15. Bintang dan Bumi

6.2K 392 5
                                    

"Bintang... Kau itu seperti bintang dan aku adalah bumi, bintang yang hanya dapat ku pandang, namun.. tanpa bisa kumiliki"

–––– ARAFASYA ––––
© Auliariskamaula

Ara masih terduduk di bangku taman belakang rumahnya, dengan pandangan yang menatap langit cerah bertaburkan bintang.

Keindahan ciptaan Allah selalu bisa menenangkan nya, mulutnya tak berhenti berdzikir menyebut nama Allah, hatinya yang sedang hancur Ia pasrahkan pada Allah.
Sungguh tiada kedamaian yang tentram bagi Ara selain dengan mengingat Allah Azza wajalla.

"Dan sungguh, Kami telah menciptakan gugusan bintang di langit dan menjadikannya terasa indah bagi orang yang memandang (nya)" suara Ilham yang membacakan arti dari sebuah ayat Al-Qur'an berhasil membuyarkan lamunan Ara.

Ara menengok ke belakang, dilihatnya Ilham yang sedang berdiri 3 meter dari tempatnya duduk dengan pandangan menatap langit malam.

"Kamu pasti tau kan bunyi dari ayat yang artinya saya bacakan barusan?" tanya Ilham dengan mengalihkan pandangannya sebentar dari langit ke Ara.

Ara mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Ilham, Ia tahu ayat yang memiliki arti seperti yang Ilham bacakan barusan.

"Surat Al-Hijr ayat 16" ucap Ara yakin.

Ilham tersenyum, kemudian berjalan dan duduk di atas rumput yang berjarak 3 meter sebelah kanan dari bangku tempat Ara duduk.

"Sudah saya duga kamu pasti mengetahuinya" ucap Ilham dengan pandangan menatap langit cerah.

Ara diam, Ia masih belum mengerti maksud Ilham menemuinya di sini.
Suasana hening, baik Ara maupun Ilham sama-sama sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Ara...kau tahu, kau itu seperti bintang" ucap Ilham tiba-tiba memecahkan keheningan antara dirinya dan Ara.

"Kenapa?" tanya Ara dengan suara parau nya karena setelah menangis, kening nya mengkerut bingung dengan pernyataan Ilham.

"Bintang...
Kamu itu seperti bintang,
dan saya adalah bumi,
Bintang yang hanya dapat saya pandang,
Namun... tanpa bisa saya miliki" ucap Ilham tanpa mengalihkan sedikitpun pandangan nya dari langit.

Ara membeku di tempatnya.
Hatinya kembali terkoyak, air matanya memaksa untuk dikeluarkan kembali, namun sekuat tenaga Ara tahan.

"Seharusnya saya sadar dari awal,
Jika kamu terlalu sulit untuk saya gapai,
Namun, saya terlambat menyadari,
Hingga saat ini saya melukai banyak hati" ucap Ilham kembali.

Kali ini Ilham sedikit melirik Ara yang masih diam membeku di tempatnya, namun setetes air mata berhasil lolos dari matanya.
Ilham ingin menghapus air mata itu, namun Ia tak punya daya untuk dapat melakukannya, Ia bukan siapa-siapa, dan sampai kapanpun mungkin tak akan pernah menjadi siapa-siapa.

"Jangan menangis Ra, jangan buat saya semakin sulit untuk mengikhlaskan mu" ucap Ilham dengan helaan nafas panjang nya.

"Kenapa sulit?, Bukan kah kita baru mengenal beberapa hari?" tanya Ara dengan suara parau nya.

Lagi lagi Ara gagal menahan air matanya agar tidak mengalir, nyatanya air matanya seperti memiliki banyak stok yang harus dikeluarkan hari ini juga.

ARAFASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang