[DUA PULUH]
HELAAN napas penuh kelegaan nampak Nasya keluarkan kala maniknya selesai melirik jam tangan yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Bersyukur karna ia berhasil sampai di dalam area kampusnya tepat saat kuis pertama akan dimulai sepuluh menit lagi.
Kedua tangannya sibuk mengacak-ngacak rambut panjang yang pagi ini terlihat masih setengah basah, tak sempat mengeringkannya dengan menggunakan hair dryer dikarnakan waktu yang terlalu mepet.
Dan semua kesialan pagi ini dikarnakan ulah satu cowok yang tak pernah belajar bagaimana caranya mengucapkan kata terimakasih atas pertolongan yang sudah dirinya berikan semalaman penuh.
Sesekali Nasya mengibaskan rambut cokelat terangnya, berfikir jika dirinya melakukan hal itu, rambut kusut nan hancurnya akan terlihat jauh lebih membaik.
Terlihat berjalan dengan santai menuju area fakultasnya, dapat bersyukur karna jalanan pagi ini nyatanya tak terlalu padat seperti hari-hari biasanya.
Seperti biasa, gadis itu melangkahkan kaki berbalut sepatu kets pink mudanya dengan penuh percaya diri, meskipun dirinya merasa sedang tidak memiliki penampilan sesempurna biasanya. Meski begitu, keangkuhan yang terlihat di wajahnya, pastilah akan melunturkan rambut kusut setengah basahnya hari ini.
Berpura-pura tidak memperdulikan sekitar walau dirinyapun merasakan tatapan mata yang pagi ini sudah berhasil dirinya dapatkan. Hanya terlihat berjalan lurus dipinggir sebuah lapangan basket, tak ada niatan untuk menolehkan kepalanya, sampai seseorang tiba-tiba saja menabrak bahunya kuat.
Mengakibatkan tubuh kecil berbalut jaket bomber merah muda itu sedikit terpental dan hampir jatuh kalau saja sang tersangka utamanya pagi ini tak segera meraih bahunya.
Dengan napas yang naik turun, Nasya nampak menggigit bibir bawahnya kesal. Bersumpah akan memaki siapapun orang yang sudah membuat tubuhnya sakit sebelum pemandangan tak disangka nampak menyapa manik abunya.
Segera membatalkan niat untuk memaki kala manik hitam pekat yang dimiliki oleh seorang Dosen pengganti dikampusnya itu terlihat. Tak lupa dengan tambahan bibir yang melengkungkan senyuman.
"Bapak—" Nasya memperlambat ucapannya, "Gak apa-apa?"
Meski sudah jelas dirinya tak salah atau dapat dibilang korban dari kejadian pagi ini, tetap saja Nasya akan mengutamakan hal yang bernama sopan santun. Terlebih kepada Dosen yang pernah jelas-jelas 'mendekati' dirinya ini.
Dosen muda berparas tampan Jurusan Universitas Massachusetts Institute of Technology, dimana Universitas yang berada di wilayah Amerika itu merupakan Universitas terbaik di dunia untuk jurusan Matematika dan juga ilmu Statistika.
Membayangkannya saja Nasya masih mendadak pusing, dan sampai sekarangpun, ia juga tak mengerti mengapa Dosen yang memiliki umur kurang lebih tiga tahun diatasnya itu bisa menyukai dirinya dan bahkan pernah terang-terangnya mengajaknya untuk 'memiliki hubungan serius' yang sudah pasti Nasya tolak.
Memiliki hubungan serius yang hanya akan berakhir dengan menikah, sama sekali belum terlintas dibenak Nasya. Jadi, jangan salahkan dirinya kalau lelaki super sempurna itu Nasya jauhi secara perlahan.
"Saya baik-baik aja, kamu gak apa-apa?" gantian Jeremy yang kini memeriksa kondisi mahasiswi cantiknya sembari menunjukan ekspresi khawatirnya, "Maaf, saya buru-buru jadi tadi gak lihat."
Meskipun Nasya bukanlah pakar ekspresi wajah, gadis itu dapat melihat dengan jelas kebohongan yang baru saja Jeremy katakan. Karna tak mungkin, ditempat selebar dan seluas ini, acara tabrak-menabrak dapat terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Renasya Agnalia, mahasiswi semester 4 jurusan Fashion Design yang memiliki hobi: ✔️Merokok ✔️Clubb...