[LIMAPULUH DUA]
"LO sama Alea ada apasih, Sya?"
Pergerakkan tangan Nasya yang semula tengah sibuk mendesign sebuah baju terhenti kala pertanyaan dari Kristina mengambil seluruh konsentrasinya.
Digantikan dengan menatap manik sahabatnya itu singkat, sebelum gelengan kepala ia keluarkan. Enggan kembali memimikirkan tingkah laku tak waras dari mantan sahabatnya itu.
Bukan lagi menjadi sebuah pembicaraan teman-teman kelasnya kala dua sejoli, Nasya dan Alea, yang biasanya tak pernah terpisahkan itu, mendadak tak saling sapa satu sama lain. Bahkan Nasya memutuskan untuk duduk pada kursi paling depan, berusaha agar tak bertemu Alea.
Sementara Mezy dan Kristina yang memang tak mengetahui akar permasalahan dari kedua sahabatnya itu, hanya dapat mengerutkan kening tak paham.
"Dia udah gak gabung sama kita lagi, bahkan gue denger dia udah ngajuin pindah kelas ke dosen pembimbing akademik." ikut Mezy dengan menatap sosok Alea yang berlalu menuju pintu keluar.
"Sebentar lagi UAS, gue gak mau mikirin apapun selain belajar." respon Nasya sembari merapihkan alat tulisnya, memasukannya ke dalam tas jinjingnya sebelum memeriksa ponsel yang ia letakkan diatas meja.
Seakan paham dengan mood yang tengah tak baik itu, Mezy dan Kristina hanya dapat menganggukan kepalanya paham. Mungkin akan bertanya dilain waktu, saat emosi Alea dan Nasya tengah tak bersatu.
"Ngomong-ngomong, Derren gimana kabarnya?" mencoba mencari bahan baru untuk menarik perhatian Nasya, Mezy kembali bertanya.
Dan kali ini, terlihat jelas perubahan ekspresi diwajah Nasya, nampak dengan sedih menggelengkan kepalanya samar.
"Pasti dia terpukul banget ya? Apalagi gue denger dia sedeket itu sama nyokapnya." ikut Kristina dengan diikuti ekspresi tak percayanya.
Sebuah pembahasan mengenai si tampan membuat Nasya tanpa sadar merindukan sosok itu. Khawatir atas apa yang tengah Derren lakukan dirumahnya seorang diri, dikarnakan Oma yang diminta cowok itu untuk berlibur ke kampung halaman terlebih dahulu.
Mengambil cuti atas hari berkabung yang berhasil membuat seorang wanita paruh baya itu menangis sepanjang malam.
Sembari melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya, Nasya dengan semangat beranjak dari posisi duduknya. Hal tiba-tiba yang sudah pasti memancing perhatian dari kedua sahabatnya itu.
"Mau kemana?" Kristina yang baru saja mengeluarkan kuteks hitam dari dalam tasnya bertanya, "Baru mau gue pakein kuteks."
Dan sepertinya, tanpa perlu Nasya jawabpun, senyum yang tiba-tiba mengembang itu sudah menjelaskan segalanya.
"Titip salam ya, Sya."
Sekali lagi, Nasya mengangguk samar atas permintaan itu.
Segera beranjak dari posisinya untuk menuju parkiran kampus, sebelum sejenak pikirannya kembali melayang pada sosok Derren. Menimang dengan bingung atas idenya.
Berakhir dengan berbelok arah kantin, mencari penjual soto ayam yang Nasya kira adalah makanan yang pas saat perut tengah kosong. Yakin kalau cowok itu belum menyentuh makanan karna tak ada yang mengingatkan.
Menunggu pesanannya tiba dengan perhatian yang mengarah kepada sekitar, berakhir mendapati sebuah kerumunan dimeja nomor 3 yang diantaranya terdapat Alea. Tengah tertawa heboh ditemani 'teman-teman barunya', seakan tak memikirkan apa yang sudah dirinya lakukan terhadapnya.
Merasa geram dengan udara panas yang tiba-tiba saja menyerang, tanpa mau berlama-lama lagi, segera diberikannya selembar uang sepuluh ribu kepada penjual. Meraih kantong kresek beningnya sebelum beranjak dari padatnya perkumpulan manusia itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semenjana (END) / Sudah pindah ke aplikasi DREAME/INNOVEL)
Romansa[FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA] [PLAGIAT AKAN MENDAPATKAN SANKSI, JADI HATI-HATI^^] Renasya Agnalia, mahasiswi semester 4 jurusan Fashion Design yang memiliki hobi: ✔️Merokok ✔️Clubb...