[DUAPULUH SEMBILAN]
"SAKIT, gak?"
Dengan bibir bagian bawah miliknya yang sesekali gadis itu gigit kuat-kuat karna tak tega melihat luka cukup serius yang tengah dirinya obati, Nasya bertanya dengan suara lirih.
Padahal sudah jelas kalau bukan dirinyalah yang tengah terluka, namun entah mengapa sekujur tubuh itu ikut merasa ngilu ketika sentuhan kapas dan alkohol menyentuh kulit Derren.
"Jadi gini rasanya."
Sembari tersenyum tipis, cowok itu terlihat melirik memar yang masih menghiasi punggung tangan Nasya sembari bersuara kecil.
"Hm? Lo bilang apa?"
Dengan cepat cowok itu menggeleng, bersyukur karna gadis dihadapannya itu tidak mendengar racauannya.
"Lo--" sempat menjeda ucapan itu karna merasa tak enak, Nasya menelan ludah sesaat sebelum melanjutkan, "Abis mukul bokap lo?"
Namun siapa sangka, sebuah tawa kecilpun malah Derren jadikan balasan atas pertanyaan gadis itu.
"Lo gila?"
Bersyukur karna itu bukanlah hal yang terjadi, Nasya sempat menghembuskan napasnya lega, "Terus ini mukul apa?"
"Tembok."
Tak bisa dipungkiri lagi, seberapa shocknya wajah Nasya kala mendengarkan jawaban santai itu, "Kenapa!?"
"Temboknya gila."
"Lo yang gila!" sambar Nasya kesal, "Mau daftar debus?"
"Bakal diterima emang?"
Memilih untuk tak menjawab respon menyebalkan itu, Nasya dengan kesal menekan keras luka ditangan Derren menggunakan kapas yang sedari tadi dirinya pakai untuk mengobati luka itu.
Menghadirkan aduhan kecil dari arah Derren kala lukanya mendapatkan perlakuan kasar seperti itu.
Memilih untuk membalut luka yang cowok itu ciptakan dengan wajah kusut, benar-benar tak habis pikir atas kelakuan bodoh yang sering cowok jenius itu tunjukan.
"Udah selesai." ucap Nasya galak sembari merapihkan kotak obat yang berada diatas pangkuannya.
Setelah selesai, keduanya nampak kembali bungkam. Membiarkan hening lagi-lagi mengambil alih keadaan dengan Nasya yang terlihat sibuk memandangi seisi ruangan mewah ini.
Ruangan yang Nasya jamin sudah di design khusus untuk cowok tampan dihapadapannya ini. Terbukti dengan beberapa foto keluarga yang terlihat terpajang di dinding.
Foto yang menunjukan keluarga bahagia Derren yang terdiri dari Ayah, Ibu, serta satu anak laki-laki berwajah menggemaskan yang sudah pasti adalah cowok berkacamata itu.
"Nanti ada kelas pagi?"
Enggan mengalihkan perhatiannya, hanya anggukan saja yang Nasya berikan sebagai balasan atas pertanyaan itu.
"Gak tidur? Udah mau jam tiga."
"Jam tiga!?" beo Nasya panik, terlihat dengan gusar mencari-cari jam dan berakhir menemukan sebuah jam berukuran kecil yang tergantung diatas televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)
Romansa[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Renasya Agnalia, mahasiswi semester 4 jurusan Fashion Design yang memiliki hobi: ✔️Merokok ✔️Clubb...