36• Pengalaman Serupa

6.9K 927 30
                                    

[TIGAPULUH ENAM]



DUA jam sudah kelas yang diikuti oleh Nasya itu berlangsung, namun tetap saja materi yang pagi menjelang siang ini disampaikan oleh dosen tampannya, tetap tak ada yang dirinya dengarkan.

Sudah sedari kelas dimulai, pemikiran Nasya terbang menuju cerita yang sempat Ibunda Derren sampaikan. Mengenai sifat asli cowok itu yang selama ini belum pernah ditunjukan kepada siapapun.

Dan semakin dirinya mengingat hal itu, Nasya semakin merasa bersalah karna sudah menjadikan si tampan itu sebagai 'mangsa'nya. Bahkan yang lebih parahnya lagi, ia sempat menganggap kalau sosok itu sama bejatnya dengan para laki-laki yang selalu dirinya temui.

"Gimana ini?" gumam gadis itu sembari meletakkan kepalanya lesu diatas meja.

Sikap aneh yang berhasil memancing perhatian dari ketiga sahabatnya, terlihat mulai menatap Nasya dengan wajah bertanya-tanya.

Dan Alea, yang memang kebetulan duduk tepat disebelah Nasya, adalah orang pertama yang mencolek singkat punggung gadis itu.

Menghadirkan keterkejutan dari arah sang pemilik bahu, terlihat dengan panik menegakkan posisinya sembari menatap Alea kaku.

"Kenapa kaget gitu?" bingung Mezy yang juga sudah menaruh perhatiannya seratus persen pada sahabatnya.

Tidak ketinggalan Kristina yang kini mulai menatap curiga ke arah gadis dihadapannya itu, "Lo ngelakuin kesalahan sama kita? Iyakan?"

Dengan kepala terputar agar dirinya dapat menatap balik kedua sahabatnya yang kebetulan duduk tepat dibelakangnya, Nasya mulai mengumpat kecil.

Ia benar-benar tidak bisa berbohong, apalagi kepada ketiga sahabatnya.

Jadi sebelum perasaan bersalah itu semakin muncul dan menghancurkan jalan pikirannya, satu buah tarikan napas panjang sempat Nasya lakukan demi kelancaran niatnya.

"Lo kenapa sih, Sya?" dengan gemas, Alea kembali bertanya.

Sedangkan yang ditanya, sempat memandangi ketiga manik sahabatnya secara bergantian, sebelum akhirnya memilih untuk menundukan kepalanya dalam-dalam.

"Kalo gue udahin permainan kita, gimana?"

Seakan melakukan dosa besar, Nasya enggan untuk mengangkat kepalanya dan melihat reaksi dari ketiga sahabatnya.

Meskipun begitu, ia nyatanya sudah siap kalau lemparan protesan dilayangkan kepadanya. Jadi sembari menunggu respon lamban ketiga sahabatnya, Nasya hanya dapat memejamkan matanya takut.

"Lo suka sama Derren? Iya?" dan respon pertama datang dari arah Mezy.

Respon tembakan yang mau tak mau harus Nasya respon dengan tatapan mata, "Kalo untuk masalah itu, gue masih belum yakin sama perasaan gue."

"Terus?" sambung Kristina yang saat ini tengah menampilan ekspresi datarnya.

"Gue ngerasa bersalah aja sama dia karna ternyata, Derren gak sama kayak cowok-cowok yang lain." balas Nasya jujur.

"Lo yakin?" gantian Alea yang mengeluarkan suaranya, menghadirkan perhatian Nasya dalam waktu hitungan detik.

"Yakin apa?"

Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang