45• Kembali Ke Masa Itu

6.9K 985 116
                                    

[EMPATPULUH LIMA]





WAKTU sudah menunjukan pukul dua lebih tiga puluh pagi dan suasana sepi di dalam minimarket 24 jam yang keberadaannya terletak di depan rumah sakit tempat Al dirawat itu, berhasil mengganggu kenyamanan Nasya.

Meski sudah ditemani oleh segelas bir dengan sedikit alkohol di dalamnya yang bermaksud dirinya konsumsi untuk menenangkan pikiran gilanya, tetap saja otak Nasya terus-menerus kembali memikirkan perkataan yang sempat Raynzal lontarkan kepadanya.

Berkali-kali ia terlihat mengacak rambutnya frustasi sebelum berusaha untuk kembali meneguk ganas minuman miliknya yang susah payah Nasya dapatkan karna larangan dari arah si tampan.

Dan benar saja, begitu Nasya hampir meraih kaleng minuman itu, sambaran tak kalah cepat berhasil menghentikan niatnya.

"Tadi janjinya sedikit," omel Derren tak suka, "Ini udah hampir abis."

Dengan bibir manyun, Nasya terlihat menyatukan kedua tangannya di depan wajah. Bermaksud merajuk.

"Dikit lagi."

Meski dirinya paham, kalau Derren bukan tipikal orang yang akan luluh dengan ekspresi itu. Jadi saat kaleng minumannya berakhir dilayangkan menuju kotak sampah terdekat, hanya helaan napas pasrah saja yang bisa gadis itu berikan.

"Gue anterin balik, ya?"

Sontak, lirikan singkat itu berhasil Nasya jadikan respon atas ajakan tak masuk akal itu. Bagaimana mungkin ia dapat tidur dengan tenang dirumah kalau nyawa seseorang hampir saja hilang karna dirinya?

"Al bakal baik-baik aja," lanjut Derren dengan yakin, "Lokan besok jadi panitia acara dikampus."

Namun sekali lagi, Nasya hanya dapat merespon ucapan itu dengan hembusan napas panjangnya. Rasa kekhawatiran yang dia miliki benar-benar hampir membuat otaknya menggila.

Dan kali ini, nampak Derrren tak ingin membiarkan kegelisahan itu terlalu lama melanda gadis dihadapannya ini. Karna sesudah menangkup wajah Nasya dengan kedua tangannya, tatapan lembut itu berhasil dirinya tunjukan.

"Ini bukan gara-gara lo, gue denger orang yang ngehajar Arkan sama Al lebih dari dua puluh orang, dan mereka udah ngerencanain ini dari sebulan lalu. Jadi ada atau tanpa gue, endingnya bakal tetep kayak gini," perjelas Derren tenang, membiarkan Nasya menangkap kata demi kata yang ia keluarkan.

Dengan manik berkaca-kaca, Nasya terlihat menatap lekat kedua manik indah yang berada di hadapannya.

"Dan lo tau artinya apa?"

"Apa?

"Artinya, lo udah jadi penyelamat gue hari ini, karna kalo gue ada bareng Al dan Arkan ditempat kejadian, mungkin salah satu bagian di tubuh gue bakal ada yang patah juga."

Meski belum sepenuhnya bisa menerima penjelasan yang manusia tampan itu katakan, rasanya ada sedikit ketenangan yang sampai menuju hatinya.

Berakhir dengan meneteskan bulir air matanya, disertai anggukan kepercayaan. Satu-satunya hal yang dapat menolongnya untuk melewati malam mengerikan ini adalah dengan mempercayai apa yang baru saja Derren jelaskan.

Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang