EMPAT BELAS TAHUN KEMUDIAN
****
"Sayaang kamu mimisan lagi.." Rayan menghela napasnya panjang melihat istrinya pucat pasi.Kanaya,kondisinya semakin memburuk.
"Aku gak papa kok" sahutnya tersenyum menenangkan seraya menutupi hidungnya dengan tissue,bahkan untuk berdiri saja Kanaya sudah tidak bisa.
"Aku takut" Rayan berujar,matanya berkaca kaca lalu memeluk istrinya penuh sayang.Sangat takut kehilangan.
"Takut apa?" Kanaya sok polos,padahal ia tahu apa maksud suaminya ini "Jangan pergi..." lirih Rayan masih memeluk Kanaya,suaranya bergetar.
"Semua yang bernyawa pasti akan merasakan mati.Gak mungkin aku gak pergi" Kanaya terkekeh pelan setelah mengatakannya,berusaha biasa saja agar Rayan tenang.Tapi tidak,Rayan malah memeluknya semakin erat.
"Sayang? Kamu nangis?" Kanaya melepaskan pelukannya ketika merasakan sesuatu yang basah dipundaknya,melihat Rayan yang sudah menangis tanpa suara "Jangan nangis" Kanaya kembali memeluk Rayan,suaminya terisak.
"Disaat aku sendiri dan bener bener gak punya siapa siapa,kamu ada di samping aku.Disaat aku butuh perhatian kamu ada dan ngasih itu ke aku.Maafin aku karena gak bisa apa apa saat kamu kaya gini" Rayan semakin terisak,Kanaya ikut menangis.Sejujurnya,Kanaya juga takut.Bagaimana bisa ia meninggalkan Rayan sendiri bersama putra mereka?
"Sayaaang.." Kanaya melepaskan pelukannya,menangkup wajah Rayan dengan kedua telapak tangannya "Dengerin aku.Ini semua bukan salah kamu,jalan yang dikasih Tuhan buat aku emang kaya gini.Jangan salahin diri kamu sendiri" ujarnya berusaha tersenyum.
"Mamaaaaa!!!" seorang anak berusia sekitar tiga tahun masuk ke kamar tanpa mengetuk pintu,mendorong pintunya begitu saja lalu berlari ke arah ranjang.Rayan dan Kanaya lantas menghapus jejak air mata yang membasahi pipi mereka,memandang putra mereka dengan senyuman hangat.
"Kenapa sayang?" Tanya Kanaya lembut.Rayhan Saputra namanya,putra pertama Rayan dan Kanaya.Sifatnya sedikit mirip dengan Rayan,cuek,galak tapi sayang banget sama mamanya.Rupanya juga mirip banget sama Rayan,bahkan bisa dibilang miniaturnya atau replika? Sama aja deh,pokonya mirip banget.
Tapi Rayhan kalo udah sayang sama orang itu lembut banget sikapnya,dan jadi aktif juga.Kaya sekarang,dia lari karena dikejar sama om sialannya yang sering gangguin dia,siapa coba?
"Mamaa lay di kejal kejal ma on nggaaa" rengeknya menunjuk nunjuk Angga yang sudah berada di ambang pintu,tersenyum kikuk ketika Rayan menatapnya tidak santai.
"Monmaap,punten sluurr" ujarnya menggaruk kepala belakangnya lalu pergi,Kanaya tertawa melihat tingkah kakaknya yang gak jelas itu.
"Udah,om Angga udah pergi" Ujar Rayan mengelus punggung putranya yang tengah berdiri didepan mereka,diatas kasur "Mama kenapa tutup tutup ini?" tanya Rayhan mempraktekan gerakan Mamanya yang tengah menutup hidungnya dengan tissue "Gak papa" sahut mamanya tersenyum,mengelus puncak kepala putranya penuh sayang.
"Sini duduk sama papa" Rayan membawa putranya untuk duduk di pangkuannya,memeluknya dari belakang "Ray udah makan?" tanyanya "Udah doonggg!! Tadi lay udh emam disuapin ma om Angga" serunya bersemangat,Rayan mangut mangut.
"Ray mama mau tanya" Kanaya kembali bersuara,Rayhan mangut mangut,memandangnya serius "Kalo mama pergi Ray sedih ga?" lanjutnya membuat Rayhan menatapnya terkejut "Naaaay..." gumam Rayan tidak suka,Kanaya sudah pasti sedang membicarakan soal penyakitnya.
"Mama mau pegi mana? Lay ikuuut!!!" Rayhan melompat ke pelukan Kanaya,ia terkekeh.Sedangkan Rayan,matanya kembali berkaca kaca,topik tentang ini sangat sensitif untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine [SELESAI] ✔
Teen FictionPART MASIH LENGKAP. Kelas sudah sepi sekarang,karna bel pulang telah bunyi lima menit yang lalu.Hanya tinggal Kanaya dan Rayan yang ada di kelas,karna sabil pergi lebih dulu bersama pacarnya itu. Rayan membalikkan badannya,sekarang Rayan dan Kanaya...