Starbucks menjadi saksi bisu introgasi jimin oleh taehyung dan mingyu. Masalah jimin kali ini tak bisa dianggap remeh. Sahabat mereka satu ini sudah kelewatan. Taehyung dan mingyu tak mengerti sejak kapan jimin menjadi sebajingan ini. Sumpah mereka tak menyangka jimin orang yang paling anti dengan hal hal kotor menjadi sekotor ini.
"Jadi, jelasin sama kita dari awal. Kapan lo lakuin itu sama avisha?" Taehyung menatap jimin lekat lekat masih tak percaya jimin melakukan ini semua.
"Trus gimana prosesnya? Enak?" Celetuk mingyu dengan wajah penasaran.
Taehyung mencubit pinggang mingyu keras. Sahabatnya ini memang tidak tau situasi. Untung wonwoo sudah putus dari pemuda mahardika petakilan dengan otak kotor seperti ini.
"Lo mau pilih kanan atau kiri rel?" Taehyung menampilkan kepalan tangan kanan dan tangan kirinya siap untuk memukul keras sahabat gosong di sebelahnya.
Mingyu hanya tersenyum idiot lalu kembali menjadi serius dan menatap jimin.
"Gue ga inget kapan, tapi seinget gue, kejadiannya sekitar bulan lalu waktu gue dapet informasi keterima beasiswa kedokteran harvard. Gue minum alkohol hari itu sampe mabuk." Jimin mengaduk ngaduk minumannya dengan pikiran kacau.
Taehyung mengacak rambutnya frustasi. "Kenapa lo bisa lakuin itu Evan? Gue tau jelas lo ga bakal lakuin itu segimana pun situasinya."
"Gue stress yo, gue ga siap buat ngasih tau ke avisha apalagi udah mau kelulusan." Jimin menatap sendu mata elang taehyung sambil berkaca kaca.
"Trus sekarang gimana? Avisha udah tau lo dapet beasiswa?" Mingyu bertanya dengan wajah penasaran. Menurutnya ada yang aneh di sini. Jiwa detektif mingyu seketika keluar.
"Gue ga tau farrel, gue ga bisa inget apa apa selain avisha nganter gue pulang ke apartemen." Jimin menarik surai hitam legamnya kasar. Ia tak punya mental kuat untuk menghadapi situasi ini sendirian.
Mingyu menyergitkan dahinya. "Lo tau dia hamil dari mana van? Bisa jadi cuma bohong doang."
"Tadi pagi, avisha ngirim foto ada dua strip di testpack."
"Serius lo?" Taehyung membesarkan bola mata miliknya. Rahangnya mengeras. Jujur, taehyung emosi jika sobatnya sudah berani main sejauh ini.
"Gue ga main main dio soal kaya gini. Lo tau sendiri." Jawab jimin dengan nada putus asa.
Mingyu menaruh jari telunjuknya di dagu. Ia sedang berpikir keras saat ini. "Robert, gue rasa ada yang aneh di sini. Masalahnya aneh ga sih, lo ga inget kejadiannya tapi dia tiba-tiba hamil. Emang dia nunjukkin dia kaya kesakitan gitu besoknya?" Mingyu menyipitkan matanya sambil menatap jimin.
"Gue ga inget rel. Sumpah kejadiannya udah sebulan lalu. Mana gue inget."
"Bentar, bener juga kata lo rel. Ada yang aneh di sini." Taehyung menyetujui kata kata mingyu.
Taehyung bersyukur memiliki sahabat seperti mingyu. Ya walaupun otak sahabat gosong satunya ini kadang tergeser sedikit, tapi saat ada masalah serius otak anak kesayangan erik itu berjalan lancar.
"Jadi gue harus gimana?" Tanya jimin sambil menatap kedua sahabatnya bergantian.
"Van, saran gue tanya dulu coba lo cek ke dokter kandungan besok. Kalo emang Avisha positif hamil, lo harus terima resikonya." Kata mingyu sambil menepuk pelan jimin berharap sahabatnya kuat menghadapi ini.
Jimin mendengus pelan. "Fine, gue bakal bawa avisha ke dokter kandungan besok. Gue harap kalian rahasiain dulu ini sama orang lain." Senyum jimin merekah setelah menemukan sedikit pencerahan dari kedua sahabatnya.
"Tenang aja kalo masalah itu, gue anak Erik Seojun Mahardika pasti bisa jaga rahasia." Celetuk mingyu dengan wajah idiotnya.
"Lebay lo." Ucap taehyung ketus sambil memutar bola matanya malas. Miris sekali rasanya melihat sahabatnya hanya normal kurang lebih 5 menit.
"Eh iya, gimana athala?" Tanya jimin lalu meminum segelas green tea latte yang diaduknya sedari tadi.
"Aduh van, lo lagi ada masalah gini masih bisa mikirin orang lain. Heran gue."
"Lho, athala kenapa?" Mingyu menatap kedua sahabatnya. Sepertinya dia ketinggalan berita terkinini.
"Sakit dia, katanya kecapean trus maag juga." Jawab taehyung datar. Berpikir tentang athala membuat otaknya memikirkan kembali omongan bundanya yang kejam itu.
"Pantes seharian ini dia lesu gitu. Eh iya, tumben yo lo bisa ngumpul kaya gini." Celetuk jimin sambil menatap taehyung.
"Heleh paling juga lagi marahan sama baby bunny." Ejek mingyu sambil menyenggol bahu taehyung pelan.
Taehyung menatap tajam mingyu. "Sok tau lo dekil. Gue dilarang bunda ketemu Athala gara gara kelepasan. Lagian Evan lagi ada masalah kaya gini gue mana bisa diem aja."
"Mampus lo. Makanya jomblo aja kaya gue." Mingyu menampilkan senyuman menyebalkannya lalu menatap remeh kedua sobatnya.
"Jomblo tapi masih suka liatin mantan. Miris mana?" Balas taehyung lalu menyeringai.
"Anjing dio. Suka bener lo." Jimin tertawa mendengar perkataan sahabatnya itu.
Mingyu dan taehyung sama sama lega. Akhirnya jimin bisa kembali tertawa bersama mereka. Berani sumpah, jimin tanpa tertawa itu sangat mengerikan. Sorot matanya meredup dan wajahnya menjadi suram. Taehyung maupun mingyu sama sama benci melihat sahabat mereka seperti itu.
Tbc
Hayo ada yang tebak ini kenapa?
Ada yang kangen athala ga? Ga muncul 2 chapter lho wkwkwk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar - Tk ✓
FanfictionSepenggal kisah antara Taehyung Maulidio Wijaya dan Athalarik Jungkook Ivander yang baru berpacaran untuk pertama kali. Second book of "Bimbel" Disarankan baca "Bimbel" dulu biar nyambung. ʙ x ʙ ᴛᴏᴘ!ᴛᴀᴇ! ʙᴏᴛ!ᴋᴏᴏᴋ! ˢᵗᵃʳᵗ ¹³⁻⁰⁵⁻¹⁹ ᶠⁱⁿⁱˢʰ ²⁶⁻⁰⁷⁻¹⁹