Rayan sedang duduk bersama kedua temannya di pojok kantin,ia terus memikirkan Kanaya.Sebenarnya ada apa dengan cewek itu sampai meminta putus tiba tiba?
"Lo kenapa sih? Pesen makanan gih,nanti bayarin punya gue ni sekalian" ucap Rakan yang tengah memakan baksonya.Rayan mengabaikan,tetap diam dengan menaikan satu kakinya ke atas bangku -melamun.
"WOI!!" teriak Rakan membuat Rayan terlonjak kaget begitupun dengan Raka saudara kembarnya.
"BIASA AJA DONG LO!!KALO GUE KESELEK TERUS MATI GIMANA!?" Raka ngegas,ia kaget sampai tersedak baksonya bulat bulat.Semua orang dikantin memperhatikan mereka,tidak ada yang berani berkomentar terang terangan tentang kelakuan mereka yang gaduh dan mengganggu orang lain.
Berbeda dengan Raka yang protes,Rayan hanya menatap tajam Rakan,membuat cowok itu bergidik ngeri.
"Lo kenapa?" tanya Rakan,suaranya merendah.
"Kanaya minta putus" sahut Rayan lagi lagi membuat saudara kembar itu tersedak.
"Bukannya udah selesai masalahnya?" Walaupun kaget,Rakan berusaha tetap tenang.
"Ko bisa sih!?" Raka histeris,kaget mendengar pernyataan Rayan barusan.Rayan hanya bergumam membalas ucapan keduanya,lalu pergi meninggalkan mereka yang sibuk makan.Keduanya tidak bertanya ia akan kemana,berusaha memberi ruang untuk sahabatnya itu menenangkan diri.
***
Kanaya sedang duduk ditempatnya,menenggelamkan wajah dilipatan tangannya.Dikelas sepi,hanya tersisa cewek itu dan Sabil sahabatnya.
"Lo kenapa sih Nay?" Sabil bertanya khawatir,Kanaya memang selama ini tidak pernah cerita apapun padanya.Memendam semua masalahnya sendiri,bahkan masalahnya kemarin dengan Rayan pun Sabil tahu dari Rakan.
"Kalo ada masalah cerita dong" ucapnya lagi membujuk sahabatnya,ia akan gila jika Kanaya terus bungkam seperti ini.
"Gue lemes" sahut Kanaya yang masih menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan.Sabil memegang tangannya khawatir,panas.Kanaya demam tapi berkeringat dingin.
"Yaampun Naya! Badan lo panas!" histeris Sabil mengguncangkan tubuh Kanaya.Cewek itu mengangkat wajahnya,Sabil berteriak ketika hidung Kanaya berlumuran darah sampai melewati bibirnya.
"KANAYA!! LO MIMISAN!!" teriak Sabil panik,ia bingung harus berbuat apa.Walaupun ia anggota PMR di sekolah,tapi tetap saja jika sahabatnya yang seperti ini ia bingung sendiri.
"Pulang" ucap Kanaya lemah seraya menghapus bercak darah di hidung nya.
"Iya iya,gua panggil Rayan dulu ya" sahutnya hendak keluar namun kanaya menggenggam tangannya erat membuatnya menoleh,Kanaya menggeleng menandakan ia melarang sabil memanggil Rayan.
Sabil mengangguk,memebereskan barang miliknya dan juga Kanaya lalu memapah sahabatnya keluar kelas.Sabil harus membawa Kanaya pulang sekarang,urusan izin nanti saja.Koridor sekolah cukup ramai,Sabil memapah Kanaya yang menyembunyikan wajahnya dilengan Sabil -tidak mau orang lain tahu keadaanya.
Di tengah perjalanan menuju parkiran,Angga menemukan Sabil yang kwalahan memapah Kanaya,ia menghampirinya lalu bertanya panik.Sabil menjelaskan dan meminta Angga untuk mengantarnya pulang,sedangkan cewek itu akan meminta izin pada guru piket.Angga mengangguk lalu mengantar Kanaya pulang.Menggunakan motor besarnya.
Anggap melajukan motornya hati hati,takut Kanaya terjatuh dijalanan nantinya.Ia bahkan mengikat tubuh Kanaya dengan tubuhnya menggunakan jaket miliknya agar Kanaya tidak terjatuh.Mereka sampai dirumah,Oma terkejut melihat kondisi Kanaya dan bertanya pada Angga apa yang terjadi,tapi Angga tidak tahu apa-apa.Tak lama kemudian Sabil datang dengan membawa tasnya juga tas Kanaya,ia menaiki ojek online ke sini.
"Ka,mending lo balik ke sekolah deh,nanti diomelin" Pintar Sablon pada Angga,ia mengangguk lalu berpamitan pada Oma dan keluar rumah.
"Kanaya kenapa Sabil?" Oma bertanya khawatir,Kanaya jarang sekali sakit.Tapi kali ini kondisinya lumayan mengkhawatirkan.
"Tadi pagi Kanaya pingsan pas upacara Oma,saya kira Kanaya cuman kecapean.Tapi kayanya kanaya sakit deh" Sahut Sabil menatap khawatir sahabatnya yang tengah istirahat.Oma mengangguk mengerti,ia tidak tahu kalau kanaya sakit.
"Oh iya,Oma kapan pulang?" tanya Sabil ramah.
"Oma pulang semalam,Kanaya sudah tidur.Kita baru ngobrol pagi tadi" sahut Oma membelai pelipis cucunya lembut,menatapnya khawatir.
"Oh,Oma kalo mau istirahat gak papa.Kanaya biar saya yang jagain Oma" ucap Sabil menawarkan,Oma baru sampai semalam bukan? Pasti lelah.
"Oma titip Kanaya ya" ucap Oma yang dia balas anggukan oleh Sabil lalu keluar meninggalkan mereka.
Gue kompres aja deh,biar agak turun panasnya.
Sabil turu ke dapur mengambil air hangat di baskom dan sebuah handuk kecil lalu kembali ke kamar Kanaya.
Kok pintunya kebuka sih?bukannya tadi udah gue tutup?
Sabil mengintip ke dalam kamar Kanaya,menemukan seorang perempuan yang ia kira umurnya dua tahun lebih muda dari nya.Ia sedang duduk di bibir kasur Kanaya,meraba raba mencari keberadaan Kanaya dengan tangannya.
Buta?
Sabil akhirnya masuk,berusaha tidak menimbulkan suara sedikitpun.Tidak mau mengganggu keduanya.
"Siapa?" ucap Feeza membuat Sabil terlonjak kaget,ia lalu meletakkan baskom berisi air itu dinakas samping ranjang.
"Sabil,temennya kanaya" sahutnya mengulurkan tangan tapi tak kunjung disambut oleh Feeza.
"Oh,aku Feeza,temen Kanaya juga" sahut Feeza yang juga mengulurkan tangan tapi arahnya jauh dari tangan sabil.Kening Sabil berkerut kerut lalu sedetik kemudian ia mengangguk mengerti dan menjabat tangan Feeza.
"Aku mau kompres Kanaya dulu ya" ucap Sabil lalu mendekati Kanaya dan melakukan tugasnya.Feeza bernapas lega,sebenarnya ia ingin sekali membantu tapi tidak bisa.
sudah setengah jam mereka berdua menjaga Kanaya,suhu tubuhnya sudah menurun.
"Aku mau ke kamar dulu ya" ucap Feeza setelah mengetahui Kanaya baik baik saja.
"Iya silahkan" sahut Sabil lalu menuntun Feeza ke kamarnya.Sabil kembali ke kamar Kanaya dan menemukan sahabatnya itu menyembunyikan sesuatu di laci nakas.
"Lo ngapain?" tanyanya penasaran,Kanaya terlonjak kaget mendengarnya.Sebenarnya apa yang ia sembunyikan sampai kaget seperti ini?
"Bukan apa apa" sahutnya tersenyum lalu kembali berbaring.
"Lo gak balik ke sekolah?" tanya Kanaya.
"Engga,gue udah izin sama guru piket buat nemenin lo.Gue kira gak ada Oma dirumah,gak taunya udah pulang" sahutnya menjelaskan yang dibalas anggukan Kanaya.
"Bil,gue sama Rayan udah putus.Jadi,jangan kasih tau dia kalo gue sakit.ya?" pinta Kanaya lembut.
"S-serius?" sahut Sabil tidak menyangka "emangnya lo kenapa bisa ginisi nay?" tanyanya mengelusi kening kanaya lembut.
"Gue-"
Ucapan Kanaya terpotong,ponsel Sabil berdering menampilkan nama Rayan di layar nya.
"Halo"
"Halo Sabil,lo sama kanaya kemana?kok gak ada di kelas,udah bel masuk nih!"
"Oh,ini ituan" sabil bingung harus jawab apa.
"Bilang aja kita bolos" bisik Kanaya memberi arahan.
"Ah ituan,gue sama Kanaya lagi..lagi..ke mall iya ke mall.Gue ngajak dia bolos,kenapa?"
"Serius?"
"Ya...ya serius lah!"
"Oke,jagain Kanaya"
Telpon ditutup,keduanya menghembuskan napas lega.Syukurnya Rayan tidak curiga dengan cara bicara Sabil yang tersendat sendat.
***
Maap atas segala ke typo-an yang tidak disengaja:')
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine [SELESAI] ✔
أدب المراهقينPART MASIH LENGKAP. Kelas sudah sepi sekarang,karna bel pulang telah bunyi lima menit yang lalu.Hanya tinggal Kanaya dan Rayan yang ada di kelas,karna sabil pergi lebih dulu bersama pacarnya itu. Rayan membalikkan badannya,sekarang Rayan dan Kanaya...