21. Sebuah niat yang melukai hati

6.4K 344 3
                                    

"Persahabatan yang melibatkan sebuah perasaan, memang akan merumitkan, dan bodohnya aku tetap mengharapkan kepastian, kepastian yang tak akan ku dapatkan, karena selamanya kita hanya akan menjalin persahabatan, tidak akan pernah ada sebuah hubungan penuh keseriusan yang selalu ku harapkan"

–––– ARAFASYA ––––
© Auliariskamaula

A

ra, Nina, Alika, Alina, Ilham, dan Riyan masih berkumpul di kantin fakultas kedokteran, mereka masih asyik dengan obrolan mereka dengan sesekali diiringi canda tawa.

"Aku sama Alina pergi sebentar yaa, mau ketemu seseorang dulu sebentar" izin Alika yang kemudian bangkit dari duduknya diikuti Alina yang juga ikut bangkit.

"Lama gak?, Kalo lama mendingan nanti kalian langsung pulang aja" ucap Nina.

"Nggak kok, nanti Lo sama Ara biar kita anterin, tunggu bentar yaa" jawab Alika yang diangguki Nina dan Ara.

"Saya harus balik ke rumah sakit, ada pasien yang harus saya urus" ucap Ilham tidak lama setelah Alika dan Alina pergi.

"Yahh Bang, masa Gue ditinggal" keluh Riyan.

"Udah gede, punya kaki kan?, Bawa mobil kan?, Jangan manja" ucap Ilham dengan nada datarnya sambil bangkit dari duduknya.

"Iya dehh, serah Lu dah Bang" ucap Riyan sambil meminum kembali minumannya.

"Assalamu'alaikum" salam Ilham.

"Wa'alaikumussalam" jawab Ara, Nina, dan Riyan.

"Hati-hati Ka" sambung Ara setelah menjawab salam.

Ilham hanya mengangguk kemudian berjalan menjauhi Ara, Nina, dan Riyan untuk menuju ke parkiran.

"Aku izin ke kamar mandi bentar yaa" izin Ara sambil bangkit dari duduknya.

"Jangan lama-lama Ra" ucap Nina.

"Iya" jawab Ara sambil berjalan menuju kamar mandi.

***

Nina meminum minumannya dan Ia tersedak karena pertanyaan dari Riyan.

"Nin, Ara sudah ada yang khitbah?" tanya Riyan.

Nina tersedak sampai terbatuk-batuk karena pertanyaan tersebut.

"Yaelahh pelan-pelan kali Nin, Lo tuh ya dari dulu perasaan ceroboh mulu" ucap Riyan sambil menyerahkan segelas air putih yang langsung diterima Nina.

Nina bernapas lega setelah acara tersedaknya selesai, matanya memicing ke arah Riyan.

"Kenapa tanya begitu?, Jangan jangan..." ucap Nina dengan memicingkan mata menatap Riyan.

"Biasa aja kali Bu, iya Gue pulang ke Indonesia yaa salah satunya karena punya niat buat khitbah Ara" jawab Riyan.

Duarr...!!

Hati Nina tiba-tiba terasa nyeri, sangat sakit hingga Nina rasanya ingin menangis sekarang juga.
Ini memang salahnya, melibatkan perasaan dalam persahabatan memang selalu berakhir menyakitkan.
Dan bodohnya Nina tetap mempertahankan perasaan yang sebenarnya tidak boleh tumbuh dalam persahabatan.
Ya... Nina menyukai Riyan, sudah lama dari dulu bahkan sejak mereka kecil sebelum Riyan pindah ke Inggris.
Bertahun-tahun berlalu nyatanya tak menghilangkan perasaan Nina, justru perasaan tersebut seperti sudah tumbuh subur meskipun Nina sempat berpacaran dengan laki-laki lain.

"Nin, Allahu Akbar Gue nanya serius nihh" ucap Riyan menyadarkan lamunan Nina.

"Ehh, ng––gak tahu" jawab Nina terbata karena berusaha menahan air matanya yang mendesak untuk turun.

ARAFASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang