#36 Truth or Dare

105 13 1
                                    

"KAKAK PACARAN SAMA DIA?!"

Melly menunggu jawaban Gavin. Gadis itu merasakan detak jantungnya yang melaju. Laki-laki itu tak kunjung menjawab. Namun seketika Melly terkesiap mendengar apa yang dikatakan oleh Gavin.

"Iya, bener."

•●☆●•

Jangan lupa klik tombol vote dan tinggalkan komentar ya teman-teman😆😆😆

Jangan lupa klik tombol vote dan tinggalkan komentar ya teman-teman😆😆😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•●☆●•

.

.

.

Gadis itu membeku seketika. Pengakuan singkat yang terlontar dari bibir Gavin itu benar-benar membuat dadanya sesak. Seketika itu juga seisi kantin yang tadinya riuh menjadi senyap. Mereka menatap bingung ke arah Melly yang sedari tadi terus berdiri sembari menatap Gavin dengan pandangan piasnya.

Wajahnya memerah padam. Gadis itu menipiskan bibirnya. Saat itu juga ia melenggang pergi dari mejanya. Berjalan menuju pintu keluar.

"Mell, tunggu." Lala yang melihat Melly, kemudian juga beranjak pergi dan berlari sembari memanggili namanya.

"Udah guys, ga usah dengerin tu cabe. Palingan juga, cuma fans halunya bebeb gue." Kayla berujar sembari berjalan santai melewati Gavin tanpa melakukan kontak mata. Ia menuju salah satu stand penjual makanan. Dan seketika itu juga ia menerbitkan smirk-nya.

'Selamat melaksanakan ujian, Mellysha.'

Suasana kantin yang tadinya senyap, sudah kembali seperti semula. Para siswa mulai mendatangi stand dan memesan makanannya masing-masing. Tampak tak ada masalah sama sekali akan pernyataan Kayla beberapa menit yang lalu.

Lain halnya dengan seorang Laki-laki di salah satu sisi kantin. Ia tampak gelisah seusai kejadian tadi. Matanya menerawang nanar. Hingga tiba-tiba pandangannya bertemu dengan netra seorang gadis yang tengah berdiri di ujung ruangan.

Shifa. Gadis itu mengarahkan pandangannya secara penuh kepada Gavin. Namun kali ini bukan pandangan kagum, tetapi pandangan yang sepertinya sedikit sulit untuk Gavin jabarkan. Seperti marah, sedih, dan kecewa. Kemudian ia berlalu begitu saja. Tanpa menghabiskan makanannya.


•●☆●•


"Hiks."

Aku berlari meninggalkan Kantin. Suasana hatiku mendadak buruk. Memangnya hati siapa yang tidak hancur mendengar seseorang yang selama ini disukainya tiba-tiba mengaku memiliki pacar?

Air mataku sudah tidak bisa kutahan lagi. Aku menangis tersedu-sedu. Apa maksudnya itu tadi? Bukannya selama ini kak Gavin perhatian sama aku? Bahkan kemarin saja ia rela menghadiri pernikanan Kak Nisrina dan mengajakku pergi membeli novel.

Stalker Jadi PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang