Part 30, Regret

3.6K 308 37
                                    

Maaf untuk sakitmu selama ini
***

Devan sudah kembali masuk sekolah, bahkan ia sempat berpapasan dengan Kiara yang meleparkan senyumnya, bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Cewek itu baik-baik saja. Seharusnya Devan senang, tapi hatinya berkata lain. Setidaknya untuk membuktikan bahwa Kiara masih memiliki perasaan padanya.

"Yuk Dev!"

Devan mengangguk, mengikuti langkah Sindu menuju perpustakaan. Kebetulan mereka akan mengerjakan tugas bahasa Indonesia untuk meresensi novel.

"Daren sama gengnya liatin kita," ujar Sindu yang tersenyum sinis. Devan mengarahkan pandangan pada kakak kelasnya yang duduk di pinggir lapangan. Nando, Daren dan yang lainnya memang sedang melihat ke arah mereka.

"Mereka pikir kita bakal takut kali." Devan merogoh sakunya, mengambil kartu perpus.

Setelah memasuki ruangan tersebut, mereka langsung melangkah ke rak novel. Memilih cerita yang menurut mereka menarik.

"Liat ini jadi inget Ara."

Devan menoleh, memberikan kernyitan di dahinya. Tahu kalau sahabatnya tidak paham dengan apa yang ia ucapkan, Sindu kembali berujar, "Ara lagi seneng baca yang kayak ginian dan kemarin ia keliatan lebih seneng lagi, karena dibeliin novel sama Daren." Cowok itu membaca judul dari novel di tangannya, lalu melirik Devan yang mendengarkannya dengan seksama. "Tsk, bahkan gue gak bisa buat dia sebahagia itu."

Sindu kini menyandarkan badannya, giliran Devan yang beralih mengambil bahan resensi. "Menurut lo, Dev. Apa Daren beneran serius sama Ara?"

Cowok di sampingnya melangkah menuju tempat duduk diikuti Sindu. Ia membuka lembaran bukunya, gerakannya untuk menulis terhenti. Devan menoleh pada sahabatnya yang masih menunggu jawaban, lalu mengedikan bahu.

"Ara kayaknya udah mulai suka sama Daren. Semoga aja, Daren gak nyakitin dia." Harapnya sungguh-sungguh. "Gue gak papa kalau mereka jadian, asal Ara bahagia."

Devan yang sedang membaca sinopsis novel di tangannya tertegun.

"Selama ini Ara cukup menderita. Dia udah banyak mengalami kehilangan dan gue gak mau keegoisan gue ngebuat dia terluka."

"Sesayang itu lo sama dia?" Devan tahu apa yang keluar dari mulutnya tak perlu jawaban.

"Lo paling tahu itu," jawab Sindu. Menutup bukunya dan menatap sahabatnya yang tampak lebih tertarik mendengarkan ceritanya. "Dulu, gue pikir Kiara gak akan bisa membaur. Gue sangat tahu gimana ia menghindari orang-orang, hanya karena takut akan kembali ditinggalkan."

"Lo tau? Beberapa tahun ke belakang adalah masa-masa terberat Ara. Dan liat dia yang sekarang seperti sebuah keajaiban."

"Apa yang terjadi padanya?"

Sindu terlihat ragu. Namun raut permohonan Devan yang tampak ingin sekali mengetahui kebenarannya membuat cowok itu menyerah.

"Sampai sekarang Ara diam-diam masih selalu nyalahin diri atas kepergian orang tuanya," ujar Sindu mulai bercerita.

"Kenapa bisa?"

Devan pikir hal tersebut berhubungan dengan hilangnya Kiara. Jika dulu ia bersikeras tidak ingin tahu alasan cewek itu pergi, maka sekarang Devan ingin mengetahuinya meski mungkin terlambat.

"Lo tau sendiri gimana sikap Ara. Dia keras kepala dan semua keinginannya harus selalu terpenuhi dan penderitaannya berawal dari sana."

Semua berawal dari sana, tapi Kiara tidak pernah mau merubah sifatnya.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang