"Sebaik-baiknya perencana adalah Allah SWT, sebaik-baiknya rencana adalah rencana atas dasar Ridho-Nya"
–––– ARAFASYA ––––
© AuliariskamaulaIlham sedang terduduk di ruang kerjanya di rumah, laptop dihadapannya menyala menampilkan data medis pasien yang harus dikerjakannya, namun pikiran dokter tampan itu melayang jauh pada sosok wanita yang saat ini masih terbaring di rumah sakit.
Ilham mengusap wajahnya kemudian melafazkan istighfar berkali-kali, hatinya masih bimbang harus mengambil keputusan apa tentang ucapan Riyan tiga minggu yang lalu.
Tok tok tok
Pintu ruangan Ilham diketuk seseorang, Ilham melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 01.00 dini hari.
Ilham bangkit dari duduknya untuk membuka pintu, sambil memijat kening dan pangkal hidungnya untuk menetralkan rasa pusing yang sedikit menderanya."Assalamu'alaikum" salam sang ummi.
"Wa'alaikumussalam" jawab Ilham yang kemudian sedikit terkejut melihat umminya berdiri didepannya disaat jam segini.
"Mau sampai kapan Abang kayak gini?" tanya ummi Amira kepada putra sulungnya itu sambil menghela napas berat.
"Masuk dulu Ummi" ucap Ilham seakan menghindar dari pertanyaan sang ibunda.
"Mau sampai kapan?" tanya ummi Amira dengan pertanyaan yang sama setelah duduk di sofa yang ada di dalam ruangan itu.
"Apanya" jawab Ilham seakan tak tahu apa yang sedang umminya bicarakan.
"Jangan pura-pura seperti tidak terjadi apa-apa Bang" ucap ummi Amira dengan menatap putranya yang kini duduk di sebelahnya.
"Memangnya terjadi apa?" Ilham justru bertanya seakan dia memang tidak tahu apa-apa.
"Mau sampai kapan Ilham melarikan diri dari masalah Ilham?" tanya ummi Amira dengan nada lembutnya.
"Ilham tidak punya masalah Ummi" jawab Ilham menatap sang ummi.
"Lalu permintaan Riyan beberapa waktu yang lalu itu apa?, Perasaan Abang ke Ara itu apa?, Keadaan Ara sekarang yang bahkan tidak pernah Abang temui secara langsung itu apa?, Itu bukan masalah, hm?" tanya ummi Amira yang langsung membuat Ilham mati kutu.
"Abang sudah dewasa, seharusnya sudah paham bagaimana menghadapi masalah yang ada, bagaimana mengatasinya, bagaimana menjaga hati Abang sendiri"
"Bukan justru melarikan diri dari masalah dengan menyibukkan pada pekerjaan Abang seperti ini, itu tidak baik Bang" ucap ummi Amira dengan kelembutannya.
Ilham masih diam mendengarkan nasehat umminya.
Memang benar, sejak percakapannya dengan Riyan waktu itu Ia memang belum mengunjungi Ara seperti yang Riyan minta, Ilham memang sudah menceritakannya pada kedua orang tuanya, namun hatinya masih bimbang untuk mengambil keputusan.
Perintah sang Abi agar dirinya beristikharah pada Allah pun sudah Ia laksanakan, hanya saja Allah belum memberikan petunjuk apapun tentang bagaimana Ia harus menyikapi semuanya.Hingga pada akhirnya pekerjaan lah yang menjadi pelarian sambil menunggu petunjuk dari Allah, Ilham selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai dokter, berangkat pagi sebelum pukul 06.00 untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan orang rumahnya dan pulang malam melebihi pukul 22.00 untuk alasan yang sama.
Tidak hanya itu, pulang dari rumah sakit Ilham lebih memilih untuk memasuki ruang kerjanya yang ada di sebelah kamarnya, menyibukkan diri dengan apapun yang harus dikerjakannya agar tidak terus mengingat Ara dan percakapannya dengan Riyan, bahkan Ilham baru akan tertidur pukul 02.00 dini hari dan kembali bangun pukul 03.00 untuk sholat tahajjud dan istikharah.
Itu terjadi selama tiga minggu terakhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARAFASYA
Espiritual[ ⚠Romance act - Spiritual ] Cinta adalah fitrah manusia yang Allah berikan kepada setiap hamba-Nya, namun bagaimana dengan cinta yang melibatkan banyak hati?? Seperti senja yang hadir dengan penuh makna, kamu hadir menawarkan jalan untuk kita bersa...