🥀03 [Petir]

4K 132 2
                                        

Jemari Naira terus-terusan mengetuk-ketuk meja belajarnya. Hari ini ia libur kuliah, dan semua tugas kuliahnya sudah ia selesaikan dari jauh-jauh hari.

Sekarang ia bingung harus ngapain. Bosan dan mager sudah paket komplit bagi Naira. Cewek itu ingin sekali pergi bersama Adit dan Rere untuk menonton film Avengers: End Game tapi ia malas keluar rumah karena cuaca mendung saat ini. Seperti akan turun hujan besar.

Tangannya bergerak mengambil iPhone yang disamping Laptopnya, lalu ia membuka aplikasi Instagram dan mencari nama adnanpradipta. Lalu muncullah akun dengan centang berwarna biru, dan iapun mengklik akun tersebut.

Saat ia melihat akunnya, ternyata tidak ada perubahan. Postingan terakhir cowok itu masih sama. Tentang jadwal promo film yang ada di beberapa kota. Naira meniupkan anak rambutnya dengan bosan.

Iapun keluar dari aplikasi Instagram dan mencharging IPhone nya sambil mematikan ponselnya tersebut.

Mata Naira tak sengaja melihat kearah rumah Adnan. Ia melihat Devi dan Alfi yang keluar dari rumahnya sambil menaruh dua koper ke dalam mobil Alfi, papanya Adnan.

Ia juga melihat Alden, adiknya Adnan yang masih duduk dikelas 1 SMP, masuk ke dalam mobilnya. Lalu merekapun pergi.

“Wah jangan-jangan mereka mau keluar kota. Tapi kok, Adnan nggak ikut?” Naira bertanya-tanya sambil mengetuk-ketukkan kepalanya dengan ujung pensil.

“Ohiyaya, dia kan masih ada promo film.” lalu Nairapun bergegas keluar dari kamarnya menuju ke rumah Adnan.

“Assalamualaikum. Ini Naira.” ucap Naira sambil mengetuk-ketukkan pintu rumah Adnan.

Lalu pintu pun terbuka dan menampilkan wajah Adnan yang sepertinya baru saja mandi karena dilihat dari rambutnya yang basah berantakan.

Ganteng dan seksi. Begitu pemikiran Naira saat melihat Adnan.

Cowok itu masuk ke dalam tanpa menjawab salam dari Naira. Membuat Naira kesal.

“Kalau orang mengucapkan salam, itu harus dijawab. Nanti dosa.” Adnan berhenti berjalan dan menatap Naira dengan tajam.

Wa'alaikumsalam. Puas?” Naira menyengir dengan lebar tanpa dosa.

“Tante Devi sama Om Alfi kemana?” tanya Naira sambil terduduk di sofa ruang tengah. Ia menyalakan tv dan mencari-cari acara tv yang sekiranya bisa ia tonton.

Naira sudah biasa melakukan ini. Karena memang sejak kecil, ia sudah menganggap rumah Adnan adalah rumah keduanya. Lagipula sejak kecil orangtua Naira sering bepergian keluar kota karena urusan bisnis. Jadi, Naira selalu dititipkan kerumah Adnan.

“Kerumah Nenek.” jawab Adnan singkat. Cowok itu sedang melakukan treadmill yang ada di ujung ruang tengah tersebut.

“Nenek Ana sakit lagi?”

Adnan menjawab dengan gumaman yang sengaja ia keraskan agar terdengar oleh Naira.

“Terus mereka sampai berapa hari di Bali?” tanya Naira lagi karena memang rumah Neneknya Adnan, yaitu Ibunya Devi, bertempat tinggal di Bali. Naira pernah kesana dua kali karena diajak oleh orangtua Adnan. Dan ia kira Neneknya Adnan sama galaknya kayak Adnan, ternyata enggak. Neneknya Adnan sangat ramah padanya bahkan menyayanginya seperti cucu kandungnya sendiri. Mungkin karena Neneknya Adnan tidak mempunyai cucu perempuan.

Sedangkan Naira sendiri, Kedua Neneknya dari Mamanya dan juga Papanya sudah lama meninggal. Kakeknyapun juga sama. Kalau Adnan masih untung punya Nenek walaupun hanya satu karena Kedua Kakeknya dan Nenek dari Alfi sudah meninggal.

“Seminggu.” setelah itu Naira tidak bertanya-tanya lagi, karena ia sedang fokus menonton drama korea yang ditayangkan di TV. Ia menonton drama korea yang berjudul My Strange Hero.

Matanya benar-benar fokus menonton sambil memakan makanan ringan yang ada di meja. Adnan yang bingung karena Naira tidak bertanya-tanya lagi pun menoleh dan mendapati Naira yang sibuk menonton sambil mengemil.

Adnan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil fokus melakukan treadmillnya.

Lima belas menit Adnan melakukan treadmill, iapun memilih untuk duduk di sofa yang bersebelahan dengan Naira. Cowok itu mengelap keringatnya dengan handuk kecilnya.

“Udah makan?” tanya Adnan tiba-tiba. Naira menggeleng sekilas namun dengan mata yang tetap tertuju pada TV.

“Mama kamu belum masak memangnya?” tanyanya lagi sembari mengambil keripik singkong yang sedang dipegang oleh Naira.

Adnan itu aneh bagi Naira. Terkadang cowok itu irit bicara, tapi juga terkadang cerewet, cerewet disini maksudnya adalah memarahi Naira jika dia membuat kesalahan atau bahkan mengganggu dirinya.

“Belum. Mama pergi ke Kantor Papa, ada urusan bisnis. Aku cuma disuruh masak mie instan kalau laper.”

“Terus kenapa nggak masak?”

“Nggak mau. Dalam seminggu ini udah makan mie instan sebanyak tiga kali. Nanti kalau makan lagi, jadi usus buntu.”

Adnan hanya menggumam sambil menonton drama korea yang ditonton Naira.

“Tuh di meja makan ada Sayur Asem sama Ikan Asin. Kalau lapar, makan aja.” ujar Adnan yang tak digubris oleh Naira. Pasalnya sekarang hujan turun dengan deras, suara petirpun tiba-tiba terdengar walau belum begitu keras.

Namun begitu, Naira sudah ketakutan duluan. Mata Naira terpejam tiba-tiba. Adnan yang tahu jika Naira takut sama petirpun langsung menarik Naira ke dalam pelukannya.

Dan tiba-tiba petirpun berbunyi dengan keras. Sontak Naira langsung memeluk Adnan dengan erat, dengan mata terpejam dan gemetar hebat.

Adnan langsung mengambil remot TV dan mematikannya. Ia kemudian beralih lagi kepada Naira sambil mengelus-eluskan punggung cewek itu. Bermaksud untuk menenangkannya.

Sejak kecil, Naira memang mempunyai phobia. Ia takut dengan suara yang berisik dan keras. Itu dikarenakan waktu kecil disamping rumahnya ada Tetangga yang sering sekali ribut-ribut dengan suara yang lantang dan sangat keras. Naira yang bermain pasir didepan rumahnya langsung kaget dan menangis keras sambil berlari kearah Niken. Sejak itu lah Naira trauma akan suara-suara yang keras.

Hampir sepuluh menit mereka berpelukan, hingga akhirnya Naira tertidur didalam pelukan Adnan. Dengan gerakan pelan, Adnan melepaskan pelukannya, dan menggendong Naira menuju ke kamar tamu, yang sudah seperti kamar Naira sendiri. Karena disana juga masih ada barang-barang milik cewek itu.

Adnan membaringkan Naira diatas kasur dan menyelimuti cewek itu sampai ke leher. Setelah itu ia langsung keluar dari kamar dan menuju ke kamarnya, untuk beristirahat juga.



🍁🍁🍁🍁🍁

Maaf pendek.
Jangan lupa di vote dan dikomen ya, makasih yang udah mampir untuk baca❤

ENGRAVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang