Balkon menjadi pilihan taehyung sore hari ini. Setelah kejadian di rumah sakit, bundanya membawa pulang paksa taehyung meninggalkan mobil yang terpakir rapi di rumah sakit.
Baru kali ini Taehyung Maulidio Wijaya merasa frustasi akibat hukuman bundanya. Tak bertemu jungkook sehari saja sudah rindu apalagi lebih dari itu. Bunda niat sekali menjauhkan taehyung dan jungkook hingga memindahkan jadwal les taehyung dan dilarang membawa mobil sendiri. Taehyung merutuki kebodohannya. Padahal selama ini tidak pernah ketahuan. Tapi sekalinya ketahuan langsung berimbas kepada taehyung.
Bundanya itu memang galak sekali. Padahal taehyung yakin kok ayah dan bundanya melakukan lebih dari itu saat pacaran. Menyebalkan.
You got me
Nan neoleul bomyeo kkum-eul kkwo
I got yo--Nada dering ponsel taehyung berdering. Tangannya bergerak malas ke arah saku celana sekolah kotak kotak merah miliknya. Tertera di sana 'Babu Erik'. Siapa lagi jika bukan mingyu si anak kesayangan Erik Seojun Mahardika.
"Apa?"
"Galak amat jonathan, halo dulu dong."
Pip
Tanpa pikir panjang taehyung langsung mematikan sambungan telepon. Sahabatnya itu memang suka tidak jelas dan taehyung terlalu malas menanggapinya. Moodnya sedang buruk.
You got me
Nan neo--Nada dering handphone-nya berdering lagi. Taehyung yakin ini pasti ulah sahabat gosongnya.
"Kalo ga penting gue matiin."
"Sensi amat lo. Ini gue sama evan lagi di starbucks biasa. Lo bisa dateng ga?"
"Ga minat gue."
"Serius? Ini evan kayanya lagi ada masalah. Ngajak gue nongki tapi ga ngomong ngomong anjir."
"Serius lo?"
"Serius dio, miris banget anjir mukanya."
"Kenapa tu anak?"
"Ya mana gue tau seyeng, gue tanya ga nyaut nyaut."
"Ya udah bentar gue kesana."
Pip
Taehyung mematikan sambungan teleponnya lalu mengambil jaket kulit miliknya. Bundanya melarangnya mengendarai mobil, berarti mengendarai motor tak apa kan?
Biarkan saja jika saat pulang taehyung kembali diamuki oleh Baekhyun. Prioritas taehyung kali ini adalah jimin. Taehyung kenal sekali jimin. Jimin itu termasuk orang cerewet kedua setelah mingyu. Saat jimin sedang seperti ini, taehyung yakin pasti ada masalah berat yang menimpanya.
Motor duccati merah miliknya menjadi tunggangan taehyung hari ini. Helm fullface hitam miliknya sudah dipakai apik. Pengendara duccati merah mulai menerobos jalanan ramai kota dengan kecepatan di atas rata-rata. Tak jarang orang orang mengumpati pemuda liar itu akibat aksi balapan dadakannya. Tapi taehyung terlampau acuh terhadap keadaan.
Selama 8 menit taehyung memacu adrenalin di jalanan hingga akhirnya motor duccati merah miliknya berhenti di starbucks tengah kota. Helmnya ia lepas dan manyibak surai miliknya. Seketika ia menjadi pusat perhatian. Wajah bak dewa yunani seperti ini memang sedikit menyulitkan untuk tidak diperhatikan.
Kaki jenjangnya melangkah ke dalam, matanya berpedar mencari intensitas dua sahabatnya itu. Ah ternyata mereka ada di smoking area. Mata elangnya menangkap sobat baiknya tengah mengapitkan rokok di kedua bilah bibirnya. Seketika dahinya menyergit bingung. Sejak kapan seorang Christian Jimin Evan sang calon dokter merokok? Itu adalah hal terlarang di kamusnya.
Taehyung jelas sekali marah. Sudah cukup bundanya yang membuat taehyung bad mood. Tak perlu jimin juga. Taehyung melangkahkan kakinya ke tempat jimin dan mingyu. Tangannya dengan cekatan mengambil rokok yang diapit di jari jimin dan mematikkannya ke asbak. Sayang sekali, padahal masih panjang batang rokoknya.
Jimin memutar bola matanya malas. Taehyung mengganggu kesenangannya. Bungkus rokok di atas meja menjadi objek mata jimin. Tapi sahabatnya itu terlampau tahu gerak gerik mata miliknya. Taehyung seketika mengambil kotak rokok di atas meja dan memasukkannya ke dalam saku jaket kulit miliknya.
"Lo ada masalah apa hah?" Taehyung mengeraskan rahangnya. Jujur ia geram pada perilaku jimin yang sudah kelewat batas.
"Sabar dulu yo, duduk dulu sini." Mingyu menarik tangan taehyung yang tengah berdiri sambil menatap nyalang jimin.
Taehyung menghela napas pelan lalu duduk di kursi sebelah mingyu. Matanya masih menatap nyalang jimin. Taehyung tak mengerti seberat apa masalah jimin hingga jimin menjadi seperti ini.
"Lo mesen dulu gih." Mingyu menepuk pundak taehyung yang berada di sebelahnya.
Taehyung menatap mingyu sebentar lalu mengambil beberapa lembar uang di saku jaket kulitnya. "Pesenin gue caramel macchiato yang venti." Taehyung memberikan uang tersebut ke tangan mingyu lalu kembali menatap tajam jimin.
Mingyu mau tak mau menuruti kemauan taehyung. Lagi lagi ia dijadikan babu jadi jadian. Miris sekali nasibnya.
"Lo kalo ada masalah bilang van, ga kaya gini caranya." Tatapan taehyung melembut. Suaranya tidak mencekam seperti tadi.
Jimin tidak bergeming dan menatap minuman favorit yoongi dengan tatapan kosong.
Taehyung mendengus pelan. "Diem ga bakal buat lo nyelesain masalah. Lo masih punya farrel sama gue kalo lo lupa. Kita ga bakal biarin lo nyelesain semuanya sendiri bro." Taehyung menepuk pundak jimin di depannya lalu tersenyum kotak.
Sedih juga rasanya melihat jimin yang periang menajadi seperti ini.
"Avisha yo." Jimin menjeda perkataannya dengan tatapan sendu.
Taehyung menyergitkan alisnya bingung. "Kenapa sama avisha?"
"Avisha hamil."
Dua kata yang membuat otak taehyung berhenti berjalan. Mingyu yang mendengar itu pun refleks menjatuhkan caramel macchiato milik taehyung di tangannya. Jimin tidak mungkin bohong.
Tbc
Sebentar lagi libur ya? Hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar - Tk ✓
FanfictionSepenggal kisah antara Taehyung Maulidio Wijaya dan Athalarik Jungkook Ivander yang baru berpacaran untuk pertama kali. Second book of "Bimbel" Disarankan baca "Bimbel" dulu biar nyambung. ʙ x ʙ ᴛᴏᴘ!ᴛᴀᴇ! ʙᴏᴛ!ᴋᴏᴏᴋ! ˢᵗᵃʳᵗ ¹³⁻⁰⁵⁻¹⁹ ᶠⁱⁿⁱˢʰ ²⁶⁻⁰⁷⁻¹⁹