Part 21, Boom

3.4K 280 53
                                    

Tak apa. Aku hanya lelah.
***

Untuk kesekian kali Sindu mengabaikan pertanyaan yang diajukan Fitra. Sindu masih menunggu Kiara membalas chatnya. Setelah mendengar sepupunya diganggu Nando, ia langsung naik pitam. Beruntung para sahabatnya dengan cepat menenangkannya.

Sindu yakin mereka tidak sekedar mengganggu biasa. Nando dan teman-temannya memang selalu mencari gara-gara, tapi kenapa harus Kiara?

Devan mendekat diikuti Candra di belakangnya. Mereka kebetulan berencana untuk pergi ke suatu tempat. Melihat Sindu yang tampak melamun, Devan melemparkan tatapan bertanya pada Fitra yang dibalas dengan menyebutkan nama Kiara tanpa suara.

Candra merangkul bahu cowok itu yang tak semangat. "Ya elah, lo perasaan galau terus cuma karena Kiara. Come on, Ndu. Kayak gak ada cewek lain aja, lagian siapa tau Kiara udah punya gebetan baru."

Mata Sindu langsung memicing, ia tak suka mendengar perkataan sahabatnya yang seperti menganggap Kiara cewek gampangan. Pula Devan yang berusaha untuk tak terpancing.

"Gue gak suka lo bilang kayak gitu," geram Sindu. Baru kali ini sahabatnya begitu marah.

"Sorry, Ndu. Gue gak maksud apapun." Candra mengangkat kedua tangannya. "Gue cuma gak suka aja sahabat gue terluka."

Sindu mendengkus. "Gue maafin. Lain kali gue gak bisa jamin wajah lo akan baik-baik aja kalau ngomongin yang enggak-enggak tentang Ara."

Candra mengangguk. Mengabaikan tawa puas Fitra, ia melirik Devan yang menunduk dengan helaan nafas keluar dari mulutnya. Tepat ketika cowok itu mendongak, tatapan mereka bertemu. Devan menaikan sebelah alisnya yang dibalas senyuman miring oleh cowok berambut ikal tersebut.
***

"Nando ngapain elo?"

Kiara yang sedang membaca buku menoleh. "Fitra pasti yang laporan."

Mendengar jawaban tak nyambung sepupunya, Sindu mendekat dan berdiri di samping Kiara yang tengah menandai materi penting di bukunya. Cewek itu memang sangat rajin, berbanding terbalik dengannya.

"Dia begitu karena peduli."

Kiara mendengkus. "Temen-temen lo emang punya rasa peduli yang tinggi ya," sindirnya. Terlebih Devan yang tingkat pedulinya berlebihan. "Tapi sayang, gue ngerasa ke ganggu banget."

"Ra-"

"Lo tenang aja, mereka cuma gak ada kerjaan aja. Makanya gangguin cewek yang lewat, lagian tadi juga ada Kak Daren yang bantuin gue."

"Makanya tadi lo bareng sama dia?" tanya Sindu teringat apa yang dilihatnya di sekolah tadi. Kiara hanya mengangguk.

"Daren sama Nando itu sama aja, Ra. Lo harus hati-hati." Sindu memperingati meski yakin Kiara tak akan mendengarnya. "Dia mungkin punya maksud terselubung."

Jengah, Kiara menutup bukunya dan menatap Sindu yang masih berdiri sehingga ia harus mendongak. "Ndu, bisa gak sih lo gak berpikiran negatif terus sama orang? Mereka mungkin emang deket, tapi mereka orang yang berbeda."

"Gue berpikir begitu karena tau siapa Daren, lo-"

"Udahlah, Ndu! Daripada ngurusin terus hidup gue, mending lo urusin aja kisah cinta lo."

Sindu terperangah dengan bentakan Kiara. Cewek itu berjalan ke tempat tidurnya. "Gue mau istirahat, lo boleh keluar."

"Pembicaraan kita belum selesai."

"Sindu!"

"Besok ... kita bicara lagi."

"Terserah!" teriak Kiara menutupi badannya dengan selimut.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang