49• Meminta Penjelasan

6.7K 1K 96
                                    

[EMPATPULUH SEMBILAN]




SUARA hiruk pikuk yang datang dari arah para pengunjung club malam ini, seakan tak berhasil mengganggu konsentrasi Nasya kala maniknya tengah tertuju kepada sekitar.

Mencoba untuk menemukan sosok Alea di tengah lautan manusia yang mengelilinginya, dengan mata yang terlihat memerah karna terlalu lama menangis, ia berusaha untuk menghalau perih akibat lemparan udara dingin yang menyerangnya.

Dan ketika berhasil menemukan sahabatnya itu tengah berjoget girang ditemani beberapa pria disampingnya, langkah memburu Nasya segera terlihat.

Berjalan tanpa senyum menghampiri Alea dan berakhir mencengkram kuat pergelangan gadis itu. Memutar tubuhnya hingga membuat manik mereka bertemu.

"Aw!" seru Alea panik kala serangan tiba-tiba itu menyapa, "Nasya? Lo baru dateng?"

Namun sudah jelas kalau malam ini, tak ada keramah-tamahan yang dapat Nasya keluarkan seperti biasa.

"Lo udah tau." dengan suara cukup lantang, tatapan tajam itu memburu Alea.

"Apa? Gak kedengeran! Lo bilang apa!?" sambung Alea dengan mencoba untuk mendekatkan telinganya kepada sahabatnya itu.

"LO UDAH TAU KALO DERREN MANTAN DILLA! IYAKAN!?"

Sontak, seluruh perhatian berhasil mengarah kepada suara lantang itu. Tak lupa dengan tatapan bertanya-tanya yang kini berhasil kedua sosok itu dapatkan.

Diikuti dengan mata membulat Alea, justru Nasya terlihat meneteskan bulir air matanya. Ada rasa kecewa dan sakit hati yang ia terima sekaligus dalam satu waktu.

"Dan di awal lo udah sengaja milih Derren untuk jadi target Dare kita. Karna lo tau dia siapa. Iyakan, Le?"

Dengan napas naik turun, Nasya terlihat menunggu reaksi Alea tak sabar. Hingga dengan mengejutkannya, lawan bicara Nasya itu malah memunculkan senyum kecil miliknya.

Menatap Nasya dengan raut yang tak pernah gadis itu tunjukan sebelumnya. Seakan memperlihatkan jati dirinya yang sebenarnya.

"Jangan jatuh cinta sama mangsa sendiri, kita tau aturan mainnya, Nasya," dengan manisnya Alea kembali tersenyum.

Senyum yang berhasil meruntuhkan segala jenis kepercayaan yang sudah Nasya kasih sebagai seorang sahabat yang semestinya.

"Dan gue udah berkali-kali nanya, apa lo yakin mau serius sama dia? Lo lupa?"

Tanpa bisa ditahan, air mata yang semula hanya jatuh beberapa kali itu mulai terlihat deras. Nasya sudah benar-benar tak habis pikir dengan apa yang ada di otak sahabatnya itu. Mencoba menahan rasa sesaknya dengan menghembuskan napasnya kasar.

"Jangan bilang, kalo dulu lo manfaatin gue untuk bikin Dilla sama Derren pisah?" seakan menolak untuk mengetahui fakta yang bisa saja benar adanya, Nasya sempat menggeleng sekuat tenaga.

"Enggakkan, Le? Lo gak bakal ngelakuin sejauh itukan?"

Meskipun di akhir, sebuah tawa kecil kembali Alea perlihatkan. Seakan mengagumi otak Nasya yang baru kali ini bekerja.

"Derren Nielsen,  adek kelas kita dulu waktu SMA. Lo mungkin gak bakal nyadar, karna lo terlalu sibuk dengan kepopuleran lo,"

Dengan langkah santai, Alea terlihat mendekatkan posisi Nasya, "Cowok pertama yang bikin gue jatuh cinta, tapi juga cowok pertama yang bikin gue patah hati. Dan semua itu karna siapa?"

Tidak perlu menjawab, semua orang sudah tahu jawabannya.

"Dilla, sahabat kita."

Hembusan napas tak percaya kembali Nasya keluarkan, kepalanya yang sudah sedari pagi pusing itu, terasa semakin berat atas fakta menyakitkan yang harus dirinya terima bulat-bulat.

Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang