19. Sebuah Insiden

6.3K 362 0
                                        

"Karena pikiran dan perasaan tidak pernah bisa disamakan,
Ketika pikiran menyuruh untuk segera melupakan namun perasaan justru selalu ingin memperjuangkan"

"Tanpa sadar, hatimu sebenarnya telah memiliki perasaan, hanya saja kau terlalu sibuk untuk melenyapkan, tanpa sedikitpun mencoba untuk membuka perasaan"

–––– ARAFASYA ––––
© Auliariskamaula

Keadaan di dalam mobil hening, tidak ada yang memulai percakapan untuk mencairkan keadaan.
Ara dan Nina seakan dalam zona canggungnya untuk memulai percakapan, Ara lebih memilih diam berusaha untuk tidak berkata-kata karena itu bisa saja membuat air matanya kembali luruh.

Sementara Nina masih sibuk dengan pikirannya tentang ada apa dengan Ara sebenarnya?, Apa yang Ara tutupi darinya?, Yang terus menerus berputar dalam kepalanya.

Dan Azzam terjebak dalam kecanggungan yang tidak Ia mengerti bagaimana mengatasinya, Azzam tak terbiasa memulai percakapan, dalam percakapan sekalipun Azzam hanya akan berkata seperlunya.
Azzam menduga ada yang salah dengan adiknya dan Nina, tidak biasanya mereka diam dalam waktu yang lama.

Bisa dibayangkan bagaimana canggungnya keadaan mobil Azzam saat ini??
Hmm, sungguh tidak mengenakan.

Hingga akhirnya keadaan tetap hening dengan berselimut kecanggungan, bahkan sampai mobil Azzam sampai di parkiran fakultas kedokteran.

Ara dan Nina keluar dari mobil, setelah berada di luar mobil Ara menyalami tangan Azzam dan berpamitan.
Sedangkan Nina masih diam dengan segala pikiran yang tertuju pada Ara.

***

Ara dan Nina berjalan beriringan menuju kelas mereka, suasana masih hening, tidak seperti biasanya yang selalu ada obrolan diantara mereka.

"Assalamu'alaikum" salam Ara dan Nina ketika memasuki kelasnya.

"Wa'alaikumussalam" jawab semua orang yang ada di dalam kelas.

"Nina....!!!" pekik Alika dan Alina dengan suara cempreng nya.

Semua mata memutar jengah melihat aksi dua teman mereka yang memiliki suara mirip toa masjid.
Ara geleng-geleng kepala melihat aksi kedua sahabatnya itu.

Alika dan Alina langsung memeluk Nina erat, bahkan sampai Nina sesak napas gara-gara pelukan mereka.

"Kalian mau bunuh Gue?" ucap Nina dengan mata yang melotot tajam kearah dua sahabatnya itu.

Sementara Alika dan Alina hanya nyengir tanpa dosa mendapatkan pelototan tajam dari Nina.

"Sorry Nin, lagian Lo kemana aja coba?, Ngilang ngilang mulu udah mirip kaos kaki Gue" ucap Alika.

Nina memukul kepala Alika menggunakan pulpen yang Ia bawa, membuat Alika meringis kesakitan.

"Sakit bego" ucap Alika sambil mengelus kepalanya.

Nina hanya memutar bola matanya malas, sedangkan Alina sudah tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya, dan Ara hanya terkekeh sambil geleng-geleng kepala.

"Lo kemana aja sih Nin?" tanya Alina ketika mereka berempat sudah duduk di tempat masing-masing yang saling berdekatan.

"Gak kemana-mana" jawab Nina datar.

Obrolan mereka terhenti ketika dosen memasuki kelas mereka dan memulai pelajaran hari ini.

***

Dua mata kuliah sudah selesai, jam sudah menunjukkan pukul dua siang, Ara, Nina, Alika, dan Alina sedang berjalan sambil mengobrol setelah menyelesaikan kelas terakhir mereka.

ARAFASYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang