Mencari Guru

1.5K 56 0
                                    

“Deg!” Senjata tulang kaki manusia itu seperti senjata tumpul. Anggota sekte Aghori kaget. Senjatanya lengket di dada Raden Kuning. Wajahnya berubah kadang pucat, kadang merah. Tenaga pukulannya amblas ke dalam tubuh orang yang diserangnya diam-diam tersebut. Terjadilah pemandangan lucu di buritan kapal. Ada tiga orang saling pukul menempel dan diam seperti patung.

Kendati serangan itu tidak mampu melukainya, namun akibat datangnya tenaga yang bersifat dingin berasal dari serangan gelap pasukan Aaradhya Cupat, tubuh Raden Kuning bergolak. Konsentrasinya untuk membagi dua tenaga secara seimbang terancam buyar. Dalam keadaan itu, tubuhnya menyatu dengan tubuh orang yang melancarkan serangan gelap. Jika Raden Kuning masih mampu bertahan meski terguncang, namun kondisi memprihatinkan terjadi pada penyerangnya. Tenaga panas dan dingin bergantian mempengaruhi tubuhnya. Kadang panas dan kadang dingin. Jika dibiarkan dalam keadaan seperti itu, maka sebentar lagi orang itu akan tewas.

Pilihannya ada di tangan Aaradhya Cupat. Jika ia mengorbankan salah seorang pasukannya, maka ia akan mampu melukai Raden Kuning. Namun sebaliknya jika ia menolong anak buahnya, maka Raden Kuning akan mendapat kesempatan untuk mengatur tenaganya. Aaradhya Cupat memilih untuk mengorbankan anak buahnya.

Tubuh yang tidak mengenakan baju itu, akhirnya mati lemas. Tenaga panas dan dingin yang mampir di tubuhnya semakin lama semakin sedikit dan akhirnya kembali ke tubuh Raden Kuning dengan membawa serta seluruh tenaga dalamnya. Saat ini ada tiga jenis tenaga yang terdapat dalam tubuh Raden Kuning. Akibatnya, tubuh Raden Kuning kelebihan muatan. Konsentrasinya menahan asap racun Aaradhya Cupat dengan menggunakan tenaga 𝘬𝘢𝘸𝘦𝘥𝘢𝘳, buyar.

Dalam keadaan terdesak, Raden Kuning menarik keris Kyai Layon dan menutupi wajahnya dengan keris sakti itu. Meminjam tenaga pukulan lawan, tubuhnya terdorong ke belakang dan bergulingan di udara selanjutnya hinggap di buritan kapal. Kepulan asap beracun mengejarnya dengan ganas dan langsung menerpa wajahnya. Asap beracun itu terhisap masuk ke dalam tubuhnya. Raden Kuning mulai merasakan halusinasi. Dalam pandangannya, Aaradhya Cupat adalah Putri Wuwu yang cantik jelita.

“Aih, Putri Wuwu. Mengapa engkau berdiam diri saja di sana. Ayo mendekat, aku akan tembangkan kidung rindu untukmu.” Raden Kuning mulai linglung. Banyaknya kepulan asap beracun yang terhirup olehnya, langsung bekerja. Beruntung ketika ia hendak melompat ke arah lawan, Kyai Layon menyelesaikan tugasnya. Seluruh racun yang sempat membuatnya mabuk dapat dinetralisir dari tubuh Raden Kuning.

“Jahat sekali, engkau orang asing. Bagaimana mungkin engkau tega mengorbankan anak buahmu tewas hanya agar engkau bisa mengalahkanku. Jika pertarungan ini adalah menyangkut pribadiku dan hanya mencari menang kalah, maka aku legowo mengaku kalah. Tapi jika ini berkaitan dengan tugas negara, aku akan menghadang langkahmu hingga satu diantara kita ada yang bersimbah darah.” Raden Kuning meradang.

“Aku ingin menghisap otakmu yang sombong itu, anak muda!” Aaradhya Cupat langsung kembali menyerang. Kali ini mulutnya terus berkomat-kamit mengucap mantra aneh. Dan setelah mendengar mantra aneh itu, Raden Kuning jadi tenang. Di matanya orang asing itu mendadak seperti Eyang Kyai. Melunaklah amarahnya.

Raden Kuning terpengaruh dengan mantra yang dibacakan Aaradhya Cupat. Segera ia menjura kepada orang yang amat dihormatinya itu. Ia lengah. Disaat itulah lawan menghantam dengan senjata maut. Angin bercuit kencang segera menyadarkannya. Namun saat itu senjata tengkorak kepala manusia hampir sampai di kepala. Raden Kuning segera menghindar dengan membanting tubuhnya ke kiri. Tak ayal bahu kanannya terkena senjata lawan. Tubuhnya langsung bergulingan jatuh ke geladak kapal. Raden Kuning kembali jadi bulan-bulanan lawannya.

Matanya masih berkunang-kunang ketika ia melompat berdiri. Benar-benar tangguh lawannya kali ini. Banyak sekali gerakan orang aneh itu yang tidak dapat ditebaknya. Belum lagi sorot matanya seperti merampas semangat Raden Kuning. Segera ia menghindar beradu mata dengan lawan. Ilmu sihir lawannya itu sangat kuat. Orang dengan kepandaian setingkat Raden Kuning saja bisa terpengaruh.

Raden Kuning, Panglima Bayangan (Kisah Pelarian Arya Mataram di Palembang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang