"Kamu yakin udah baikan?" Rayan bertanya khawatir pada gadis didepannya,Kanaya mengangguk mantap.Ia meminta pulang dengan alasan tidak suka bau rumah sakit.
"Aku anter ke kamar ya" Rayan mendorong kursi roda Kanaya hingga sampai di tangga "Aku jalan aja deh" ujar Kanaya berusaha berdiri.
"Engga boleh" Ucap Rayan lalu menggendong Kanaya dan menaiki satu persatu anak tangga,Angga tersenyum melihatnya.
"Sampee.." Seru Rayan lalu menurunkan Kanaya perlahan diatas ranjang.
"Kamu kenapa sih gak mau dirawat dirumah sakit aja? Walaupun kamu ngerasa udah baikan tapi kamu belum sembuh total" ujar Rayan membuat Kanaya tersenyum simpul,cowok itu mengambil duduk disebelah Kanaya,menatap gadisnya khawatir.
"Gak uah khawatir,aku bakalan baik baik aja kok.Kan ada kamu,Oma,kakak sama yang lain" Sahutnya memegang pipi Rayan dengan tangannya yang rapuh.
"Aku khawatir nay" Rayan memeluk gadisnya erat,berdoa semoga Kanaya akan baik baik saja kedepannya.
"Aku kuat kalo kamu sama aku" ujar Kanaya didalam dekapan Rayan.
Cowok itu mengeratkan pelukannya,benar benar takut Kanaya pergi lagi dari nya.
"Badan kamu ko anget?" Kanaya melepaskan pelukannya,menatap wajah cowok itu khawatir,Rayan pucat.Semenjak Kanaya masuk rumah sakit,pola makan Rayan tidak beraturan,ia juga kurang istirahat karena terlalu memaksakan diri.
"Kamu pucet yan.." lirih Kanaya merasa bersalah,ia juga tau kenapa Rayan bisa Seperti ini.
"BIBIIIIII!!!! BII IDAAAAAA!! MAIN YUKKK!!!" pekik Kanaya membuat Rayan menganga,padahal kondisinya belum terlalu baik tapi bisa berteriak sekencang ini.
"Jangan teriak teriak dongg,nanti kamu pusing" ujar Rayan,dan benar saja,Kanaya pusing tapi ia menyembunyikannya,tidak memegang kepalanya sama sekali.Selang beberapa menit bi Ida datang dengan tergesa gesa.
"Hayu main!!! Main apa neng!?" Bi Ida kegirangan,matanya berbinar binar.
"Hehe...maaf bi kanaya becanda" Kanaya menyengir dengan tak berdosa nya,membuat asisten rumah tangganya ini kelabakan karena dipanggil dengan teriak teriak "Maaf Nay teriak teriak bi,gak sopan." ujar Kanaya lagi tersenyum malu karena perbuatannya sendiri.
"Gak papa neng,untung bibi seterong and gesit.Neng manggil kenapa?"bi Ida bertanya.
"Mau minta tolong bawain makanan bi sama minumnya" ucap Kanaya lalu bi Ida mengangguk dan pergi ke dapur.
"Kamu laper?" Rayan bertanya.
"Engga,buat kamu.Jangan nolak ya,kamu sakit gara gara jagain aku" ucap Kanaya memandang cowok didepannya itu khawatir.
"Aku gak sakit tau!" pekik Rayan lalu Kanaya tertawa renyah.
"Kalo bohong jangan sama aku,gak mempan" ujarnya tertawa kecil lalu kembali menatap Rayan serius,mengelus pipi cowok itu lembut "Kamu yang bilang sama aku,khawatirin diri kita sendiri sebelum kita khawatirin orang lain.Tapi kamu sendiri gak perduli sama keadaan kamu dan lebih mentingin aku." ucap Kanaya membuat Rayan menatapnya sendu.
"Karena kamu segalanya nay" cowok itu menggenggam tangan Kanaya yang berada dipipinya "Kalo kamu gak ada,hidup aku gak ada artinya" lanjutnya serius.
"Jangan bilang gitu!!" bentak Kanaya membuat Rayan tersentak ditempatnya "Kalo aku pergi nanti gimana!? Kamu juga mau ikutin aku terus gantung diri gitu!?" kanaya berbicara dengan nada tinggi.
"Kalo ngomong jangan sembarangan!! Aku gak suka!!" lanjutnya lalu melengos,enggan menatap Rayan.
"Eh,kok jadi marah gini sih?" Rayan kebingungan ditempatnya,padahal harusnya Kanaya senang karena Rayan berbicara seperti itu,tapi sekarang keadaanya beda.Kanaya sakit dan bisa meninggalkan Rayan kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine [SELESAI] ✔
Novela JuvenilPART MASIH LENGKAP. Kelas sudah sepi sekarang,karna bel pulang telah bunyi lima menit yang lalu.Hanya tinggal Kanaya dan Rayan yang ada di kelas,karna sabil pergi lebih dulu bersama pacarnya itu. Rayan membalikkan badannya,sekarang Rayan dan Kanaya...