Part 9

4.1K 182 2
                                    

Hari ini para taruna maupun taruni mengadakan pesiar.Rahma pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini turun dari bis Akedemi ia langsung menghubungi Melly.

Kali ini Rahma dan Windra akan mengelilingi kota Magelang sementara ketiga temannya yang lain itu akan mengunjungi rumah nenek nya Hendri.

"Ma,gue ke toilet bentar ya?"ucap Windra,Rahma pun hanya mengangguk.

Windra pun berjalan menuju toilet, tiba-tiba saja kakinya menginjak sesuatu yang keras.Windra yang merasa ada sesuatu dibawah sepatu pantofel nya pun langsung menunduk dan melihat sebuah dompet berwarna putih.

Windra pun membuka dompetnya dan terdapat uang yang cukup banyak,Windra pun tak mempedulikan uangnya ia melihat KTP dari sang pemilik dompet dan dia adalah wanita.

"Nama lengkap nya Tania Permatasari,tempat tanggal lahir Magelang,dua puluh lima mei"ucap Windra seraya membacanya.

"Permisi,pak itu dompet saya boleh saya ambil?"tanya seorang wanita berambut panjang itu,Windra pun mengalihkan fokus nya kepada seorang wanita yang mengajaknya bicara.

"Ah iya mbak ini dompetnya coba di cek aja dulu kalau aja ada yang nggak lengkap"ucap Windra ramah seraya tersenyum.Tania pun mengecek dompetnya dan benar masih lengkap.

"Makasih ya pak,saya ada utang budi sama bapak.Oh iya ini ada beberapa"ucap Tania sambil membuka dompet nya lagi Windra pun langsung menolaknya.

"Ah nggak usah mbak nggak perlu,niat saya mau balikin dompet mbak nya aja nggak ada lebih"tolak Windra halus Tania pun hanya tersenyum canggung.

Windra pun merasa ada yang tak beres dengan dirinya,entah mengapa saat ia melihat wanita yang ada di hadapannya ini jantungnya serasa berdetak dua kali lipat lebih cepat dari biasanya.

"Saya Windra"ucap Windra sambil mengulurkan tangannya seraya tersenyum.Entah apa yang ada dibenak laki-laki itu saat ini tapi yang pasti yang bekerja sekarang bukanlah logika nya melainkan hati nya yang ingin berkenalan jauh lebih dekat dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini.

"Tania"balas Tania menjabat tangan Windra seraya tersenyum.Windra pun merasa ada kehangatan yang datang saat tangannya disentuh dan merasa ada yang hilang saat tangan mungil itu di lepas.

"Saya ada hutang budi saya bapak,bapak mau saya traktir makanan aja gimana?"ucap Tania.

"Nggak usah manggil saya bapak lagian kita seumuran kok,tadi kan kita udah kenakalan panggil aja saya Windra"

"Eh iya pak eh Win maaf,lupa"ucap Tania gugup Windra pun hanya tersenyum gemas melihat tingkah Tania yang canggung.

"Jadi mau aku traktir sekarang?"

"Kalau hari ini kayak nya aku nggak bisa,gimana kalau Sabtu depan aja? Kamu bisa nggak?"ucap Windra dan Tania pun mengangguk.

"Kamu mau aku traktir makan dimana?"tanya Tania.

"Terserah kamu aja"ucap Windra.

"Eh tapi aku bisa minta nomor mu? Biar Minggu depan aku bisa nentuin tempat nya dimana"Windra pun tersenyum penuh kemenangan,baru saja ia yang akan meminta nomor Tania tali Tania sudah menawarkan nya duluan.

"Boleh,boleh banget.Mana sini hp kamu biar aku ketik disitu"

"Ah iya,ini"ucap Tania sambil memberikan ponselnya ke Windra.

Windra pun mencatat nomor nya di ponsel milik Tania,ia pun langsung memberikan ponsel nya kepada Tania selesai mencatat nomor nya.

"Ini"

"Ah iya,kalau gitu aku duluan ya? Makasih ya dompet nya"ucap Tania, Windra pun hanya mengangguk lalu melihat punggung gadis itu pergi dari nya.

Windra pun hanya bisa tersenyum ia tak menyangka kalau pesiar hari ini akan membawanya ke hari-hari yang lebih berwarna  untuk hari seterusnya.

Rahma [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang