#30 Undangan

158 17 3
                                    

Hai semuanya..... aku balik lagi hwhwhw

Vote sama komentarnya ditunggu loh ya, jangan lupa!

Selamat membaca

.

.

.

17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17.07

"Tante, punya kotak P3K? Saya mau ngobatin Lysh- eh, Melly dulu. Kasian dia udah kesakitan dari tadi." Tanya Gavin dengan nada sopan.

"Eh, iya ada ada. Bentar ya."

Gavin yang sedari tadi terbawa suasanya akhirnya tersadar juga ketika melirik Melly yang hanya diam sambil meraba area lukanya.

Bunda Melly pun juga ikut tersadar dan berlari kecil untuk meraih kotak P3K dan menyerahkannya ke Gavin.

'Biarin berduaan aja kali ya.. Gavin ini kan yang waktu itu bikin Melly mendadak minta motor sama Ayahnya. Fix anak gue naksir. Bunda restuin deh Mell.'

Seulas senyum jahil terbit diwajah Risa. Ia ingin menguji seberapa bucin anak perempuannya itu terhadap seniornya sendiri.

"Eh, Bunda ke dapur dulu ya ada tugas negara yang perlu diselesein nih." Ucap Risa lalu secepat kilat melipir pergi dari hadapan kedua remaja itu.

Melly dan Gavin memandang kepergian Risa dengan wajah herannya.

Kemudian suasana canggung pun menghampiri kedua remaja itu. Melly sangat tidak menyukai suasana ini. Gavin yang menyadari gelagat Melly kemudian berusaha memecahkan keheningan.

"Sini gue obatin."

Melly mengangguk canggung kemudian mendekat ke arah Gavin. Gavin mulai membuka kotak P3K tersebut kemudian mengeluarkan sebotol alkohol dan obat merah tak lupa dengan kapas dan perbannya.

Melly mendekat, namun tidak sampai pada gapaian Gavin. Gavin berdecak kemudian ia beralih tempat duduk tepat di samping Melly, sangat dekat. Ia menggeser duduk Melly dan meraih kedua lutut gadis itu yang kemudian diletakkan diatas pangkuan Gavin.

Melly yang sedikit terkejut dengan perlakuan Gavin menunduk. Ia merasakan dadanya berdebar hebat. Ia enggan mengangkat kepalanya karena malu jika Gavin melihat wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus saking merahnya.

Gavin mengobati luka Melly perlahan. Melly sedikit meringis karena lukanya yang masih terlalu sakit. Gavin yang melihat itu memelankan aktivitasnya dan menatap Melly. 

Keadaan kembali menjadi hening. Mellypun ikut enggan membuka suara. Gadis itu mulai menyadari dan menatap bingung air muka Gavin yang perlahan berubah.

"Maaf." Satu kata yang membuat Melly spontan mendongak.

"H-hah? buat apa kak?"

"Gara-gara gue lo jadi kaya gini."

Stalker Jadi PacarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang