Part 10, Somebody Else

3.6K 288 27
                                    

Kini ada dia di hatimu.
***

Kiara hendak menuju ruang guru ketika di tikungan koridor berpapasan dengan Devan dan Rivi yang tampak sedang asik membicarakan suatu hal. Ia menghentikan langkah, begitupun keduanya. Kiara melirik cowok di depannya yang kebetulan sedang menatap ke arahnya hingga untuk sejenak mereka hanya saling pandang.

"Mau ke mana, Ki?" Suara Rivi membuat mereka terkesiap. Devan langsung membuang pandangan. Berbeda dengan Kiara yang malah menatap Rivi diiringi senyuman, "Ah, ini mau ngasihin ponsel bu Firda yang ketinggalan."

Rivi hanya ber'oh'ria kemudian menoleh pada Devan yang sejak tadi diam. "Pergi sekarang, Dev?"

Devan mengangguk, melirik Kiara yang memperhatikan interaksi sepasang kekasih tersebut. Ada rasa iri di hatinya.

"Mm kita duluan Kiara."

Kiara tak mampu menyembunyikan keterkejutannya, ia pikir, Devan tidak akan mengajaknya bicara. Giliran Kiara yang kini mengangguk, tak ketinggalan senyuman yang berusaha ia pamerkan.

Kiara menggeser badannya, memberi jalan untuk mereka. Ia membalikan setengah badannya, memandangi punggung Devan yang semakin menjauh. Helaan nafas keluar dari bibirnya.

Melihat Devan sudah bahagia bersama Rivi, membuat pikiran Kiara berkenala. Mungkin ia harus mengakhiri sandiwaranya dengan Sindu dan belajar membuka hati untuk cowok lain. Kiara akan membicarakan itu nanti pada sepupunya.

Cewek itu melanjutkan langkahnya ke ruang guru. Setelah urusannya selesai ia menyusul Oca ke kantin karena hari ini Giang tidak masuk. Ada keperluan keluarga katanya.

"Sorry lama, Ca." ujar Kiara kemudian mendudukan badannya di sebelah cewek itu.

"Enggak kok, lagian ini makanannya baru dateng." ujar Oca menghapus keringat di dahinya setelah mengantri lama. Kiara jadi merasa tidak enak.

"Eh tapi gue belum beli minumnya soalnya tadi masih rame," tambahnya cengengesan.

"Ya udah sama gue aja. Lo mau beli apa?"

"Jus jeruk aja deh."

"Oke, tunggu bentar." Kiara bangkit dari duduknya dan melangkah ringan menuju tempat penjual jus.

Ada beberapa orang yang sedang mengantri sehingga Kiara harus berdiri di belakang cowok bertubuh gempal yang sejak tadi menggerutu. Kiara bersyukur akhirnya cowok itu keluar dari antrian dan memilih mengambil minuman dari frezzer.

Ia memajukan langkah lalu bergeming. Kiara kenal betul punggung cowok di depannya. Ia kembali mundur untuk menjaga jarak. Sialnya cowok itu malah menoleh hingga tatapan mereka bertemu.

"Mau beli jus juga?"

Ah, kenapa akhir-akhir ini Devan bersikap ramah padanya? Bukannya senang, justru Kiara merasa sesak dengan keadaan mereka yang seolah tak pernah terjadi apapun.

"Kiara?"

Cewek itu hanya mengangguk, tak lupa dengan senyum yang dipaksakan. Harus Kiara banget ya manggilnya?

Awalnya Kiara tidak mengerti mengapa Devan menggeser badannya. Hingga kemudian ucapan cowok itu membuatnya terpaku.

"Lo duluan aja."

"En-enggak gak usah. Lo aja dulu, lagian gue belakangan datengnya," tolak Kiara meski otaknya memikirkan maksud dari sikap Devan.

"Gak papa. Tuh ibunya udah nungguin." Devan menarik ujung lengan seragamnya hingga Kiara terpaksa mengikuti perintah cowok itu.

Go Go Ara! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang