Part 2

7.4K 253 1
                                    

Sore ini aku latihan Drum Band di sekolah ku.Aku pergi dengan teman-teman ku Mitto dan Dita.Mitto ini posisinya sudah berada di pemain drum sedangkan Dita sama sepertiku dia masih pianika dan jika kami naik kelas lima maka kami akan naik ke Blira.

Banyak kakak-kakak kelas kami yang sudah tak mengikuti drum band lagi karena sebentar lagi mereka akan menghadapi UN.Tapi berbeda dengan kak Ayu,dia masih tetap kekeh untuk ikut drum band padahal dia sudah kelas enam dia seorang Gitapati.

Pak Budi dan Pak Agus lah yang mengajarkan kami drum band.Bahkan di beberapa event-event kami sering memenangkan perlombaan antar sekolah baik tingkat SD maupun SMP digabung tingkat provinsi pun kami pernah memenangkan nya ya walaupun juara tiga kami tetap bersyukur.

Satu Minggu lagi kami akan menampilkan penampilan drum band kami di kantor gubernur dan tentu saja akan banyak sekali masyarakat yang datang untuk melihatnya bukan itu saja papa ku juga akan datang karena dia dan kawan-kawan nya yang lain akan berjaga disana dan aku akan membuat papa ku bangga melihat anaknya sedang menampilkan penampilan drum band disana.

Jika kosong,kami akan latihan di lapangan Korem karena disana kami bisa bergerak dengan luas tidak di halaman sekolah yang tak jarang salah satu dari kami akan terkena lumpur atau pun terinjak lubang karena halamannya masih tanah.

Saat ini kami sedang latihan di lapangan Korem untunglah disini kosong karena biasanya bukan kami saja yang memakai lapangan ini tapi anak dari SMA lain juga sering memakai ini sebagai tempat latihan drum band mereka.

Setelah lama latihan kami pun beristirahat dan tentu saja selalu ada yang mengangguk siapa lagi kalau bukan Om Reza.

"Oom bau!"teriak ku sambil menutup hidungku.Namun bukannya menjauh om Reza malah mendekat.

"Apa nggak denger?"tanya om Reza.Setiap hari memang om Reza selalu lari keliling Korem kadang-kadang juga keliling asrama dan semenjak di putuskan pacarnya jadilah dia lebih rajin untuk lari di Korem karena di lapangan Korem ini banyak cewek-cewek.

"Pergi sana! Oom bau banget"ucap ku.Karena memang aku berkata jujur, jujur sekali dari lubuk hati ku yang paling dalam om Reza memang bau saat dia berkeringat seperti ini.

"Mau pulang bareng nggak?"tanya Om Reza aku pun menggeleng dan masih setia dengan menutup hidungku.

"Yaudah oom mau pulang"ucap Om Reza mengacak rambut ku lalu segera pergi.Memang diantara banyak anak-anak asrama hanya aku lah yang selalu di ganggunya.Kesal? Sudah pasti jangan ditanya itu mah.

Selepas latihan drum band aku pun pulang dan seperti biasa pulang langsung menggiring bebek bersama Kevin.

***

Keesokan paginya aku telah siap dengan baju Melayu karena hari ini adalah hari Jum'at.Seperti biasa aku selalu berteriak memanggil nama untuk mengikatkan rambutku.

"Mama! Ikatin rambut Melly!"teriak dan tentu saja mendapatkan amukan lagi.

"Melly! Sudah berapa kali sih mama bilang? Jangan teriak-teriak"ucap Mama seperti biasa aku hanya menunduk.Mama pun mulai menyisirkan rambut ku.

Aku pun berangkat sekolah seperti biasa jalan bersama Mitto tentunya dan seperti biasa pula senam di sekolah yang selalu di ulang-ulang hingga membuatku hafal semua gerakannya.

Hari ini akan diadakannya ulangan Matematika,satu kata untukku saat ini.Mampus! Aku belum belajar yang pastinya akan mendapatkan nilai jelek lagi tentunya.

Namun ternyata nasib masih baik padaku hari ini kamu membatalkan ulangan karena pak Surya tak masuk. Alhamdullilah bukan hanya aku saja yang mengucapkan tapi satu kelas.

Dan hari ini kami Jamkos alias jam kosong.Senang? Jangan tanya senang bukan main.

Setelah pelajaran matematika selesai masuklah guru Bahasa Indonesia yang terkenal paling galak di sekolah.

Namanya Bu Wuni.Mampus jika ada yang berurusan dengannya bisa di bikin panjang ya ampun.

Satu kelas mendadak hening saat beliau masuk bahkan tak ada yang berani menoleh sedikitpun tak ada yang berani.

Semerdu-merdunya suara burung masih merdu lagi suara bell pulang sekolah.Kami pun pulang ke rumah masing-masing dan tentu saja Mitto dan Dita selalu bersama ku namun ada yang lebih karena Made anak Danrem ini akan ikut bermain bersama kami,rencananya kami berempat akan langsung main setelah pulang sekolah ini.

Aku pun pulang dan melemparkan tas ku ke sembarang tempat,membuka sepatu dan langsung keluar untuk main.Dilapangan inilah kami main perang-perangan,aku dan Mitto satu tim sedangkan Dita bersama Made.

Kami mengumpulkan daun dan diisi dengan beberapa kembang lalu melemparkannya keatas.Kembang itu pun berhamburan kemana-mana dan itu kami anggap sebagai bom.Sebelum main juga kami mengumpulkan kayu sebagai senjata untuk kami menembak dan mulailah kami berperang.

Baju Melayu ku yang tadinya masih bersih pun seketika berubah berwarna coklat karena terkena lumpur namun aku pun tak peduli yang ku pedulikan saat ini hanyalah "main".

Setelah puas bermain aku pun pulang dan tentu saja langsung dimarahin oleh mama dan lebih parahnya lagi papa juga ikutan memarahiku.

Habislah sudah!

"Melly! Kalau mau main ganti baju dulu lah,ini pulang sekolah lempar tas lempar sepatu langsung main! Lihat tuh baju ya ampun udah kotor kayak gini siapa yang mau nyuci?!"teriak mama aku pun hanya diam saja.

"Itu tas sama sepatunya mau papa buang keluar?"tanya papa lembut namun bahaya bagiku.Aku pun menggeleng dan menahan tangis karena baru kali ini aku dimarahi papa.

"Masuk habis itu mandi sana!"ucap Mama aku pun langsung berlari menuju kamar mandi.Di kamar mandi aku pun menangis takut sekali rasanya kalau papa memarahi ku begitu.

Lama dikamar mandi aku pun akhirnya keluar dan membawa bajuku yang sudah bersih.Sejak aku kelas dua SD aku sudah diajarkan banyak hal dengan papa ku mulai dari menjemur baju,melipat baju, mencuci, menyapu, mencuci piring dan mengepel.Itu semua harus aku lakukan saat papa ku tidak ada di rumah karena waktu itu mama sedang hamil Gilang makanya aku harus sering membantu mama agar mama tak terlalu kelelahan.

Sorenya papa pun berangkat lagi untuk tugas di Batalyon dan tentu saja aku dirumah karena takut akan dimarahi jika aku main lagi.Aku duduk di kursi depan bersama Gilang sedangkan mamaku sedang beberes rumah Kevin pun datang dengan membawa mobil-mobilan yang aku pinjamkan kemarin.

"Mell ini mobilnya makasih ya udah pinjami"ucap Kevin sambil memberikan mainan mobil-mobilan berwarna kuning dengan ku lantas aku pun langsung mengambilnya.

"Iya sama-sama"jawab ku.Kevin pun juga ikut duduk dan bermain bersama Gilang dan beberapa kali membuat Gilang tertawa.

Aku bersyukur sekali bisa mempunyai teman seperti Kevin.Dia baik sekali padaku memang kami beda sekolah tapi kami tetangga sebelahan kemana-mana kami selalu berdua.

Aku dan dia ibartnya sudah seperti cicak dan buntut.Kemana-mana selalu berdua tidak pernah berpisah karena kalau aku main selalu dengan anak laki-laki terus tidak pernah main dengan anak perempuan dan satu-satunya anak laki-laki yang paling dekat dengan ku adalah Kevin.

Karena Kevin sahabatku dari orok.Aku harap sampai kami dewasa kami bisa menjalin hubungan persahabatan seperti ini tanpa adanya pertengkaran yang bisa membuat persahabatan kami rusak.

Tak lama bang Rahma pun datang membawa sepeda nya ia mengajakku main namun aku tolak karena aku sudah berjanji untuk menjaga Gilang.Entah kenapa rasanya aku merasa tak enak sekali menolak nya untuk bermain denganku seperti ada yang aneh tapi aku masih belum menyadari nya.


Bersambung...
.
.
.
TBC
💖

See you next part🚁🚁🚁

Rahma [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang