🥀19 [Kejutan Baru]

3.1K 94 3
                                    

“Udah semua kan? Ayo berangkat.” ujar Adit pada Naira sambil menutup pintu belakang mobil milik Naira. Mereka berdua harus berangkat ke Bandung untuk melakukan interview kerja.

Mereka memang melamar bareng, dan untung saja mereka sama-sama dipanggil untuk Interview di satu perusahaan yang sama. Walau mereka melamar di posisi yang berbeda, setidaknya Naira tidak terlalu kesepian karena pergi ke Bandung sendirian.

“Udah, yuk.”

“Loh? Naira kamu mau ngapain?!” Adnan tiba-tiba datang menghampirinya saat Naira hendak masuk ke dalam mobil.

Naira langsung berbalik, menatap Adnan dengan datar. “Mau mandiin anak ayam, Mas. Ya, mau pergi lah.”

Adnan berdecak, “Mas juga tahu kamu mau pergi. Tapi mau pergi kemana? Kenapa perginya sama Adit?”

Naira meniupkan anak rambutnya yang jatuh disekitar dahinya. “Kita mau ke luar kota, Mas. Ada urusan disana. Udah ya, Naira mau pergi nih keburu macet. Assalamualaikum.”

“Naira!” bentak Adnan mulai kesal sembari menahan lengan cewek itu.

Naira mendengus keras dan menatap Adnan dengan tajam. “Apaansih, Mas?!”

“Kamu yang apaan! Kenapa pergi ke luar kota hanya berdua? Udah nggak waras kamu, Naira?”

Naira tersenyum tipis, “Iya. Aku emang udah nggak waras. Dan itu semua karena Mas!”

Adnan mengernyit heran, “Kenapa jadi Mas yang disalahin?”

Naira menggeleng-gelengkan kepalanya. ”Mas fikir aja sendiri. Permisi!”

Nairapun langsung masuk ke mobil begitu saja dan mengunci pintunya dengan gerakan cepat. “Ayo, Dit kita jalan.”

Aditpun melakukan mobil Naira dengan cepat, sedangkan Adnan menatap kepergian keduanya dengan kesal sembari mengacak-acak rambutnya frustasi.

🍃🍃🍃

Setelah selesai sesi wawancara dengan HRD, lantas Naira dan Adit kembali ke mobil. Mereka kini akan bergegas pergi menuju Hotel.

Mereka memang berencana menginap, karena sesuai perkataan HRD tadi, bahwa mereka akan dipanggil lagi jika mereka berhasil lolos. Dan ketimbang bulak-balik Jakarta-Bandung, lebih baik mereka menginap di Hotel untuk dua hari lamanya. Dan memesan kamar terpisah.

“Gue rada ngeri deh, Cil. Pas Adnan ngebentak lo tadi. Ya emang sih lo udah sering digituin. Tapi yang tadi kayaknya murka banget, Cil.” celetuk Adit tiba-tiba saat mereka sedang makan siang di Restoran yang ada di Hotel tempat mereka menginap.

Naira terkekeh pelan. “Lagian kenapa dia yang sewot. Nyokap Bokap gue aja biasa aja.”

“Gue rada nggak ngerti sama dia, Cil. Nyuruh lo move on, tapi pas dia tahu lo pergi sama gue, langsung kalang kabut kayak nggak terima gitu. Gue rasa otaknya udah gesrek, Cil. Mending lo move on beneran aja, Cil. Gue takut dia beneran nggak waras.”

Mendengar Adit ngomong gitu, Naira langsung tertawa terbahak-bahak.

“Sa ae lo kutil onta.”

“Yeee, serius bego! Cowok kayak dia nggak pantes buat lo tangisin, Cil. Dia aja nggak punya perasaan ke elo. Mending cari yang pasti-pasti aja.”

Sedangkan Naira tak menanggapi ucapan Adit, melainkan lebih memilih menyantap makanannya.



🍃🍃🍃

ENGRAVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang