“Dari mana aja kamu?” suara Adnan yang terkesan dingin dan berat mengejutkan Naira yang baru saja menutup pintu rumah cowok itu.
Cewek itu menghampiri Adnan yang saat ini sedang bersidekap menatapnya tajam.
“Loh, Mas udah pulang? Bukannya tadi Mas ikut acaranya Rania?” tanyanya bingung.
“Kamu belum jawab pertanyaan Mas, Naira.” desis Adnan tak mau dibantah.
Naira tahu, jika sudah begini, Adnan tak mau mendengar apapun, kecuali jawaban yang dia pinta.
“Habis nonton tanding futsal acara kampus sama Adit, Mas. Dia ikut main, jadi aku pengen nonton aja.” jawabnya jujur sambil menyalipkan rambutnya kebelakang telinga kanannya.
“Kenapa nggak ngabarin Mas dulu?” tanyanya masih dengan nada yang dingin.
“Ya aku fikir kan Mas lagi sibuk karena lagi ngehadirin acaranya Rania.” Naira mulai malas membahas hal itu lebih lanjut, jadi ia lebih baik langsung ke kamar dan membersihkan dirinya dari keringat yang mulai lengket menempel di tubuh.
Namun baru saja ia melangkah, Adnan menahan lengannya, hingga cewek itu kini berdiri menghadap Adnan.
“Biasanya kamu selalu ngabarin Mas. Mau Mas lagi sibuk atau apapun itu. Kenapa? Apa karena kamu lagi sama Adit, jadi waktu berduaan kalian nggak mau diganggu, gitu?”
Naira menghempaskan tangan Adnan dari lengannya. “Kalau iya kenapa? Mas juga pasti gitu kan? Nggak mau diganggu kalau lagi sama Rania!” sungutnya mulai kesal.
Ia terbawa emosi karena lagi-lagi Adnan menuduhnya yang tidak-tidak. Belum lagi ia masih kesal perihal tadi siang di cafe. Ia tidak suka jika Adnan dekat dengan Rania. Ia juga bingung kenapa cowok itu bisa dekat dengan Rania.
“Mas urus aja Rania! Nggak usah perduliin aku!” Naira langsung masuk ke dalam kamar tamu dan langsung mengunci pintunya. Sedangkan Adnan hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan panjang, dan melangkah menuju dapur untuk menghilangkan dahaga.
🍃🍃🍃
“Nai, kamu udah rapi belum?” Adnan berteriak dari ruang tengah. Tapi tidak ada jawaban. Adnanpun mulai melangkah menuju kamar Naira, ia mengetuk-ketuk pintunya, namun tak ada sahutan.
Jangan-jangan dia masih tidur. Lalu Adnan mulai membuka pintu kamarnya, dan ternyata tidak terkunci.
“Nai...” panggil Adnan dengan suara meninggi. Namun nihil. Tidak ada sahutan. Saat ia mengecek kamar mandipun, ternyata kosong.
Alis Adnan mulai mengernyit dalam. Apa dia sudah berangkat? Atau masih dirumahnya?
Dengan langkah penasaran, Adnanpun mulai melangkah menuju ke rumah Naira. Namun sesampainya dirumah cewek itu, ternyata terkunci. Pagarnyapun masih di rantai. Berarti Naira sudah berangkat ke kantor lebih pagi dari biasanya.
Apakah cewek itu mau mencoba untuk menghindar darinya? Apa dia masih marah soal tadi malam?
Adnanpun tidak mau pusing. Ia memilih untuk menyalakan mesin mobilnya, dan bersiap untuk berangkat.
🍃🍃🍃
“Hah?! Lo putus sama Tita?!” pekik Naira kaget.
Tadi seusai pulang dari kantor, Naira mengajak Adit untuk ke kedai kopi. Sekadar menemaninya untuk menikmati kegalauannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ENGRAVED
RomanceNaira Pandhita, yang sudah menaruh rasa sampai sedalam-dalamnya kepada Adnan Pradipta sejak kecil. Sosoknya yang ceplas-ceplos tanpa tahu malu, sampai membuat Adnan geleng-geleng kepala dibuatnya. Sulit bagi Naira untuk mendapatkan cinta Adnan. Seba...