10. Kekhawatiran

7K 411 3
                                        

"Sholat lah agar hatimu tenang, sebab tak ada yang dapat menenangkan hati yang khawatir, kecuali dengan mendekat pada Sang Al-Kabiir"

–––– ARAFASYA ––––
© Auliariskamaula

Ilham membawa Ara ke Rumah Sakit Mitra Medika karena itu adalah rumah sakit terdekat dari kafetaria tempat Ara pingsan tadi.

Saat ini Ara sedang di tangani dokter di UGD, Ilham dan Nina harap harap cemas di kursi tunggu depan ruang UGD.

Jam sudah menunjukkan pukul 15.00 dan adzan ashar sudah berkumandang 10 menit yang lalu, Ilham memutuskan pergi ke mushola rumah sakit untuk sedikit menenangkan hatinya yang dilanda khawatir.

"Saya mau ke mushola dulu, kamu jangan kemana-mana" ucap Ilham pada Nina.

Nina hanya mengangguk sebagai jawaban, Ia benar benar khawatir dengan kondisi sahabatnya itu.
Setahu Nina, Ara tidak memiliki penyakit apapun dari dulu.

Ilham segera mengambil wudhu saat sampai di mushola rumah sakit, kemudian bergegas masuk dan melaksanakan sholat ashar dengan khusyuk.

Setelah selesai melaksanakan sholat ashar, Ilham memanjatkan do'a agar Ara diberikan keselamatan.
Ilham memang tidak tau penyakit apa yang Ara derita, namun entah mengapa feeling Ilham mengatakan Ara bukan hanya menderita penyakit ringan.

Ara membuka matanya perlahan, kepalanya masih sedikit nyeri meski sudah tidak sesakit tadi.

Ara mengedarkan pandangannya memperhatikan ruangan tempat Ia berada, ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat membuat Ara bisa menebak bahwa kini Ia berada di rumah sakit.

"Dok, pasien sudah sadar" ucap salah satu suster yang membuat Ara menengok ke arah suster tersebut.

Seorang dokter wanita yang mengenakan jilbab berwarna putih tersenyum kepada Ara, kemudian dokter tersebut memberikan sebuah cadar berwarna biru navy kepada Ara.

"Ambil dan pakailah, cadarmu yang tadi banyak terkena darah, maaf ya saya membuka cadarmu tanpa izin, tapi kamu tenang saja di ruangan ini tidak ada laki laki kok" ucap dokter tersebut dengan tersenyum lembut kepada Ara.

Ara membalas senyum dokter tersebut kemudian tangannya mengambil cadar yang diberikan dokter tersebut dan memakainya.

"Terimakasih dok" ucap Ara setelah selesai memakai cadar nya.

Dokter tersebut mengangguk kemudian mulai memeriksa kembali keadaan Ara, Ia hanya ingin memastikan bahwa Ia tak salah memeriksa karena hasil pemeriksaannya tadi cukup mengejutkan nya.

Dokter dengan name tag Dr. Salwa Arifah tersebut menatap Ara dengan tatapan yang sulit diartikan setelah memeriksa keadaan Ara.

"Apa kamu tahu penyakit yang sedang kamu derita?" tanya Dokter Salwa.

Ara mengangguk menjawab pertanyaan Dokter Salwa.

"Apa kamu sudah memiliki dokter pribadi yang menangani penyakitmu ini?" tanya Dokter Salwa kembali.

"Sudah, saya memiliki dokter pribadi yang sudah menangani saya selama dua tahun ini" jawab Ara.

ARAFASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang