Part 1

18K 424 12
                                    

Ini adalah kisahku yang sudah aku kubur dalam-dalam namun dengan mudahnya dia datang dan menggali lagi kisah itu.

Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas empat SD dan aku menyukai laki-laki bernama Rahma ya bisa dibilang masih cinta monyet.

Aku mengenalnya semenjak dia tinggal di rumah om nya.Aku adalah anak dari seorang tentara dan tinggal di asrama sejak aku masih bayi.

Rahma yang sudah duduk dibangku kelas enam itu pun tinggal bersama om nya dan beberapa kali kami sering main berdua di lapangan kadang juga kami memanjat pohon rambutan yang ada di belakang pos penjagaan.

"Melly,Melly main yuk!"teriak bang Rahma dari luar.Aku yang sedang menonton tv pun bergegas keluar dan melihatnya sedang membawa sepeda.

"Ma Melly main ya sama bang Rahma!"teriakku dari luar.

"Pulang nya jangan kesorean!"teriak mama ku dari dapur karena mama ku sedang memasak untuk makan siang nanti.Aku mempunyai seorang adik laki-laki namanya Gilang,umur kami berbeda tujuh tahun dan saat ini adikku baru berumur dua tahun.

"Keliling lapangan Korem aja yuk Mel?"tanya bang Rahma.

"Loh ngapain ke Korem? Nggak di sini aja?"tanya ku.Aku tinggal di asrama kompi bantuan dan jarak dari sini ke Korem itu sangatlah dekat karena bersebelahan.Bukan hanya Korem saja bahkan kami juga bersebelahan dengan Kompi C.

"Lapangannya di pake buat apel Mel"Oh iya ya amoj kenapa aku bisa lupa,tadi pagi saja papaku berangkat dengan seragam PDL nya.

"Oh iya bang,Melly lupa hehe"ucap ku nyengir kuda sementara bang Rahma hanya menggelengkan kepalanya.

"Yaudah yuk naik!"perintah bang Rahma.Aku pun menaiki sepedanya yang sudah diberikannya jok di belakang.Kami pun mengelilingi lapangan Korem dengan semangat.

Lapangan Korem nya berada di depan sekolah ku.Aku bersekolah di SD Persit/ Kartika Jaya Korem 142 Gapu memang sekolah swasta namun jarak nya dekat sekali dengan rumah ku begitu pun juga dengan bang Rahma kami juga satu sekolahan.

Lelah main sepeda kami pun beristirahat di bawah pohon yang ada di lapangan Korem.Namun tiba-tiba saja ada seseorang yang merangkul ku dengan badan penuh keringat.

Aku tahu sekali siapa ini dia adalah om  Reza.

"Ih oom bau! Lepas om!"teriak ku kesal pada om Reza.Om Reza pun melepaskannya sambil tertawa.

"Main aja terus nggak capek?"tanya om Reza sambil memberikan dua botol minuman dingin kepada ku dan bang Rahma.Aku pun langsung meminumnya karena memang haus sekali padahal aku yang dibonceng tapi kenapa aku yang haus?

"Kan aku masih kecil om.Anak kecil itu harus selalu kain diluar biar kuat ya kan bang?"tanya ku pada bang Rahma.Bang Rahma pun hanya tersenyum tipis lalu mengangguk dan kembali meneguk botol minumannya.

"Iya lah iya sama anak kecil mah oom  ngalah aja"

"Masih ikut drum band Mell?"tanya om Reza dan aku pun mengangguk.Posisi ku sekarang sudah memegang Pianika dan kelas lima SD nanti akan naik menjadi Blira untuk menggantikan posisi kakak-kakak yang sudah kelas enam.

"Yaudahlah oom mau balik dulu,main jangan kemalaman ingat rumah!"

"Ya ingatkah om masa iya aku lupa gimana sih oom mah aneh"jawab ku om Reza hanya tertawa lalu pergi.

***

Keesokan paginya aku sudah siap dengan seragam merah putih ku dan tinggal menguncir rambut ku saja lagi.

"Ma! Kuncirin rambut Mell ma"teriak ku memanggil mamaku yang sedang mengurus Gilang.

"Melly kan udah mama bilang jangan teriak-teriak nanti adek bangun,terus kalau tetangga sebelah dengar gimana?"ucap mamaku marah aku pun hanya diam menundukkan kepalaku dan memberikan kuncir rambut beserta sisir yang sudah ada di tanganku.

Rumah kami memang kecil bahkan sebelahan pun satu dinding satu dinding yang hanya dibatasi dengan sebagian batu bata dan kayu.Jika dibagikan tengah sampai ke belakang itu sepenuhnya dibatasi dengan tembok.

Papaku memelihara ayam dan bebek bahkan kalau papa ku pergi ke Batalyon dan pulang malam aku lah yang menggiring bebek-bebek nya papa hingga masuk ke kandang kadang juga aku dibantu oleh sahabat ku dari orok namanya Kevin.Mama ku tidak berani untuk memasukkan bebek ataupun ayam katanya geli namun tidak denganku aku malah senang jika aku bermain dengan mereka.

"Melly berangkat dulu ya ma? Assalamualaikum"ucap ku sambil menyalam tangan mama.Aku bersekolah dengan jalan kaki karena jaraknya memang dekat sekali.

"Wa'alaikumsalam.Jangan jajan banyak-banyak awas aja kalau dirumah minta jajan lagi nggak mama kasih nanti"ucap mamaku aku pun hanya mengangguk.Karrna memang aku ini boros nggak bisa lihat duit nganggur bawaannya pengen habisin mulu.

Aku pun berangkat bersama dengan teman ku namanya Dita,dia adalah anak danton yang baru beberapa minggu ini pindah kesini aku dan dia sangatlah akrab bahkan kami sering main bertiga jika ada bang Rahma.

"Ayo cepetan Mell nanti kita telat senam!"teriak Dita aku pun lupa sekali kalau setiap pagi kami akan senam terlebih dahulu sebelum melanjutkan pelajaran sekolah.

Untungnya pagar sekolah masih dibuka dan kami tidak kesiangan.Sungguh lelah sekali rasanya ikut senam di pagi hari kenapa nggak langsung belajar? Pikir ku saat itu.

Setelah senam kami pun memasuki kelas masing-masing karena memang setiap kelas itu hanya ada satu.Kelas satu hanya ada satu kelas,kelas dua satu kelas,kelas tiga satu kelas begitu juga sampai seterusnya.Sekolah kami memang berbeda dengan sekolah lain yang setiap kelasnya terdiri dari beberapa kelas.

Tak lama guru kami pun masuk baru kali ini aku melihatnya ya mungkin dia guru baru disini.

"Selamat pagi anak-anak"

"Pagi pak!"

"Perkenalkan nama bapak Surya,bapak guru matematika dan akan menjadi wali kelas kalian untuk tahun ini"ucap pak Surya,aku pun hanya mengangguk jujur rasanya ngantuk sekali karena semalam aku hampir tidak tidur karena tangisan adik ku yang sangat kencang membuatku sangat terganggu.

Aku duduk di barisan nomor dua bersebelahan dengan Mitto.Dia adalah anak baru dari kelas tiga SD dan tempat duduk kami pun sudah diatur untuk duduk dengan cowok-cewek bukan dengan cewek-cewek karena kalau kami duduk dengan sesama jenis maka akan ribut katanya.

Pak Surya pun memulai mengajari kami dengan pelajarannya.Jujur otakku lemot sekali jika di hadapkan dengan matematika,dari jaman mengantrophus aku sangat tak menyukai pelajar ini yang membuat otakku capek dan mual untung Mitto ini baik jadi dia lah yang sering memberi ku contekan jawaban dari matematika karena dari dulu memang dia pintar matematika.

Aku lebih menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.Sejak kecil mama selalu mengajariku tentang bahasa Inggris mama memang pintar bahasa Inggris karena saat ia hendak tes Pramugari dulu dia sudah mempelajari banyak bahasa namun sayang mama tak lewat tes karena tingginya kurang dan akhirnya mama pun telah jadi Bu Persit dan mengurus rumah.

Bahkan dulu sekali waktu aku kelas dua SD,buku ku pernah hampir di robek dengan papa karena aku yang tak mengerti ngerti dengan pelajaran matematika yang waktu itu papa ajarkan.Lalu mama lah yang membelanya untung saja ada mama jika tidak? Aku pun juga tak tahu apa yang akan terjadi malam itu.

Sepulang sekolah aku pun berjalan dengan Mitto karena Dita sudah dijemput dengan ayahnya.Kami berdua pun berjalan sambil ngobrol bahkan sesekali tertawa dan saat aku hendak melewati perbatasan antara asrama dan Korem aku melihat bang Rahma dan kak Ayu sedang duduk di warung yang ada di Korem sambil memakan gorengan dan tertawa bersama.

Dan dari sinilah aku merasakan ada hal yang tak beres yang terjadi padaku saat ini.

Bersambung...
.
.
.
😁

Gimana suka nggak? Oke lanjut part 2 ya😘

See you next part🚁🚁🚁

Rahma [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang