembali masuk. Karena posisi duduknya di dekat jendela, ia bisa melihat Sindu dan yang lainnya mengobrol seru. Bertepatan dengan itu, matanya bersibobok dengan milik Devan yang kebetulan tengah menyandarkan punggungnya pada pagar pembatas, karena kelas mereka berada di lantai dua.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang