🥀29 [Mimpi yang Teramat Buruk]

3.3K 89 4
                                    

Hari masih pagi. Diatas sana awan mulai menggelap, pertanda hujan akan turun ke bumi.

Sementara Naira masih enggan untuk sekadar bergeser tempat atau mengangkat kepalanya sekalipun. Ia masih betah diatas kasur dengan selimut tebal yang menutupi tubuhnya sampai di atas lehernya.

Sudah sejak kemarin Naira terkena demam flu. Namun ia masih enggan untuk sekadar memberitahu Adnan perihal kondisinya saat ini. Ia berbohong kepada cowok itu dengan berkata bahwa ia sedang dinas keluar kota. Padahal, ia sedang menginap dirumah Adit, dan untung saja dirumah Adit hanya ada Ibunya yang sejak kemarin sibuk membantu merawat Naira dengan telaten seperti anak sendiri. Naira jadi betah dan rindu akan kedua orangtuanya yang sekarang tinggal di Jogja.

Sementara Adnan, sejak Naira memberitahu bahwa cewek itu sedang dinas keluar kota, Adnan tidak kembali menghubunginya, atau bahkan memberikan pesan melalui aplikasi whatsapp.

Ia tengah sibuk mengurusi perusahaannya, dan kebetulan hari ini orangtuanya dan adiknya pulang dari Bali, karena kondisi Neneknya yang sudah mulai membaik. Jadi, Ayahnya bisa membantu dirinya untuk mengurusi perusahaannya yang tengah bermasalah.

Ia tak sempat memberitahu Naira, atau bahkan sekadar memberi kabar. Karena dirinya benar-benar disibukkan dengan masalah perusahaan. Ada orang dalam yang berbuat curang dengan memanipulasi hasil pengeluaran perusahaan bulan ini. Maka dari itu sejak kemarin, Adnan menyuruh Ayahnya membantu untuk mencari tahu dengan memeriksa semua bagian keuangan. Sementara dirinya sibuk untuk meneruskan proyek yang tengah berjalan bersama perusahaan besar lainnya agar tetap berjalan dengan lancar.

"Lo kapan mau balik?" tanya Adit tiba-tiba setelah masuk ke dalam kamar tamu yang tengah ditempati Naira.

"Kenapa? Ngusir gue lo?" sembari mengambil tisu, lalu membuang ingusnya, Naira menjawab.

Adit menatapnya dengan tatapan jijik, "Nyingsring mulu lo. Kena virus congorna nih gue lama-lama."

Naira melempar tisu yang bekas ingusnya tadi ke wajah Adit. "Corona bego!"

"Idih apaansih, Cil?! Geli banget gue."

"Lebay lo, cuma ingus aja lo geli."

Adit berdecak, "Seriusan gue ah. Lo kapan baliknya? Gue nggak maksud ngusir, tapi perlu lo tahu, saat ini Adnan bener-bener butuh lo banget."

Mendengar Adit menyebut nama Adnan, Naira langsung bangun terduduk. "Butuh gue?! Kenapa sama dia?"

Adit langsung menaruh bokongnya didepan Naira. "Dia masih nggak ngehubungin lo?"

Naira menggeleng pelan sembari mengambil tisu yang berada diatas nakas, lalu membersihkan hidungnya, dan kembali membuang ingusnya.

Adit kembali berdecak, "Tadi gue denger di kantor, dari si Fella. Temennya kerja di perusahaan cowok lo. Terus katanya lagi ada banyak masalah di kantor. Katanya juga sampai bokapnya si Adnan yang turun tangan. Sementara cowok lo lagi sibuk ngurusin proyek dan kejar tender lain--"

Naira kembali menjatuhkan tubuhnya dengan santai, "Yaelah, gue kira apaan. Itu sih nggak besar masalahnya. Kemarin aja lebih dari itu masalahnya dia biasa aja, ya walaupun ada muram-muramnya juga sih mukanya. Tapi ya nggak sampai stress berat. Gue yakin dia bisa tanganinnya kok. Nggak ada gue juga dia pasti bisa lah."

Mendengar jawaban kelewat santai Naira membuat Adit sedikit geram, ia lalu memukul kaki Naira dengan gemas. "Belum selesai ngomong udah ngejawab aja si tai."

Lalu Adit menarik tangan Naira hingga cewek itu kembali terduduk. "Lo mau tau nggak? Ini masalahnya tambah banyak. Perencanaan pembangunan proyek barunya ternyata udah dibatalin sama perusahaan besar itu. Dan perusahaan Adnan sekarang lagi diambang kehancuran. Karena perusahaan cowok lo ternyata lagi difitnah besar-besaran sama oknum nggak bertanggung jawab. Sampai sekarang Adnan sama bokapnya lagi berusaha cari tahu siapa dalangnya. Sampai-sampai ada banyak perusahaan yang memutuskan kontrak kerjasama dan menarik saham mereka di perusahaan cowok lo itu. Perusahaan Adnan sekarang lagi disorot sama masyarakat, ada banyak fitnah dimana-mana. Tapi belum sampai media massa."

ENGRAVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang