16.50
"Saya harap kalian mengerti dan antusias dengan tim baru kalian. Apapun bagian yang kalian dapat, kalian harus berusaha mendalaminya hingga dapat menguasainya."
"Besok, kalian akan memulai latihan dasar. Untuk para senior, kakak harap kalian juga tidak boleh malas latihan. Kalian harus membantu membimbing adik-adik kelas dalam latihan baris-berbaris. Mengerti semua?"
"Siap mengerti."
"Baiklah sekarang waktu tersisa 10 menit. Kakak akan pulang kan kalian lebih awal pada hari ini. Rendy, pimpin do'a."
Rendy mengangguk dan menyiapkan doa.
"Baiklah, sebelum kita pulang, marilah kita berdoa. Berdoa, mulai!"
Semua anggota menunduk dan berdoa sampai Rendy kembali memerintah sepaya doa selesai.
Setelahnya, kami bersalaman dengan pelatih lalu berhambur keluar dari zona sekolah. Tetapi tidak dengan Melly. Ia menatap bingung amplop yang sedari tadi masih dipegangnya. Ia sembari berjalan menjauhi lapangan. Namun tiba tiba ia mendengar sesuatu dari arah belakangnya.
"Ya, itu siapkan disitu lalu bersihkan."
Ia mendengar Nirmala memerintah beberapa senior untuk menyiapkan sesuatu. Melly mengernyitkan dahi lalu memandang ke belakang. Dilihatnya para senior laki laki termasuk Gavin masih berdiri disana. Melly memutuskan menepi dari lapangan dan melihat mereka dari jauh.
Senior senior itu memasuki ruangan drumband lalu keluar dengan beberapa alat yang mereka bawa. Rendy terlihat sedang membawa sebuah Quartom dengan harness yang ia kenakan serta sepasang Symbal yang ia pegang. Kemudian alat itu ia letakkan di tengah lapangan.
Melly masih mengamati sampai ia melihat Gavin sedang membawa sebuah Bass dengan ukuran besar. Besar sekali. Melly melongo melihat bass tersebut. Bagaimana jika ia nanti tampil dengan bass yang seperti itu. Mungkin saja ia akan ambruk.
Setelah meletakkan bass itu, Gavin berbalik menuju ruangan lagi untuk mengambil alat lainnya. Melly masih setia menunggu hingga ia melihat Gavin mengangkat Bass dengan ukuran yang lebih kecil dibanding tadi. Mungkin saja ia akan mendapatkan bass dengan ukuran yang masih manusiawi secara ia adalah perempuan.
'Tin tin.."
Melly menoleh bagitu mendengar sebuah bell yang sangat familiar ditelinganya. Ya, itu adalah mobil pak Jery. Melly segera memasang tasnya dan berlari menuju mobil. Ia membayangkan bagaimana ia akan mengangkat sebuah Bassdrum yang sangat besar. Lucu sekali kelihatannya.
●●●●●
"Mell, temenin Bunda ke Mall yuk. Ajak Shifa juga ya."
"Hah?" Melly menoleh kearah Bundanya yang terlihat sedang melahap sepiring nasi goreng.
"Ck, temenin Bundak ke mall."
"Siyappp."
Melly berdiri dari kursinya lalu lari menuju tangga.
"Jangan lupa ajak Shifaaa."
"Iyaaaaaaa"
'Krieeeeeeet'
Melly melihat Shifa sedang asik dengan laptopnya. Ia berjalan pelan pelang menuju belakang Shifa. Shifa benar benar tidak tau jika Melly berada di belakangnya.
"DOR!!"
"EH KODOK MELEDUG!"
"HAHAHAHAHHAHAHAHAHAHHAHAAH."
"Apaansih Bambang!"
"Nggak... ganti baju sono. Bunda ngajakin ke Mall."
"Hah, serius?"
"Iyaaa."
Shifa bangkit dari tempat duduknya. Ia meletakkan laptopnya pada sebuah nakas yang terletar di sebelah kasur, kemudian berjalan menuju lemari lalu mengganti bajunya. Begitu juga dengan Melly.
●●●●●
Dua jam telah berlalu sejak mereka berencana berkunjung ke sebuah mall. Melly tampak bosan. Ia meneguk milkshake yang sudah ia diamkan selama tiga puluh menit di mejanya.
Kini mereka sedang berada di sebuah resaurant fastfood. Bunda sedang mengantre memesan makanan, Shifa sedang berada di toko aksesoris, membeli kado untuk temannya yang besok akan berulang tahun. Sedangkan Melly, ia sendirian di sebuah meja bundar yang dari tadi ia tumpangi.
Melly bangkit lalu menghampiri bundanya. Ia izin untuk pergi jalan jalan sebentar. Bundanya pun mengizinkannya. Melly pergi dengan minuman milkshake chocobanana favoritnya.
Tak ada sesuatu yang menarik dimatanya selama perjalanan. Ia memutuskan untuk memasuki sebuah toko baju dan melihat lihat baju disana. Saat ia mulai kelelahan, ia menduduki sebuah bangku panjang berwarna hitam di pojok toko. Ia menatap sekitar sampai akhirnya bolamata tersebut menemuka sebuah pandangan yang berbeda. Ia menyipitkan mata. Ternyata itu adalah Fero. Feropun melihat dirinya. Tanpa menunggu lama, Melly sudah melihat Fero duduk disampingnya.
"Hai." Sapa Fero.
Fero terlihat kikuk. Terlihat dari senyumannya yang canggung, seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Melly hanya tersenyum.
"Disini juga? Ngapain?"
"Cuma cari cari baju aja Mell."
Melly membulatkan bibirnya.
"Oh iya Mell, aku mau ngomong sesuatu sama kamu."
"Oh ya, apa?"
"Emm itu... aku... aku suka sama kamu."
Seketika mata Melly terbelalak. Ia tak percaya apa yang dikatakan Fero. Laki laki itu gila?
"Aku tau kamu kaget. tak perlu menanggapinya sekarang. Tapi aku harap kamu mau menerimaku. Aku pergi dulu."
Fero meninggalkan Melly begitu saja tanpa peduli bagaimana reaksi Melly saat ini. Tubuhnya membeku, pandangannya hanya lurus kedepan dengan ekspresi tidak percaya.
'Dia suka sama gue?!'
●●●
Melly*
"Aaaaarghhh!!!!"
Aku melempar diriku sendiri di atas kasur. Apa apaan dia itu. Otakku masih tidak bisa berpikir dengan baik. Bisa bisanya seorang playboy nembak gue.
"Fa, jadi ini gimana fa?!!!!"
Aku merengek di depan Shifa. Aku tahu diapun pasti terkejut mendengar ceritaku sepanjang perjalanan pulang tadi.
"Iya.... gue juga bingung. Gimana perasaan lo? Lo bakal tetep milih Cowok es batu itu atau Fero?"
"Gavin, bukan es batu!"
Wajahku semakin menekuk. Aku benar benar kehilangan moodku hari ini. Ini sangat menyebalkan.
"Dulu emang, gue pernah pengen suka sama Fero. Tapi seiring gue liat, ternyata dia playboy juga. Belom ada setahun sekolah di situ, mantannya udah LIMA. Dan gue gak pengen jadi yang ke ENAM!"
Aku menarik selimut hingga ke kepala. Menyembunyikan rasa bingungku dari hadapan Shifa. Aku benar benar bingung. Jika aku menolak, berarti aku sudah menyakiti hati Fero. Sedangkan aku, aku memiliki rasa untuk Kak Gavin. Bagaimana ini ya Tuhan....
.
.
.
.
.
.
.
○Continue...
Gimana kalo kamu jadi Melly?? Kamu di Team MellyGavin atau Team MellyFero??*Terimakasih telah membaca. Jangan lupa tinggalkan Vote dan komentar ya... sekali lagi terimakasih:>
-Cndyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker Jadi Pacar
Teen Fiction"Lo tu jutek banget sih kak" Melly tak habis pikir dengan cowok yang saat ini berada di hadapannya. Gavin, cowok yang mencuri perhatian Melly sejak pertama bertemu itu sanggatlah cuek. Lebih tepatnya cuek dengan wanita, tak terkecuali dengan ketua g...