54

4K 589 92
                                    

Taehyung kini telah berpakaian rapi dengan kemeja putih dan setelan jas berwarna abu setelah perjuangan keras. Iya, Taehyung mau tak mau nekat berlari ke dalam perusahaan agar tidak tertangkap security dan diusir kembali. Sehun membuat dirinya berolahraga berlebihan hari ini. Bayangkan saja Taehyung tidak naik lift dan ke lantai paling atas dengan tangga darurat akibat dikejar security menyebalkan itu.

"Jadi, mana jadwal sama dokumen papi?" Tanya Sehun sambil menatap Taehyung dengan wajah menyebalkannya.

"Bentar Dio siapin dulu." Taehyung dengan cekatan berlari ke luar ruangan lalu menyiapkan semuanya dengan cepat dan mengecek semuanya dengan teliti.

Semua karyawan menatap Taehyung terpesona. Terkadang banyak karyawan wanita yang mengedipkan matanya genit untuk menggodanya. Taehyung berpenampilan seperti ini saja baru mereka terpesona. Coba tadi? Sekedar melihatnya saja sudah enggan.

Seharian mendampingi Sehun bekerja sangat melelahkan bagi Taehyung. Otaknya bekerja lebih dari biasanya. Tubuhnya benar-benar lelah sekarang ini. Taehyung menghembuskan napasnya kasar. Lebih baik ia belajar dibanding bekerja seperti ini. Ah iya, omong-omong belajar Taehyung jadi mengingat Jungkook si kelinci pecinta belajar. Sekarang jam tangannya sudah menunjukkan pukul 4 sore. Seharusnya sih Jungkook sudah pulang dari bimbel. Jadi, apa yang dilakukan Jungkook sekarang ini?

Taehyung hendak menghubungi Jungkook untuk sekedar mendengar suaranya atau melihat wajah imutnya. Tangannya mengoperasikan iphone di genggamannya dengan tidak sabar. Hingga baru nada dering pertama, telepon di meja kerja Taehyung berbunyi kembali.

"Dio, pulang duluan aja hari ini. Papi tau kamu cape."

"Ga usah pi, Dio nunggu papi pulang aja."

"Lho gapapa? Papi lembur hari ini. Besok kita harus pergi lho ke Paris. Papi ada urusan di sana."

"Dio ikut pi?"

"Ya iya, kamu kan sekretaris papi. Kalo ga Dio siapa lagi?"

"Oh gitu, kira-kira berapa hari pi?"

"Perkiraan papi sih 3 hari, cuma bawa lebih aja bajunya."

"Oke pi, kalo gitu Dio pulang duluan ya. Nanti kalo papi mau pulang telpon aja Dio, nanti Dio jemput kok."

"Ya udah, hati-hati ya."

"Iya pi."

Pip

Taehyung menaruh kembali telepon ke tempat asalnya. Entah dia harus senang atau sedih kali ini. Di satu sisi Taehyung senang karena diperbolehkan pulang cepat. Namun, di satu sisi lain Taehyung sedih mulai besok tidak bisa melihat kesayangannya. Sedekat ini saja untuk melihat kesayangannya sangat sulit. Bagaimana jika sejauh itu? Sudah tidak harapan baginya.

Taehyung menatap ke arah ponsel yang sedari tadi berada di genggaman. Matanya membelalakan melihat layar handphonenya yang menampilkan sambungan telepon dengan Jungkook. Jadi sedari Jungkook mengangkat teleponnya?

"Bunny."

"Eh Dio, kenapa telepon?"

"Besok Dio ke paris lho. Ga ada niat ketemu dulu sebelum Dio pergi?"

"Lho, emang harus ketemu ya?"

"Ya iya, nanti kan LDR. Baby bunny ga akan kangen sama Dio gitu?"

"Bukannya LDR itu buat orang pacaran ya? Kan kita udah mantanan."

Wajah Taehyung seketika muram. Taehyung sempat melupakan hal itu untuk sesaat. Mantan ya katanya? Mengapa rasanya sakit?

"A-ah gitu ya. Jadi ga ada waktu hari ini?"

"Ada sih, cuma kayanya Athala ada jadwal move on hari ini."

Petir seketika menyambar Taehyung. Taehyung tidak salah dengar kan? Sinyalnya tidak bermasalah kan? Tadi Taehyung sempat mendengar Jungkook akan move on. Berarti hal yang Taehyung lakukan ini tidak ada artinya? Taehyung mengukirkan senyum getir di wajahnya. Jadi hanya dia yang berusaha untuk kembali berhubungan ya? Bukankah percuma jika Taehyung mengejar Jungkook yang sedang berlari menjauhinya?

"Move on ya? Dio kira Athala masih sayang sama Dio. Ternyata semudah ini ya untuk Athala mau move on. Kalo gitu, Dio mau minta maaf."

"Minta maaf untuk apa?"

"Minta maaf kayanya Athala ga bisa move on dari Dio."

"Maksud Dio apa?"

"Sejauh apapun Athala lari, Dio bakal berusaha tetep ngejar Athala sampai Athala balik lagi sama Dio. I love you baby bunny."

Taehyung mematikan sambungan telepon dengan Jungkook tanpa menunggu jawaban dari Jungkook. Air mata kini mengalir tiba-tiba. Hatinya berdenyut sakit sekarang. Apakah Jungkook tak tau sekarang ia sedang memperjuangkan dirinya mati matian? Tak bisakah Jungkook untuk menunggunya sebentar saja?

Taehyung menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Mengambil tas yang berisi dokumen-dokumen yang perlu diperiksa dan dipelajari lalu meninggalkan ruangannya. Taehyung tidak boleh menyerah. Rasa sakit seperti ini tidak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan Jungkook.

Kaki jenjangnya melangkah dengan angkuh dengan wajah terlampau dingin. Taehyung memasuki mobilnya lalu melajukannya dengan kecepatan tinggi. Tujuannya satu sekarang ini. Ia harus bertemu dengan Jimin. Di dalam mobil tangan satunya dipakai untuk mengirim pesan singkat kepada Jimin untuk bertemu di tempat rahasianya dengan Jimin.

Taehyung memukul stir mobilnya frustasi. Coba saja Jennie tidak muncul di hadapannya saat itu. Coba saja Taehyung tidak mempercayai Jennie saat iti. Coba saja semua kejadian buruk itu tidak terjadi. Hubungannya dengan Jungkook pasti tidak akan seperti ini. Taehyung benar-benar menyesal. Rasanya untuk pertama kali, Taehyung membenci dirinya sendiri.

Mobil dengan warna mustard itu telah sampai dengan selamat di sebuah Villa yang dibeli Jimin dan Taehyung sewaktu dulu. Villa yang menjadi saksi bisu kisah sedih dan bahagia mereka. Jimin kini telah berada di depan Villa menunggu Taehyung.

Taehyung keluar mobil dengan bekas air mata di pipinya. Jimin tau, terlampau tau sejak sahabatnya itu mengajak ke tempat ini. Pasti ada sesuatu yang sedang tidak beres sekarang dan Taehyung butuh waktu untuk tenang saat ini. Jimin menatap wajah Taehyung terkejut. Ini pertama kalinya Jimin melihat Taehyung seterpuruk ini. Taehyung perlahan mendekatinya lalu menaruh kepalanya di bahu milik Jimin.

"Evan, tolongin gue." Lirih Taehyung sambil menahan tangisannya.

"Ayo ke dalem dulu. Kita cerita di dalem. Oke?" Jimin mengusap punggung sahabatnya itu sambil tersenyum lembut.

Taehyung mengangguk pelan lalu berjalan masuk ke Villa yang tidak terlalu mewah tersebut. Taehyung membaringkan dirinya di sofa sambil meringkuk. Surainya merah menyala miliknya diacak frustasi sambil memukul dadanya.

"Sakit van, hati gue sakit." Ucap Taehyung dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Otaknya selalu terngiang dengan ucapan Jungkook di telepon tadi. Ucapan paling menyakitkan yang pernah Taehyung terima.

Tbc

Udah ya udah, aku kasian sama Taehyung :(((

Pacar - Tk ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang