Part 7

3.7K 303 44
                                    

Mari memulai semuanya dari awal
***

Kiara bukan lagi menyesali keputusannya menemani Sindu yang terus merengek seperti anak kecil. Seharusnya ia bisa mengabaikan rasa penasarannya terhadap Devan dan Rivi. Gila, Kiara sempat berpikir mencari kekurangan dari hubungan mereka.

"Senyum dong!" Ucapan Sindu untuk kesekian kalinya hanya dibalas lengosan. Bagaimana Kiara tidak kesal kalau mereka bersikap seenaknya? Awalnya ia tak acuh saja diajak pergi ke bioskop. Namun, mendengar Rivi yang begitu antusias menonton film bergenre horor, dirinya langsung protes.

Fitra dan gebetannya sih ikut saja. Lain lagi dengan Devan yang sempat meliriknya sebelum mengiyakan permintaan cewek itu. Kiara pikir Sindu akan menolak, pun Devan yang tahu ketakutannya, tapi mereka bukan lagi orang yang bisa diandalkan.

Kiara duduk di antara Devan dan Sindu. Ia dapat mendengar Rivi yang bersemangat menceritakan kegiatan sehari-harinya. Begitupun Devan yang menanggapi dengan baik.

"Ra? Jangan marah dong, kan nontonnya juga barengan. Percaya deh, ini bakal seru." Bisikan Sindu tak mampu membuat perasaannya tenang.

Sindu menggenggam tangannya, tapi tak cukup membuat tenang. Keadaan bioskop yang gelap, juga nada pembuka yang membuat bulu kuduk merinding.

Di awal cerita semuanya masih tenang-tenang saja. Namun, masuk menit ke dua puluh, penampakan hantu mulai bermunculan diikuti teriakan para penonton yang awalnya sok berani.

"Gue mau pulang," lirih Kiara. Tangannya yang dingin memaksa lepas dari genggaman Sindu. Sejak tadi, ia berusaha tak melihat Devan yang duduk di sebelah kanannya.

"Ya ampun, Ra. Ini filmnya baru mulai loh, hantunya juga baru muncul." Sindu tak mengalihkan pandangan dari layar. Adakah yang paling menyebalkan dari mereka semua?

Kiara memejamkan matanya saat suara-suara aneh sebagai pertanda hantu menyeramkan tersebut muncul. Tidak tahan lagi, Kiara membuka ponselnya untuk mengirimkan chat pada seseorang. Ia mencantolkan tasnya lalu berdiri.

"Ke mana?"

Pertanyaan Sindu tak ditanggapi, Kiara malah berlalu begitu saja bahkan setelah sengaja menendang kaki Devan yang menghalanginya. Dengan langkah lemas Kiara menuruni undakan tangga satu persatu.

Setelah berhasil keluar dari ruangan yang terasa mencekam itu, Kiara membeli sebotol air mineral dan meminumnya sampai tandas. Biar saja mereka mempertanyakan keberadaannya. Kiara terlanjur marah pada mereka yang tidak mau mengerti. Terutama Devan yang lebih mementingkan cewek itu.

Kiara menghembuskan nafas kasar. Memang siapa dirinya sehingga ingin begitu diistimewakan?

Deringan ponselnya membuat Kiara langsung menerima panggilan yang masuk. "Halo?"

"Gue udah depan pintu masuk, nih."

Kiara langsung berdiri, ia hendak melangkah ketika seseorang muncul di depannya.

"Mau ke mana?"

Ia tertawa mendengar pertanyaan konyol tersebut. "Kenapa lo ada di sini?"

"Gue gak minta lo nanya balik." jawabnya. Kiara mendengkus, teringat bahwa teleponnya masih tersambung, ia kembali berbicara pada sosok yang sudah menunggunya, "Bentar ya, ada sedikit gangguan."

Cowok di depannya menyipitkan mata, penasaran dengan siapa Kiara bertelepon.

"Gue udah ditungguin jadi mending lo menyingkir," ujarnya setelah menyimpan ponsel.

"Lo ninggalin Sindu buat pergi sama cowok lain?"

Kiara balas sarkatis, "Apa peduli lo?"

"Dia sahabat gue dan lo seenaknya bersikap sama dia."

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang