[DUAPULUH DUA]
DENGAN bantuan selimut tebal yang saat ini sudah berhasil menutupi seluruh tubuhnya, Nasya dapat bernapas dengan lega karna dapat menemukan 'perlindungan' atas bahaya yang tengah mengancam itu.
Tak berani menggerakan tubuhnya walau hanya sekecil apapun, tidak ingin kalau 'doi' yang baru saja dirinya sebutkan, berhasil menemukan tempat persembunyiannya.
Tidak tahu harus berbuat apa sampai dengan jelas, suara ketukan pintu itu terdengar ditengah keheningan malamnya.
Sempat meragukan pendengarannya untuk sesaat, sampai tambahan suara bellpun berhasil menyadarkan dirinya bahwa pendengarannya bukanlah halusinasi belaka.
Dengan jantung yang berdebar kuat, Nasya berusaha untuk bangkit dari posisi duduknya. Berjalan menuju pintu utama dengan selimut yang masih setia melekat ditubuhnya. Hanya ada satu lubang yang saat ini berhasil Nasya jadikan celah untuk melihat ke arah luar.
Memastikan dirinya tak akan menabrak pintu atau sebuah dinding, sampai dirinya berhasil menjangkau gagang pintu tanpa ada niatan untuk melihat lebih dahulu siapa tamu tak di undangnya yang barangkali dapat menyelamatkan nyawanya malam ini.
Terlihat membulatkan matanya dengan lebar kala sosok tak disangka-sangka itu kini terlihat hadir dihadapannya. Nampak berdiri tepat di depan pintu apartmentnya dengan napas yang naik turun.
"Nasya?"
Terlihat meragukan siapa sosok dibalik selimut tebal bermotif bangau itu, Derrepun bersuara.
Suara yang tanpa sadar berhasil Nasya tangkap dengan raut penuh rasa bersyukur.Dengan cepat, gadis itu terlihat mengibaskan selimut tebal yang sedari tadi menjaganya. Digantikan dengan dirinya yang malam ini sudah nampak terbungkus oleh piyama pendeknya.
"Kok lo disini!? Bukannya lagi ketemu sama—"
"Lo kenapa?"
Bukannya menjawab, Derren justru memotong pertanyaan Nasya dengan sebuah pertanyaan baru.
"Hm? Kenapa apanya?"
"Kenapa tadi teriak?" perjelas Derren yang nampaknya sudah malas kembali bertingkah bawel seperti ini.
"Teriak?" beo Nasya dengan otak berfikir, "Oh, gara-gara kecoa?"
Dan kali ini, gantian cowok itu yang menautkan alisnya tak mengerti, "Kecoa?"
Dengan santainya, Nasya mengangguk, "Iya kecoa terbang! Gak tau darimana doi tiba-tiba muncul terus ngagetin gue! Sumpah serem banget."
Penjelasan tak masuk akal yang tanpa sadar berhasil menaikan amarah Derren. Dengan hembusan napas tak percayanya, cowok itu terlihat tanpa aba memutar arah.
Berusaha untuk melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Nasya sebelum gadis itu terlihat menahannya dengan cara menarik lengan kokoh itu.
"Kok cabut?"
"Kok cabut?" beo Derren tak percaya, sudah tak tahan dengan rasa kesalnya pada gadis menyebalkan yang sialnya malam ini nampak berpenampilan menggemaskan dengan rambut terikat duanya.
"Iya, terus ngapain kesini kalo cuman nanya gue kenapa?"
"LO GAK TAU GUE BARU AJA—"
Bentakan lantang itu tertahan saat maniknya menangkap dengan jelas ekspresi terkejud sang lawan bicaranya. Nampak tak menyangka dengan bentakan tiba-tiba yang dirinya keluarkan. Ekspresi menggemaskan yang tanpa sadar mengakibatkan amarah itu meluap.
"Udahlah. Gue balik."
Lanjut si tampan yang sempat berusaha untuk melepaskan cengkraman tangan Nasya, meski di akhir, tangan indah itu kembali berusaha untuk menahannya agar tak beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)
Romance[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Renasya Agnalia, mahasiswi semester 4 jurusan Fashion Design yang memiliki hobi: ✔️Merokok ✔️Clubb...