Apakah aku masih ada di sana? Di hatimu.
***"Apaan sih lo liatin gue mulu?"
Kiara tampak jengah karena sedari pagi, dua cowok yang duduk di depannya terus mencuri pandang padanya, bahkan sesekali saling berbisik.
Fitra menyenggol lengan Candra, kemudian keduanya cengengesan dan membenarkan posisi duduk mereka. Kiara menghela nafas, lanjut menulis cerpen yang ditugaskan guru bahasa Indonesianya. Ia melirik Giang yang sudah selesai sejak tadi dan malah tiduran. Cewek itu sejak kemarin jadi lebih pendiam, seperti banyak pikiran.
Tak berapa lama bel istirahat berbunyi, bertepatan dengan kalimat penutup yang Kiara goreskan.
"Ca, titip nih!" Kiara menyerahkan bukunya dan Giang untuk dikumpulkan, lalu merapikan alat tulisnya.
"Gi, kantin kuy!" ajaknya. Giang menegakan badan dengan malas, "titip aja deh lagi gak mood ke mana-mana."
Kiara mengernyit, "Yakin lo? Tumbenan."
"Heem, udah sana. Nanti gue kirim lewat chat pesenannya."
Melihat sahabatnya yang kembali tiduran, Kiara akhirnya hanya mengangguk dan pergi bersama Oca. Namun, yang membuatnya heran adalah keberadaan dua teman cowoknya yang berjalan pelan di belakang.
Kiara dan Oca sengaja berhenti, membiarkan Candra dan Fitra untuk pergi terlebih dahulu karena terganggu dengan mereka yang begitu berisik, tapi kedunya malah ikut menghentikan langkah.
"Kok berhenti?" tanya Fitra dengan raut dibuat sepolos mungkin.
"Kalian duluan sana!"
"Lo aja sama Oca duluan."
Kiara berdecak, menatap Oca yang mengedikan bahu. "Kalian kenapa sih aneh banget?"
"Emang mereka udah aneh dari dulu kali, Ki." celetuk Oca, pandangannya tertuju pada Candra yang balas melengos.
Mendapati keduanya masih tak mau beranjak, Kiara menghela nafas dan menarik Oca. Sepertinya ia tahu alasan mereka terus mengawasinya.
***Ara: Gue gk suka ya diawasin terus
Sindu berdecak, menatap Candra dan Fitra yang baru duduk. "Kalian yah..," Tak melanjutkan ucapannya, Sindu malah mengacak rambutnya frustasi.
"Kenapa lo?" tanya Devan. Kebetulan hari ini tak ada Rivi dan entah kenapa hal itu membuat sahabatnya yang lain merasa lega.
"Tuh tanyain tuh sama mereka."
Devan menatap dengan pandangan bertanya yang dibalas gelengan kepala oleh keduanya.
"Apa sih, Ndu? Kita baru dateng juga," protes Candra merasa tersalahkan. Fitra di sampingnya mengangguk, "Yo'i. Lo main marah-marah aja."
"Gimana gue gak marah, Ara chat gue katanya gak suka diawasin," jelas Sindu, "gue kan udah bilang jangan biarin dia tau. Kalau udah gini, dia bakal makin berontak."
"Emang kita keliatan banget ya, Ndra?" tanya Fitra. Candra jadi ikut berpikir, "emang kita gitu ya, Tra?"
"Yeu upil badak! Malah saling nanya." Sindu melemparkan tisu dengan kesal, kemudian melirik Devan. "Dev, cuma elo yang kayaknya bisa gue andelin deh."
Devan sempat menaikan sebelah alisnya sebelum mengangguk.
"Jadi kita gugur nih?"
"Bukan gitu, Ndra. Gue cuma gak mau terlalu ngarepin kalian yang malah main-main." Sindu menatap para sahabatnya dengan serius. "Gue.. bener-bener gak mau ada yang nyakitin Kiara, meski cuma sedikit."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Go Go Ara! ✔
Teen FictionKiara ingin kembali melanjutkan kisah yang sempat terhenti, sedangkan Devanka bersiteguh bahwa cerita tentang mereka telah lama mati. Kiara ingin memperbaiki rasa sakit yang tak sengaja ia beri. Namun, Devanka sudah merasa tak sudi untuk sekedar men...