7. Khitbah

8.6K 500 0
                                    

"Cinta terkadang hadir tanpa mengenal masa, bahkan terkadang tanpa tahu siapa namanya, namun begitu merasuk ke dalam jiwa"

–––– ARAFASYA ––––
© Auliariskamaula

Ara, Bunda Arini, dan Nina mulai berjalan keluar kamar dan menuruni tangga satu persatu.

Ara menundukkan kepalanya, tak berani sedikit pun mengangkat kepalanya dan melihat orang orang yang sedang menatapnya dengan terkagum kagum.

"Ekhem.." Bunda Arini berdehem untuk menyadarkan para orang yang masih dengan serius menatap Ara dengan kagum.

Para orang kembali tersadar karena deheman bunda Arini.

"Masyaallah, cantik sekali Nak Naura" puji Ummi Amira sambil tersenyum lembut menatap Ara.

"Syukron Tante" jawab Ara masih dengan menundukkan kepalanya.

"Sini duduk Dek" perintah Ayah Farzan sambil menepuk-nepuk tempat kosong ditengah tengah dirinya dan istrinya.

Ara mengangguk kemudian duduk di tengah-tengah antara Ayah dan Bundanya.

"Bismillah, sepertinya sudah cukup untuk perkenalan dua keluarga kita tadi, sekarang masuk ke acara inti, silahkan Nak Ilham sampaikan apa yang menjadi tujuan utama Nak Ilham dan keluarga datang kemari" ucap Ayah Farzan memulai pembicaraan serius tentang niat baik Ilham dan keluarga.

Ilham menarik nafas pelan kemudian berdehem sebentar untuk sedikit mengatasi kegugupan nya.

Ilham jarang sekali merasakan kegugupan seperti sekarang, Ia termasuk orang yang memiliki pribadi yang tenang, sangat jarang Ilham menunjukkan sikap tak tenang/gugupnya di hadapan orang lain.

Ilham berusaha untuk menutupi kegugupannya dengan sikap tenang yang dia miliki untuk sekarang ini.

"Bismillah, sebelumnya saya ingin meminta maaf kepada Om dan Tante sekeluarga karena mungkin kedatangan saya dan keluarga yang terlalu mendadak" ucap Ilham memulai pembicaraan.

"Tak apa Nak Ilham" jawab Ayah Farzan sambil tersenyum kepada Ilham.

"Kedatangan saya dan keluarga kemari karena saya memiliki niat baik untuk mengkhitbah Putri Om dan Tante untuk menjadi pendamping hidup saya baik di dunia maupun di akhirat kelak" ucap Ilham dengan perasaan yang tidak menentu antara gugup, takut, dan lega.

Ayah Farzan tersenyum melihat keseriusan laki laki dihadapan nya ini.

"Saya dan keluarga menerima dengan senang hati niat baik Nak Ilham dan keluarga, namun tetap keputusan ada ditangan Ara" ucap Ayah Farzan.

Semua pandangan orang tertuju pada Ara yang masih setia menundukkan kepalanya.

Ara bingung, hatinya dilanda dilema yang tak Ia mengerti.
Saat Ilham mengatakan keseriusannya barusan, hati Ara berdesir hangat, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Ara belum mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab khitbah Ilham, namun suasana hening sesaat ini terpecah saat mendengar suara Azzam.

"Saya ingin bertanya beberapa sebelum Adik saya menjawab, bolehkan?" ucap Azzam meminta izin untuk bertanya.

Semua orang mengangguk mengizinkan, Ilham juga mengangguk bertanda bahwa Ia siap menjawab pertanyaan Azzam.

ARAFASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang